Banyak karya film yang kita kenal merupakan hasil dari adpatasi sebuah karya sastra, seperti buku novel. Tak dipungkiri, bahwa film hasil adaptasi tersebut merupakan film-film yang sangat bagus bahkan melebihi ekspektasi penonton ketika membaca novelnya. Lalu sebenarnya apa film adaptasi itu? Apakah isi dari film sama persis dengan isi di novelnya? Mari kita bahas!
Film Adaptasi
Susan Hayward dalam Ardianto (2018), menjelaskan bahwa film adaptasi adalah film yang ide ceritanya berasal dari karya sastra baik itu novel, cerpen, dan lain-lain. Namun, film adaptasi masih tetap memberi ruang bagi sutradara dalam menerjemahkan naskah aslinya.
Meskipun sutradara bebas dalam menginterpretasi cerita, namun inti dari ide cerita asli harus tetap  terjaga dalam cerita baru di film yang akan dibuat. Terdapat tiga kategori adaptasi film dari karya sastra menurut Susan Hayward yaitu adaptasi atas karya-karya tradisional atau klasik, adaptasi drama panggung atau teater ke film, dan adaptasi karya sastra kontemporer.
Linda Hutcheon dalam Ardianto (2018), menjelaskan tiga bagian tentang bentuk hubungan medium dengan penikmatnya. Pertama, menceritakan (to tell) yaitu tentang narasi dalam bentuk teks, diatur oleh teks dan tidak dilengkapi gambar dan suara. Kedua, mempertontonkan (to show) yaitu bagian dari film dan pertunjukkan panggung. Ketiga, berinteraksi dengan cerita (interact with stories) yaitu membangun target sasaran dengan keterkaitan medium yang tidak hanya dengan dipertontonkan saja, melainkan menggabungkan keduanya.
Film Bumi Manusia (2019)
Banyak film hasil adaptasi di Indonesia, salah satunya adalah film Bumi Manusia (2019). Film ini merupakan adaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer (bbc.com, 2019). Â
Novel Bumi Manusia bercerita mengenai perjuangan tokoh Minke (Iqbaal Ramadhan), melawan dan memperjuangan kedudukan pribumi terhadap diskriminasi yang dilakukan oleh Belanda pada masa kolonial Belanda. Tokoh Minke, sebagai anak bupati, dapat bersekolah dan pengetahuan yang ia dapatkan, ia gunakan untuk melawan kolonialisme Belanda pada saat itu.
Pemeran Iqbaal Ramadhan sebagai tokoh Minke memicu kontra dari para netizen. Namun,ada juga yang menganggap Iqbaal dapat membuat film Bumi Manusia ini dikenal oleh generasi milenia (Lintang, 2018).
Selain pemeran Minke, terdapat juga kontra mengenai sutradara film ini, Hanung Bramantyo karena mengalami kegagalan filmnya yang berjudul Benyamin Biang Kerok.
Dilansir dari bbc.com, buku Bumi Manusia yang diluncurkan menjelang hari kemerdekaan Indonesia, pernah dilarang pada tahun 1981 oleh Kejaksaan Agung RI. Â Namun, saat ini buku Bumi Manusia dan buku-buku lain karya Pramoedya Ananta Toer sudah dijual bebas.
Larangan novel Bumi Manusia menggambarkan tentang kacaunya peraturan pada masa Orde Baru.
Proses adaptasi novel Bumi Manusia ke film merupakan adaptasi sebagai produk. Menurut Hutcheon, adaptasi sebagai produk merupakan transposisi dari satu karya (medium) ke karya lain (medium), dalam hal ini adalah dari novel ke film.
Novel Bumi Manusia yang diadaptasi menjadi sebuah karya film dapat membuat isi cerita novel menjadi tampak terlihat seperti sebuah realitas. Novel yang hanya berisikan teks tulisan, dengan diadaptasi menjadi sebuah film dapat membuat imajinasi seseorang menjadi kenyataan.
Melalui film Bumi Manusia (2019), maka ada visual dan gesture dari para pemeran ditambah dengan musik pengiring dan dialog yang semakin membawa penonton ikut merasakan secara emosional perjuangan tokoh Minke melawasan diskriminasi pemerintah Belanda.
Adaptasi membuktikan bahwa tidak ada satupun karya seni di dunia yang benar-benar baru, setiap karya seni tercipta dari karya-karya seni sebelumnya. Hal ini sesuai dengan film Bumi Manusia (2019) yang ide dasar film tersebut diciptakan adalah dari novelnya. Ada pengulangan dari cerita novel menjadi sebuah film yang tentunya terdapat variasi di dalam film tersebut.
Film Bumi Manusia lebih banyak menggambarkan mengenai kisah cinta antara Minke dan Annelies dan sedikit menampilkan pertemanan Minke dengan Jan (Bryan Domani). Hal ini tentunya bisa berbeda dengan novel, yang memiliki porsi seimbang dan banyak menceritakan tentang pertemanan Minke dengan Jan Dapperste.
Meskipun demikian, isi film Bumi Manusia tidak menghilangkan unsur historis yang digambarkan melalui novel aslinya. Film Bumi Manusia dapat menceritakan dengan baik pesan historisnya di tengah konflik percintaan Minke.
Daftar Pustaka
Ardianto, D.T. (2014). Dari Novel ke Film: Kajian Teori Adaptasi sebagai Pendekatan dalam Penciptaan Film. Jurnal Panggung, 24(1).
Bbc.com. (2019). Bumi Manusia: Film adaptasi dari buku mantan tapol yang pernah dilarang, 'perjalanan sulit' Pramoedya Ananta Toer. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-49351210
Lintang, A. (2018). Adaptasi Film 'Bumi Manusia' Tuai Pro dan Kontra. Diakses dari https://ultimagz.com/opini/adaptasi-film-bumi-manusia-tuai-pro-dan-kontra/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H