"Dok, kok bisa tinggi ya tensi saya? Padahal biasanya saya periksa di rumah dan selalu normal."
Ada yang pernah nanya begitu juga ke dokter? Kalau tensi tinggi hanya saat bertemu dokter, berarti Anda mengalami "white coat hypertension" atau hipertensi jas putih.Â
Sesuai namanya, tekanan darah bisa tiba-tiba menjadi tinggi (140/90mmHg) saat bertemu dengan dokter dan normal (<130/80mmHg) saat dilakukan pengukuran di rumah.Â
"Mengapa bisa begitu, dok?" Hal ini masih dihubungkan dengan penambahan usia dengan prevalensi pada wanita lebih sering terjadi, selain itu faktor psikis juga memegang peranan, diyakini WCH terjadi akibat kecemasan saat bertemu dokter.
Kalau biasanya tensi normal, berarti saya bukan hipertensi ya, dok?
Iya betul sekali. White coat hypertension (WCH) tidak termasuk dalam kategori hipertensi yang sebenarnya. Akan tetapi, penegakan diagnosis untuk WCH agak sulit, karena membutuhkan pengukuran yang lebih akurat berupa ABPMÂ (Ambulatory Blood Pressure Monitoring).
Apa itu ABPM?
Ambulatory Blood Pressure Monitoring merupakan pengukuran tekanan darah selama 24 jam (saat aktivitas dan saat istirahat).Â
Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan seseorang dengan tensi tinggi saat ke dokter, apakah memang memiliki hipertensi atau WCH, karena sekitar 15-30% pasien dengan tensi tinggi mengalami WCH.Â
ABPM normal ditandai dengan tensi rata-rata dalam 24 jam adalah 130/80mmHg. Sehingga, apabila tensi di klinik/rs 140/90mmHg dan ABPM 130/80mmHg, berarti Anda memiliki WCH.Â
Sebaliknya, apabila ABPM rata-rata 130/80mmHg, maka sebenarnya Anda memang memiliki hipertensi.
Memang kenapa dok kalau WCH ataupun hipertensi? Apa beda dan dampaknya?
Seperti yang kita ketahui, hipertensi merupakan penyebab terjadinya berbagai penyakit seperti stroke dan jantung.Â
Apakah WCH juga bisa menyebabkan peningkatan resiko untuk penyakit tersebut?Â
Menurut AHAÂ (American Heart Association)Â 2022, telah diteliti bahwa WCH saja juga dapat meningkatkan resiko di atas, dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan tensi normal (pengukuran tekanan darah normal saat di rumah maupun di rs/klinik).Â
Meskipun, peningkatan resiko tersebut lebih kecil dibandingkan pada pasien dengan hipertensi yang sebenarnya.
Kalau memang WCH beresiko berkembang menjadi penyakit stroke dan jantung di kemudian hari, apakah perlu minum obat hipertensi?
Ini masih diteliti, karena pengukuran dari ABPM juga memang dibutuhkan selain untuk melihat apakah seseorang termasuk hipertensi atau WCH.Â
Karena apabila WCH, tetapi didiagnosis dengan hipertensi dan diterapi dengan anti hipertensi maka akan merugikan bagi pasien tersebut, karena sebenarnya mereka mendapatkan pengobatan yang tidak perlu dan dapat membuat tekanan darah turun hingga menimbulkan keluhan pusing.
Lalu, apakah terapi yang baik untuk penderita WCH agar tidak meningkatkan resiko penyakit stroke dan jantung?
Tentunya dengan tetap menjaga pola hidup sehat dengan makanan seimbang dan olahraga. Bila diagnosis WCH memang sudah tegak, perlu pula dilakukan monitoring selama 3-6 bulan untuk konfirmasi tekanan darah serta pengukuran ABPM tiap tahunnya untuk mengetahui adanya perkembangan dari WCH menjadi hipertensi yang sebenarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI