Mohon tunggu...
@mar.dov
@mar.dov Mohon Tunggu... Lainnya - Juru ketik

Mengetik untuk menggelitik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

KRL dan Disiplin Kerja

4 September 2023   23:58 Diperbarui: 5 September 2023   00:05 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon katanya, tempat tinggal tidak menentukan disiplin kerja seseorang. Ini saya buktikan sendiri kebenarannya. Dulu, ada masa di mana saya jarang sekali masuk kerja tepat waktu. Jam kerja yang seharusnya pukul 7 teng, meleset menjadi 7.10, 7.15 bahkan terkadang 7.30. Pokoknya asalkan awalan depannya masih jam 7, saya sudah merasa tenang dan tenteram. 

Sayangnya HRD di tempat saya bekerja tidak sependapat. Mereka tidak senang melihat jam kerja saya yang amburadul. Awalnya mereka berinisiatif memberikan sindiran-sindiran halus ketika kebetulan berpapasan di koridor gedung. Namun, karena dilihat tidak mempan, puncaknya saya dikirimkan sepucuk surat cinta. Isinya, peringatan pertama karena masuk selalu di akhir, padahal kalau giliran pulang tak pernah di belakang. 

Saya pikir-pikir, apakah sebabnya di masa itu saya selalu terlambat? Lokasi tempat tinggal? Jelas bukan. Kontrakan saya hanya sekitar 10 menit berjalan kaki dari lokasi kerja. Artinya bangun mepet-mepet jam masuk pun harusnya tak jadi soal. Istilahnya, sekali kepeleset sampai sudah. 

Jika bukan soal jarak, apakah saya terlambat dikarenakan tanggung jawab yang  besar di keluarga? Ya, ini adalah alasan yang sering saya pakai untuk berkilah. Mengingat di masa itu memang anak saya masih balita. Sebagai ibu sudah kewajiban saya untuk mengurus keperluannya terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Terdengar mulia bukan? 

Akan tetapi, tempat kerja bukan lembaga amal yang akan rela, tulus ikhlas dalam memahami bahwa karyawannya memang karena satu dan lain hal, tidak dapat tidak, selalu datang terlambat. Intinya, bisa tidak bisa, saya tidak boleh terlambat. Meskipun punya kesadaran pribadi ini, ditambah dengan surat cinta dari HRD masih kurang ampuh dalam memotivasi saya datang lebih awal. 

Siapa sangka, solusi dari ketidakdisiplinan saya dalam masuk kerja adalah dengan memarkirkan diri dalam bilangan 25 - 40 km jauhnya dari lokasi kerja. Dari hitungan matematika, agak-agak kurang logis memang. Jarak tempuh yang jauh berarti saya butuh waktu yang lebih lama untuk sampai ke kantor. Jika dengan jarak tempuh yang kurang dari 500 meter, saya terlambat 5 - 15 menit, apa kabar bila jarak tempuh berkali lipat banyaknya? 

Kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya. Terhitung sejak pindah dari ibukota ke 'anak kota' sejak 2 - 3 tahun lalu, tingkat keterlambatan saya turun drastis. Dari yang tidak pernah tidak terlambat menjadi karyawan yang absen 5 - 10 menit di depan. 

Resep rahasia di balik kisah sukses dalam mendisiplinkan diri masuk kerja ini adalah kereta. Ya, sejak memutuskan untuk mengasingkan diri ke daerah pinggir kota, saya bergabung dalam geng angker, alias geng anak kereta. Istilah ini mengacu ke siapa saja yang mengandalkan moda transportasi kereta, alias KAI commuter atau KRL, untuk kepentingan mobilitas. Tak peduli mau orang itu duduk atau berdiri, mau tertidur atau scrolling media sosial, mau berlapang-lapang atau berdesak-desakan, asalkan dia ikut bersama kereta yang berjalan, dia sudah resmi jadi anggota geng angker. Konon kabarnya berdasarkan info dari Kompas.com (2/8), di bulan Juli 2022 jumlah geng angker untuk wilayah Jabodetabek sudah mencapai 18,9 juta orang. Jumlah yang sangat potensial untuk memulai sebuah organisasi massa ataupun partai politik, bukan?

Keistimewaan KRL yang utama sekali terletak pada prediktabilitasnya. KRL memiliki jam berangkat dan tiba yang boleh dibilang hampir pasti. Geng angker yang masih pemula biasanya akan mengakses jadwal keberangkatan kereta melalui situs KAI Commuter. Dalam hitungan detik, jadwal keberangkatan dan kedatangan KRL dari segala jurusan sudah terpampang di depan mata. Atau, bisa juga memakai jurus kepepet. Datang langsung ke stasiun dan mencegat entah security entah pegawai KRL untuk menanyakan jadwal keberangkatan terdekat. Dalam bilang detik pula kita akan langsung diarahkan ke jalur kereta dimaksud.

Sementara itu, untuk geng angker yang sudah veteran, rata-rata mereka sudah hapal jadwal kereta di luar kepala. Oleh karena itu, mereka akan menyesuaikan jam bangun, jam berbenah dan jam berangkat dari rumah dengan jam keberangkatan kereta. Meleset sedikit, bahkan itu cuma sepersekian detik, mereka hanya bisa memandang nelangsa pada kereta yang sudah bergerak pelan meninggalkan stasiun. 

Sebagai geng angker yang sudah lumayan senior, saya bersaksi bahwa tidak ada yang lebih menyesakkan hati ketimbang melihat pintu kereta tertutup cepat ketika kita sudah memasuki stasiun. Ingin rasanya teriak dan mengejar kereta, namun itu akan percuma saja. Tidak pernah ada sejarahnya masinis berbaik hati berhenti demi menaikkan penumpang yang ketinggalan di belakang. 

KRL memang tidak sepenuhnya sempurna yang selalu tepat waktu di segala cuaca dan suasana. Terkadang memang ada sedikit keterlambatan jadwal. Akan tetapi, keterlambatan ini tidaklah separah moda transportasi lain. Juni lalu, kalau menurut Kompas.com (1/6) nilai keterlambatan pemberangkatan KRL hanyalah sekitar 6 menit. Angka ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan nilai keterlambatan yang akan kita alami ketika mengambil moda transportasi publik lain, semisal bus dan angkot, ataupun ketika memutuskan naik mobil pribadi. 

Merujuk kembali ke Kompas.com (22/2), TomTom International BV di tahun 2022 mengurutkan Jakarta di peringkat 29 dari kota-kota seluruh dunia dalam hal indeks kemacetan. Rata-rata waktu tempuh untuk setiap 10 km perjalanan di Jakarta mencapai 22 menit 40 detik. Dengan tingkat kemacetan ibukota yang tidak terdengar indah, menggunakan KRL menjadi solusi yang paling bisa diandalkan dan terpercaya. Jaya KRL, kami geng angker menaruh hormat! 

Referensi:

Available at: https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/22/13484461/semakin-parah-indeks-kemacetan-jakarta-naik-ke-peringkat-29-kota-dunia (diakses tanggal 4 September 2023)

Available at: https://money.kompas.com/read/2023/06/01/170500526/hari-pertama-gapeka-2023-rata-rata-keterlambatan-pemberangkatan-krl-capai-6 (diakses tanggal 4 September 2023)

 Available at: https://money.kompas.com/read/2022/08/02/153730226/terus-naik-jumlah-penumpang-krl-jabodetabek-tembus-189-juta-orang-pada-juli (diakses tanggal 4 September 2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun