Mohon tunggu...
Maria Divavenus
Maria Divavenus Mohon Tunggu... Mahasiswa - writer in training

4rd year studying veterinary medicine in FKH UGM

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cabai Bukan Tanaman Asli Indonesia? Kok Bisa Sampai ke Indonesia?

23 Agustus 2019   22:03 Diperbarui: 23 Agustus 2019   22:08 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo pembaca Kompasiana! Seiring berjalannya waktu, keanekaragaman hayati di Indonesia pun bertambah karena teknologi yang mendukung juga sudah bertambah maju. Salah satunya, sekarang telah terdapat banyak cara untuk mengembangbiakkan tumbuhan sehingga keanekaragaman flora yang ada di Indonesia pun semakin tinggi. Salah satunya adalah untuk melaksanakan kultur jaringan.

Berkat perkembangan teknologi yang sangat pesat, tanaman-tanaman zaman sekarang, tidak hanya bisa dijumpai di negara asalnya saja. Tetapi, pada negara lain yang bukan asalnya, kita dapat menemui tanaman tersebut juga. Misalnya saja tanaman-tanaman yang bukan asli Indonesia tetapi dapat kita temui di Indonesia. Contohnya ada buah anggur, cabai, eceng gondok, bunga seruni (krisan), bunga hebras (Gerber Daisy), dan masih banyak lagi.

Di sisi lain, Indonesia juga memiliki tanaman yang berasal dari Indonesia sendiri. Contohnya adalah bunga rafflesia arnoldi, durian, kantong semar, cengkeh, pala, dan masih banyak lainnya.

Memang benar tanaman cabai yang sering kita konsumsi itu bukan asli dari Indonesia. Cabai berasal dari Benua Amerika dan dibawa masuk oleh pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol ke Indonesia. Pastinya kalian bertanya-tanya, bagaimana caranya? Kok bisa mengembangkan cabai di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita jawab satu-satu.

Sebelum itu kita harus juga mengenal apa itu plasma nutfah. Plasma nutfah adalah jaringan hidup dimana tanaman baru dapat tumbuh. Dapat berupa biji, daun, sepotong batang, serbuk sari, atau bahkan hanya beberapa sel yang dapat diubah menjadi tanaman utuh. Plasma nutfah berisi informasi susunan genetik suatu spesies.

Untuk mempertahankan produktivitas pertanian, zaman sekarang adalah dengan cara mengembangkan tanaman baru dan juga mengembangkan yang sudah ada. Hal ini terkait erat dengan manipulasi plasma nutfah suatu tanaman. Dengan manipulasi plasma nutfah, kita dapat menghasilkan varietas unggul untuk beras, gandum, dan jagung yang sekarang memainkan peran penting dalam produksi pangan dunia.

Bagaimana caranya agar kita bisa membawa gen asli dari negara lain lalu dikembangkan di negara kita sendiri? 

Nah, karena teknologi dalam bidang pertanian sudah maju, caranya adalah dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Dalam bahasa lain, kultur jaringan juga dapat disebut sebagai "tissue culture". Kultur jaringan berasal dari dua kata, yaitu, "kultur" dan "jaringan". Kultur artinya budidaya, dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, arti kultur jaringan adalah membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi suatu tanaman baru (individu baru) yang mempunyai sifat seperti induknya. Kultur jaringan hanya dapat dilakukan pada tumbuhan saja, karena pada hewan, jaringan-jaringannya akan lebih kompleks. Kultur jaringan juga termasuk dalam rekayasa genetika.

Kultur jaringan ada berbagai macam jenisnya yaitu ada kultur embrio, kultur meristem, kultur anter, kultur protoplas, kultur kloroplas, dan kultur polen.

Tahap-tahap kultur jaringan :

kultur-jaringan-2-5d5ffc0a097f3623e62ddb32.jpg
kultur-jaringan-2-5d5ffc0a097f3623e62ddb32.jpg
  • Memilih tanaman hidup sumber eksplan. 

Tahap yang pertama adalah tahap pemilihan dan penyiapan tanaman induk sumber eksplan. Di tahap ini, tanaman yang akan di kulturkan harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman tersebut harus di simpan dan di persiapkan secara khusus di rumah kaca supaya tidak terkontaminasi saat akan di kulturkan secara in vitro.

  • Inisiasi

Tahap yang kedua adalah tahap inisiasi. Di tahap ini, jaringan yang menarik disterilkan untuk mencegah mikroorganisme dari mempengaruhi proses secara negatif.

Selama tahap inilah jaringan diinisiasi untuk dikultur. Pada tahap ini, segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow. Alat-alat yang akan dipakai juga harus dalam keadaan steril. Termasuk juga teknisi yang melakukan kultur jaringan ini.

  • Multiplikasi

Tahap ketiga adalah tahap multiplikasi. Di tahap yang ketiga ini, bahan tanaman akan diperbanyak, seperti tunas dan embrio. Perbanyakan bahan tanaman dilakukan dengan cara merangsang pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler. Bisa juga dengan merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif.

  • Penumbuhan akar

Untuk tahap terakhir, atau tahap keempat, adalah untuk penumbuhan akar. Pada tahap ini, akan dibentuk akar tanaman dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in vitro ke lingkungan luar.

Manfaat-manfaat melakukan kultur jaringan adalah :

  • Waktu yang dibutuhkan sangat cepat
  • Terbentuknya varietas baru yang bebas hama dan penyakit
  • Kultur jaringan dapat menumbuhkan tanaman sepanjang tahun, terlepas dari cuaca atau musim.
  • Sangat sedikit ruang yang dibutuhkan
  • Membantu dalam menumbuhkan stok tanaman bebas virus.

Maka, karena teknik kultur jaringan memakan waktu yang sangat singkat, dan tanaman yang dihasilkan bebas penyakit, serta hanya memakai sebagian kecil tanaman. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk memindahkan gen asli tanaman ke negara lain.

Saya pribadi setuju dengan "negara maju yang mengambil plasma nutfah negara lain untuk dikembangkan di negaranya sendiri". Karena teknologi zaman sekarang sudah berkembang pesat, dan kita dapat melakukan kultur jaringan untuk hal tersebut.

Alasan yang kedua adalah karena semua sumber hayati, baik tanaman maupun hewan, yang ada di dunia ini sifatnya universal. Artinya adalah tanaman dan hewan tidak dapat diklaim milik negara tertentu. Itu milik dunia.

Sebagai umat manusia yang mencintai lingkungan, kita juga harus melestarikan sumber hayati yang ada, dengan cara mengembangkannya secara maksimal. Menjaga supaya tanaman dan hewan yang ada tidak punah. Mengembangkan gen asli di negara lain adalah salah satu cara untuk melestarikannya. Negara yang sudah maju, dapat membantu negara lain untuk melestarikan sumber hayatinya dengan teknologi mereka.

Mengambil plasma nutfah negara lain ini juga erat hubungannya dengan kesejahteraan manusia. Contoh konkritnya adalah pengembangan tanaman di Afrika Selatan. Penelitian bioteknologi tanaman Afrika Selatan memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi perekonomian nasional. Di beberapa negara, misalnya Maroko dan Mesir, contohnya adalah budidaya komersial tanaman hias dan kurma. Namun, sebagian besar aplikasi kultur jaringan, difokuskan pada tanaman di Nigeria, Ghana, Zambia, dan Zimbabwe. Meskipun Afrika kaya akan penggunaan bioteknologi, Afrika Selatan belum memanfaatkan hal tersebut secara penuh.

Di Afrika Barat, beras sangat dibutuhkan. Akan tetapi produk lokal gagal memenuhi permintaan yang meningkat dengan pesat. Maka, para ilmuwan memulai program pemanfaatan teknologi kultur jaringan untuk mengembangkan persilangan antara spesies padi Afrika (Oryza glaberrima) dan spesies Asia (Oryza sativa).

Singkong adalah makanan pokok di Afrika Timur dan Afrika Tengah. Meskipun begitu, tanaman singkong sangat rentan terhadap hama dan penyakit. Maka dari itu, sangat dibutuhkan pengembangan tanaman singkong yang bebas hama atau penyakit melalui teknik kultur jaringan.

Meskipun demikian, dibandingkan dengan negara-negara Afrika lainnya, Afrika Selatan menghasilkan output yang tinggi di bidang kultur jaringan tanaman, biologi molekuler, transformasi genetik dan konservasi spesies tanaman yang terancam punah.

Perkembangan budidaya tanaman hasil rekayasa genetika sebagai komoditas pangan cukup pesat, tetapi teknologi ini juga memiliki  kekurangan. Terutama dalam bidang kesehatan. Penerapan teknologi sangat diperlukan dalam upaya mencari alternatif pemenuhan kebutuhan pangan, akan tetapi ilmiah saja tidaklah cukup, diperlukan etika mengenai norma dan nilai-nilai moral yang melindungi hak-hak asasi manusia serta makhluk hidup lainnya.

Maka dengan itu kita harus mengenal apa itu Bioetik. Bioetik berasal dari bahasa Yunani, "bios" yang berarti hidup dan "ethos" yang berarti adat istiadat atau moral. Maka bioetik adalah studi tentang etika dalam ilmu biologis dan kedokteran.

Mengambil plasma nutfah negara lain boleh-boleh saja, akan tetapi harus dengan bijaksana dan dengan izin dari negara yang bersangkutan. Kita juga harus mempertimbangkan resiko yang ditimbulkan, seperti hilangnya gen asli yang diambil, ketidakseimbangan ekosistem, dan lain-lain. Akan tetapi, jika kita tidak melakukan hal tersebut, akan terjadi dampak negatif yang lebih banyak. Kemiskinan di negara tertentu, karena sumber daya yang kurang, kurangnya varietas tanaman yang unggul, serta kepunahan tanaman, tanpa ada yang menggantikannya.

Terlepas dari resiko-resiko yang ditimbulkan, izin sangatlah penting. Zaman sekarang ini, ada saja yang mengambil plasma nutfah negara lain tanpa persetujuan. Bisa saja lewat sepatu bot khusus untuk mengambil gen asli dengan menginjak tanaman target. Lalu, sepatu tersebut dibawa untuk diteliti di negara lain. Maka, izin juga penting dalam pengambilan plasma nutfah negara lain.

Sampai disini dulu tulisan saya kali ini, semoga dapat menjawab pertanyaan para pembaca. Terimakasih sudah mengizinkan saya untuk menemani kalian lewat tulisan ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa!

DAFTAR PUSTAKA

Managing Global Genetic Resources. 1991. https://www.nap.edu/read/1583/chapter/1  (diunduh pada tanggal 18 Agustus 2019)

Bhatia, Saurabh. Modern Application of Plant Biotechnology in Pharmaceutical Science. 2015. https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-sciences/germplasm-conservation  (diunduh pada tanggal  19 Agustus 2019)

30 Tanaman Asli Indonesia. 2016. http://sayanusantara.blogspot.com/2016/03/30-tanaman-asli-indonesia.html  (diunduh pada tanggal 19 Agustus 2019)

Tissue Culture : Types, Techniques and Process. https://www.microscopemaster.com/tissue-culture.html  (diunduh pada tanggal 21 Agustus 2019)

Goyal, Shika. What is Tissue Culture and its importance in Plants? 2018. https://www.jagranjosh.com/general-knowledge/what-is-tissue-culture-and-its-importance-in-plants-1521457962-1  (diunduh pada tanggal 21 Agustus 2019)

Bioethics. https://www.sciencedaily.com/terms/bioethics.htm  (diunduh pada tanggal 23 Agustus 2019)

Tissue Culture. https://ag4impact.org/sid/genetic-intensification/biotechnology/tissue-culture/  (diunduh pada tanggal 23 Agustus 2019)

Hananto, Akhyari. Inilah "Nenek Moyang" Cabai yang Asli Indonesia. 2019. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/06/18/inilah-nenek-moyang-cabai-yang-asli-indonesia  (diunduh pada tanggal 23 Agustus 2019)

Sumber Gambar :

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiDh4XqmpnkAhWL7HMBHVfzBHUQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.utakatikotak.com%2Fkongkow%2Fdetail%2F7632%2FKultur-Jaringan-Syarat-Jenis-dan-Manfaatnya&psig=AOvVaw291zpp_Xo1H5Hp9k_xdEFu&ust=1566656834054129  (diunduh pada tanggal 23 Agustus 2019)

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiQ6IWsnZnkAhVEmI8KHTzlCTUQjRx6BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.agrofarm.co.id%2F2018%2F12%2F10802%2F&psig=AOvVaw291zpp_Xo1H5Hp9k_xdEFu&ust=1566656834054129  (diunduh pada tanggal 23 Agustus 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun