Mohon tunggu...
Maria Ayu
Maria Ayu Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Everything is art Email : ayudivayulita@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peran Jurnalisme Warga Kompasiana sebagai Wadah Opini Isu Lokal

21 Oktober 2020   14:41 Diperbarui: 21 Oktober 2020   14:45 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnalisme Warga (dok.pri)

Seperti yang kita ketahui, blog merupakan ruang interaktif untuk membangun relasi karena sangat memungkinkan penulis berinteraksi dengan pembaca. Maka, blog juga sering dikenal sebagai jurnalisme partisipasif.

Selain itu, perlu kita sadari juga bahwa kebebasan berekspresi dan berpendapat memunculkan jurnalisme warga. Lalu, apa itu jurnalisme warga?

Jurnalisme warga adalah  warga dapat menyampaikan berita ketika memiliki foto secara langsung melalui blog atau berbagai media mainstream lainnya (Kurniawan, 2007:71). Jurnalisme warga muncul atas dasar jurnalisme publik.

Jurnalisme warga bisa memberikan masukan, saran, kritik, atau pujian kepada berita yang ditulis dari wartawan profesional. Kemudian, warga melakukan liputan yang bersifat terbuka. Hal ini memungkinkan terjadinya kerjasama reportase antara wartawan profesional dengan pembaca untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu, rumah blog dan warga dapat  memiliki kesempatan menjadi editor terhadap apa yang ditulis.

 Sebagai jurnalis warga seharusnya memberikan informasi yang tidak diangkat oleh media mainstream (Widodo, 2019: 67). Adanya jurnalisme warga sebagai wadah untuk mengungkapkan opini serta mempunyai peran untuk menjaga independensi informasi berita yang didapat dari media massa. Terlihat sangat jelas bahwa tujuan jurnalisme warga supaya publik terlibat dalam memantau objektifitas pemberitaan di media.

Salah satu blog yang ada di Indonesia sebagai penerapan praktik jurnalisme warga adalah Kompasiana. Kompasiana berbentuk sosial-blog. Kompasiana sangat memungkinkan warga untuk terlibat secara aktif dalam mencari dan berbagi informasi (Bayquni,dkk,2015:72). Masyarakat memiliki kebebasan berpendapat dituangkan dalam bentuk tulisan yang bisa dilengkapi video atau foto.

Selain itu, walaupun diberi kebebasan, Kompasiana juga memiliki syarat dan ketentuan untuk mengatur penulis dalam memublikasikan karyanya.  Maka, penting bagi penulis untuk memperhatikan syarat dan ketentuan ketika ingin menulis di Kompasiana. 

Jika artikel yang ditayangkan melanggar salah satu syarat dan ketentuan akan dihapus secara otomatis dari Kompasiana. Kompasiana selalu menyediakan admin 24 jam untuk memoderasi artikel-artikel kita yang ditayangkan.

Jika di tilik dari profilnya, Kompasiana didirikan oleh Kompas Cyber Media pada  tanggal 22 Oktober 2008. Pengguna Kompasiana yang memiliki akun dan menulis disebut sebagai kompasianers.

Lalu, di tahun 2017 adanya perubahan slogan Kompasiana dari "Sharing, Connecting" menjadi "Beyond Blogging". Kompasiana mengganti slogan tersebut sebagai wujud doa sekaligus menegaskan bahwa Kompasiana merupakan wadah untuk menyalurkan informasi dan opini masyarakat.

Tujuan Kompasiana sudah sangat jelas sebagai wadah jurnalisme warga. Tetapi, pertanyaan yang terlintas adalah apakah realitas yang dipraktikkan kompasianers (penulis Kompasiana) sesuai dengan tujuan Kompasiana? Bagaimana realitas praktik  kompasianers yang berperan sebagai para jurnalis warga?

Berdasarkan data yang diperoleh dari penulis ketika menghitung secara manual dengan mengambil sampel sepuluh akun kompasianers untuk dihitung jumlah artikel dalam bulan September yang mengangkat isu lokal adalah Marahalim Siagian sebanyak 7 dari 18 artikel, Felix Tani sebanyak 2 dari 26 artikel, I Ketut Suweca sebanyak 6 dari 27, Fauji Yamin sebanyak 4 dari 10 artikel, Neno Anderias Salukh 2 dari 7, Reba Lomeh 8 dari 16, Gregorius Nyaming 5 dari 7.

Sepuluh akun kompasianers yang disebutkan tersebut merupakan orang-orang yang dikenal kompasianers lainnya konsisten dalam menuliskan artikel  isu lokal.  Selain itu, berdasarkan pantauan penulis dihitung dari pukul 10.00 WIB pada tanggal 6 Oktober 2020 sebanyak 4 dari artikel utama dan pilihan 8 jam terakhir merupakan tulisan opini yang mengangkat isu lokal. 

Selebihnya, ditemukannya artikel utama dan pilihan membahas isu-isu teraktual yang sedang diperbincangkan masyarakat luas, termasuk menjadi bagian berita media arus utama. Selain itu juga, artikel berupa puisi, cerpen, fiksiana, dan sebagainya.

Selain itu, penulis akan menyajikan hasil bincang-bincang penulis kepada dua kompasianers   ketika membahas tentang pengalamannya melakukan reportase isu-isu lokal.

Pertama, penulis akan memaparkan hasil dari berbincang- bincang dengan kompasianers bernama Fauji Yamin. Menurut Kak Fauji, ketika menulis isu lokal mendapatkan titik kepuasan batin karena ditilik dari sudut pandangnya isu lokal jarang dilirik oleh pemangku kepentingan.

Selain itu, ia mempunyai keinginan kuat untuk mengenalkan daerahnya kepada masyarakat luas. Kak Fauji berfokus kepada isu lokal dengan tema humanisme. Bagi dia, ketika menulis humanisme bisa memahami sesuatu sesuai realitas kehidupan yang terbuka dan transparan.

Menurutnya, menulis reportase tentang humanisme adalah kritik dasar manusia. Selain itu, tantangan dalam melakukan reportase ketika harus membuka dialog dan menyelami seseorang untuk kita jadikan narasumber liputan. mendapatkan banyak manfaat.

Kak Fauji juga juga berpesan bahwa intinya beranikan diri untuk mengupas sampai ke bagian dalamnya tetapi harus mempertimbangkan nilai-nilai etika dan kesopanan. Mulailah berkomunikasi dengan mengikuti alur pembicaraan orang yang sedang kita wawancarai.

Kedua, kompasianers Guido. Pengalamannya melakukan reportase yang mengangkat isu lokal baginya merupakan suatu hal yang menyenangkan karena bisa menjelaskan situasi yang kontekstual. Selain itu, ia mempunyai alasan untuk memperkenalkan masyarakat lokal Manggarai NTT kepada masyarakat luas.

Kemudian, untuk menjelaskan situasi daerah secara komprehensif tidak hanya pada satu isu aja melainkan semua aspek daerah. Ketiga , ingin menegaskan bahwa kebudayaan merupakan wacana yang tidak pernah lekang oleh zaman. Apa yang penulis petik disini bahwa Kak Guido ingin mengingatkan kita masyarakat Indonesia untuk tetap melestarikan budaya. Budaya tidak hanya dipandang sebagai artefak masa lalu saja. Terkait kendala yang dibicarakan oleh Kak Guido perihal waktu, sehingga ia meliput reportase saat mempunyai waktu luang saja karena ada pekerjaan pokok yang menjadi prioritas utama.

Kompasianers sudah memanfaatkan wadah kompasiana untuk menyalurkan opini dari berbagai bentuk sesuai gaya menulis mereka secara optimal. Namun, ditilik dari data yang ditemukan, belum ditemukan banyak kompasianers yang menuliskan artikelnya mengangkat isu-isu lokal. Masih banyak ditemukan kompasianers menulis isu-isu yang dibicarakan arus media utama. Tetapi, ada pula ditemukannya contoh kompasianers yang konsisten dalam menulis opini isu-isu lokal.

Ditilik dari wawancara dengan kompasianers yang mengangkat isu lokal juga sudah melakukan reportase. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak menutup kemungkinan, bahwa sedikit kompasianers sudah berperan sebagai jurnalis warga.

Akan tetapi, penulis kira jika peran Kompasiana sebagai wadah opini isu lokal belum bisa dikatakan begitu. Karena dominan artikel yang ditulis oleh kompasianers mengangkat isu yang dibicarkan media arus utama.

Maka, tujuan dibuatnya Kompasiana tersebut, belum tercapai sepenuhnya. Namun, penulis rasa Kompasiana memiliki potensi besar sebagai wadah opini isu lokal. Karena sudah ada sebagian kecil rekan kompasianers yang konsisten menulis opini isu lokal.

Terlebih, kompasianers tersebut sudah dikenal karena mempunyai identitas dalam tulisannya yang mengangkat isu lokal oleh kompasianers lainnya. Sehingga penulis mengharapkan dapat mendorong kompasianers lainnya untuk menulis artikel opini isu lokal. Tujuannya, agar praktik jurnalisme warga tercemin di Kompasiana.

Salam Reportase Warga!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun