Mohon tunggu...
Maria Ayu
Maria Ayu Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Everything is art Email : ayudivayulita@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Ketika Anak Teater Menggali Karakter lewat Film "Sang Penari"

17 Oktober 2020   21:10 Diperbarui: 19 Oktober 2020   02:02 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pementasan Monolog "Tua" karya Putu Wijaya by Budy

Ketika mulai menulis artikel untuk mengulas film "Sang Penari", saya juga sedang mencari jati diri sebagai lakon naskah monolog "Tua" karya Putu Wijaya. Ini suatu hal tak terduga. Secara kebetulan, waktu beriringan.

Sutradara saya menghidupkan karakter dalam lakon "Tua" dengan latar belakang sebagai penari ronggeng. Saat bedah naskah, saya dianjurkan sutradara sebagai referensi untuk menggali karakter penari ronggeng mengacu pada tokoh Srintil dalam film "Sang Penari".

Tepat pada tanggal 15 Oktober 2020, garapan lakon "Tua" didokumentasikan. Tetapi, itu tidak berarti saya selesai memahami pergulatan batin seorang penari ronggeng. Saya merasa kurang atas proses sepuluh hari mendalami karakter tersebut.

Jika peluang untuk memainkan lakon kembali, saya akan memanfaatkan hal yang menjadi pembelajaran disaat mengulas film "Sang Penari".

Film "Sang Penari" (2011), disesuaikan dari novel Trilogi: Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Novel tersebut merupakan bentuk keresahan yang penulis rasakan pada kelamnya situasi nyata saat itu. Hanya saja, "Sang Penari" membangun segala kompleksitas ceritanya dari sudut pandang yang berbeda.

Cakap mengajak kita untuk menelisik peliknya dinamika sosial di tahun 1960-an, film "Sang Penari" memberikan kesan yang mendalam di hati para penontonnya

Film Sang Penari membingkai rentetan peristiwa desa Dukuh Paruk di tengah kekacauan situasi nusantara saat itu. Isu politik melebur menjadi satu bagian utuh dengan isu budaya. Lapisan isu kecil yang mewarnai konflik cerita sangat beragam.

Berkat Film "Sang Penari", kita diajak untuk berpikir kritis dan mawas diri. Film Sang Penari memberitahukan sekat perubahan antara masa lampau dan masa sekarang di tanah air kita tercinta ini ditilik dari berbagai aspek kehidupan. Juga, membuat kita mengenal secuplik sejarah PKI. Kita mendapatkan wawasan tradisi dari tarian ronggeng seperti "buka klambu".

 "Sang Penari" disutradarai oleh Ifa Isfansyah. Pemeran utama diperankan oleh Prisia Nasution dan Oka Antara. Taburan gejolak asmara si Srintil dengan Rasus sepanjang perjalanan cerita yang berakhir getir membawa genre berkiblat ke arah romance.

Ulasan film menggunakan paradigma fenomenologi yang menekankan seseorang memaknai secara sadar apa yang ia alami berdasarkan pengalamannya.

Film ini berhasil memborong empat piala dengan nominasi Sutradara Terbaik, Aktris Utama Terbaik, Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik, dan Film Terbaik (Dewi,2020).

Film tersebut ditayangkan di bioskop seluruh Indonesia. Selain itu, diadakan roadshow di Bandung oleh produser film "Sang Penari" (Bisnis.com,2011). Tahun 2020, film ini bisa kita nikmati di Netflix (Dewi,2020).

Pembahasan akan berfokus pada pergolakan batin tokoh Srintil. Titik ulasan menggunakan teori psikoanalisis.

Komponen yang akan diulas meliputi alam bawah sadar dan kesadaran, relasi individu, identitas dan identifikasi, id, ego, dan superego, neuroris dan psychosis, imajinasi, realitas, dan simbol (Ryan,2012, p.46-48). Saya mengulas komponen tersebut dengan menimbang pengalaman memerankan karakter penari ronggeng.

Tangkapan Layar dari m.imbd.com/Salto Films
Tangkapan Layar dari m.imbd.com/Salto Films
Srintil menjadikan orangtua sebagai panutannya. Srintil mempunyai prinsip seperti orangtuanya ketika mau jadi ronggeng sebagai tanda hormat kepada tanah kampung halamannya. Srintil ingin menghapus kesalahan orang tuanya di masa lalu, saat warga satu kampungnya meninggal karena keracunan tempe bongkrek.

Sikap mandiri Srintil tumbuh ketika mampu mengurus dirinya sendiri hingga dewasa. Srintil mempunyai sikap yang lemah lembut ditilik dari kesukaannya dalam menari.

Srintil sedari kecil sudah mempunyai mimpi menjadi penari. Terkupas secara visual ketika adegan Srintil mempunyai kebiasaan refleks menggerakan anggota tubuhnya ketika ada alunan musik.

Srintil (Sumber: cultura.id)
Srintil (Sumber: cultura.id)
Srintil, sosok yang ambisius dan tegar. Tercermin dalam adegan pertama ia meronggeng di depan halaman rumahnya, namun tak ada satupun orang datang. Walaupun kesedihan terlihat dari raut wajahnya, ia tetap menikmati dan menyelesaikan tariannya.

Di sisi lain, Srintil menolak realitas dan memaksakan diri untuk memperjuangkan cintanya dengan Rasus tanpa melihat bahwa dirinya  sebagai penari ronggeng. Rasus dipaksakan untuk memahami diri Srintil atas hasratnya dalam menari. Tergambar jelas dalam dialog, "Kamu mbok tahu dari dulu aku seneng joget".

Titik itu, Srintil egois bahkan tidak memahami dirinya sendiri. Apalagi memahami Rasus. Srintil sibuk mengejar ambisinya sehingga luput dan mengesampingkan Rasus. Ia semakin berfantasi ketika dirinya dipuji suaranya, bau tubuhnya sudah layak untuk menjadi penari ronggeng.

Celah ini membuktikan Srintil sedang memperlihatkan isi kepalanya. Adegan terlihat dari mimik wajah yang sumeh dan posisi muka mengadah pertanda membayangkan mimpi yang ingin digapai.

Psychosis muncul ketika ia berada di titik buntu. Pasca buka klambu membuat dirinya trauma sehingga menarik diri dari lingkungannya.  Adegan digambarkan ketika ia hanya berbaring di atas kasur, sembari melamun mengurung diri dengan tatapan yang kosong.

Pertentangan batin terjadi ketika dirinya berhenti menari. Hancur lebur hatinya, bak dituangkan api. Ia gundah gulana. Ia merasa terperangkap, sesak batinnya.

 Ia mengalami titik gundah gulana. Ia hanya mau menari saja. Ia merasa terperangkap, sesak batinnya.

Terlebih, ketika adegan Srintil menyanyikan lagu untuk seorang bayi yang digendongan. Tetapi, ia tidak mau melepasnya. Dipertegas ketika Srintil berkata , "Ragaku bisa joget, tetapi batinku tidak bisa joget".

Batin saya, ada kalimat cocok dari naskah "Tua" untuk menggambarkan situasi tersebut, "Aku kalap, aku tidak melihat apa-apa lagi".

Ia hanya termenung meratapi pahitnya realitas. Akhir cerita, ia memutuskan untuk mengorbankan cintanya dengan pura-pura tidak mengenali Rasus ketika bertemu di pasar. Karena Srintil sudah memahami dirinya dan ingin mempertahankan eksistensi dirinya menjadi seorang penari merupakan alasan kuat untuk meninggalkan Rasus. Setelah sekian purnama, Srintil terjebak dalam penjara atas kasus tuduhan PKI.

Identitas Ronggeng dipertahankan dalam jati diri seorang Srintil. Memang, konsekuensi dari pengorbanan harus dipahami, karena kita tidak mungkin tamak untuk meraih ekspektasi. Terkadang kita juga perlu untuk mengiklaskan salah satu walaupun sulit, supaya yang lainnya selamat.

Titik pamungkas bagi Srintil dalam menyadari sisi lain dari realitas menjadi penari ronggeng. Mulanya, ia mempunyai angan yang indah ketika menjadi penari. Padahal, setelah dijalani lambat laun ia memahami bahwa tanggung jawab dan konsekuensi menjadi penari ronggeng itu berbeban berat. Dirinya menjadi terpukul apalagi ketika ia mengetahui jika penari ronggeng juga harus mampu melayani  nafsu laki-laki.

Saya juga menemukan makna baru dalam konteks "Tua" ketika berperan, "Tua" tidak hanya berlaku pada manusia saja, melainkan apa saja yang ada di dunia, termasuk tradisi yang dikemas secara turun-temurun menjadi suatu budaya yang melekat pada identitas individu tertentu.

Film tersebut memberikan pelajaran berharga, agar bisa memahami antara mimpi dan realitas. Realitas tidak seindah yang diimpikan, justru terkadang menjerumuskan kita terjun ke jurang.

Saya jadi teringat perkataan sutradara saya, "Jangan paksakan situasi, kamu harus menurunkan standar jika ekspektasimu terlalu tinggi".

Saya berkaca dari tokoh Srintil bahwa sebenarnya ketakutan itu adalah dirimu sendiri.

SemangArt!

Daftar Pustaka:
Bisnis.com. (2011, Oktober 30). Film Sang Penari Roadshow di Bandung. bandung.bisnis.com. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020 dari Bandung Bisnis 

Dewi, D. S. (2020, April 21). Daftar Film Indonesia yang Tayang di Netflix Sang Penari , AADC 2.tirto.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020 dari Tirto

Ryan, M. (2012). An Introduction to Criticism : Literature/Film/Culture.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun