Mohon tunggu...
Maria Da Costa
Maria Da Costa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Just be yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ternyata Musik Dangdut Berkaitan dengan Politik Loh!

20 Maret 2021   09:23 Diperbarui: 20 Maret 2021   09:31 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya akan membahas mengenai politik di dalam budaya populer dan subkultur. Namun saya akan menjelaskan satu-satu tentang definisi budaya populer dan subkultur. Banyak hal-hal yang yang pernah hits dan menjadi trend di zamannya. Seperti contoh baju sabrina, dalgona coffee, dessert box, drama Korea, KPOP, dan sebaginya. Hal-hal ini disebut dengan budaya populer. Lantas, apa yang dimaksud dengan budaya populer? Bagaimana hubungannya dengan politik?

Budaya populer menurut Istiqomah (2020), adalah budaya yang disukai secara luas oleh banyak orang. Beberapa karakteristk budaya populer yaitu tren, keseragaman bentuk, adaptabilitas, durabilitas, dan profitabilitas. Salah satu contoh konkret budaya populer yaitu musik dangdut. Dangdut merupakan musik khas Indonesia. Musik dangdut berasal dari periode pemerintahan Belanda. Musik dangdut berawal pada tahun 1940-an dari musik Melayu. Pada tahun 1973 ketenaran musik dangdut semakin meningkat yang ditandai dengan adanya grup Soneta oleh Rhoma Irama. Pada tahun 2000-an, musik dandut semakin berkembang yang ditandai dengan munculnya goyangan atau gerakan-gerakan yang heboh oleh penyanyi Inul Daratista. Hingga sekarang musik dangdut sudah dikenal banyak orang dan sudah banyak penyanyi-penyanyi dangdut seperti Ayu Ting Ting, Zaskia Gotik, Cita Citata, dan masih banyak lagi.

Musik dangdut berhubungan dengan politik. Musik dangdut dijadikan alat atau media dalam melakukan kampanye oleh berbagai partai politik. Musik dangdut yang disukai dan diminati oleh kebanyakan masyarakat Indonesia menjadi salah satu alasan partai politik menggunakannya dalam kampanye. Musik dangdut dijadikan media dalam komunikasi politik untuk menarik perhatian masyarakat. Setyawan (2004), mengatakan bahwa pada tahun 1990-1n, musik dangdut sudah digunakan oleh partai politik yang berkuasa sebagai media kampanye. Musik dangdut digunakan sebagai media dalam kampanye untuk menarik masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah untuk ikut datang ke area kampanye dan mendukung partai yang sedang melakukan kampanye. Artinya musik dangdut menjadi daya tarik masyarakat.

Musik dangdut dapat memobilisasi masyarakat atau massa untuk bersama-sama datang ke titik kumpul kampanye lalu mendengarkan janji-janji politik oleh para calon dari masing-masing partai politik. Partai politik atau calon anggota mengkomunikasikan visi-misi, janji-janji atau orasi  sambil memutar dan mengundang para penyanyi dangdut. Hal ini tentunya sangat berhasil dalam menggerakan atau memobilasasi masyarakat. Karena mayoritas masyarakat Indonesia menyukai musik dangdut dengan gerakan atau goyangan-goyangan yang semangat.

Berbeda dengan budaya populer, subkultur adalah sebuah kegiatan atau gerakan (kolektif) atau bagian dari kultur yang besar. Subkultur merupakan sekolompok orang yang berbagi kepentingan, idelogi, dan praktik tertentu. Subkultur terdiri dari kelompok-kelompok yang ditolak atau dikucilkan dari masyarakat. Subkultur ini erat kaitannya dengan pemberontakan. Contoh konkret subkultur yaitu komunitas punk. Punk muncul pertama kali pada tahun 1970-an di Inggris. Gerakan Punk yang terdiri dari anak-anak muda kelas pekerja ini dibentuk sebagai wujud perlawanan kapitalisme.

Lalu apa hubungan punk dengan politik? Subkultur punk muncul sebagai wujud perlawanan hegemoni dari budaya dominan. Ideologi baru yang dibawa oleh Punk yaitu anti kemapanan dan kemandirian. Subkultur Punk muncul karena para tokoh politik yang mengakibatkan tingginya tingkat kriminalitas dan pengangguran. Sehingga Punk menyindir para tokoh politik dengan lagu-lagu yang kasar, musik yang menghentak

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang isinya kasar dan memprotes pemerintah serta beat yang menghentak dan cepat.

Musik dangdut sebagai budaya populer berkaitan dengan politik karena musik dangdut dijadikan media dalam kampanye politk. Para tokoh politik menggunakan musik dangdut untuk membobilisasi rakyat agar mau datang ke tempat kampanye dan mendengar janji-janji politik. Sedangkan subkultur punk berkaitan dengan politik karena adanya hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan atau hegemoni. Punk muncul karena ingin melawan budaya dominan yang tidak sesuai dengan mereka. Sehingga Punk memunculkan idelogi anti kemapanan dan kemandirian.

Daftar Pustaka:

Istiqomah, A. (2020). Ancaman Budaya Pop (Pop Culture) Terhadap Penguatan Identitas Nasional Masyarakat Urban. Jurnal Politik Walisongo, 2(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun