Mohon tunggu...
Maria Ayu
Maria Ayu Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Everything is art Email : ayudivayulita@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Ngenest", Potret Nasib Tionghoa Berbalut Gelak Tawa

14 September 2020   20:47 Diperbarui: 18 September 2020   21:36 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar dari situs m.imdb.com

"Kita tidak bisa memilih bagaimana kita dilahirkan" - Ngenest (2015)

By the way mau nanya nih, apakah kamu suka nonton film dengan tema pernikahan?  Asal kita tahu, film dengan tema pernikahan ada berbagai macam genre lho yang dapat mewarnai cerita. Sebut saja seperti melodrama, komedi romantis, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, apakah kita sebagai penonton bisa mencermati isi pesan dari film tersebut? Bahkan banyak sekali film pernikahan ditampilkan sebagai bentuk satire sosial, mencerminkan realitas yang ada dari berbagai budaya pernikahan.

Mungkin kalian menganggap film pernikahan sebagai hiburan semata. Padahal, kita bisa memiliki segudang pertanyaan seperti  jenis cerita apa yang ingin diceritakan? Bagaimana kisah histori , adat istidat yang berkembang? Bagaimana persepi mereka?

Nah lho! Sebenarnya, banyak manfaat yang kita dapat  rasakan ketika menonton film pernikahan dong. Kita menjadi mendapatkan wawasan baru tentang ideologi, struktur ekonomi, peran dari laki-laki dan perempuan dilihat dari budayanya, dan masih banyak lagi (Coztano,2014:129).

Intinya, film pernikahan berusaha membuat kita menjadi mengenal budaya lain. Selain itu, kita juga dapat menelusuri budaya tersebut dari waktu ke waktu yang dapat memberikan kita gambaran budaya pada saat itu.

Semua itu dapat dibalut melalui film-film pernikahan, ekspresi-ekspresi dari tiap aktor yang memerankannya. Mungkin dari kita sudah sebagian besar orang , banyak yang menontonnya, namun masih tidak sadar apa itu film pernikahan.

Nah, untuk di Indonesia sendiri, sudah banyak berderetan judul film yang mengangkat tentang pernikahan. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu film pernikahan  yang berjudul "Ngenest" (2015).

Tangkapan Layar dari situs m.imdb.com
Tangkapan Layar dari situs m.imdb.com

Pasti kamu sudah tidak asing lagi dong dengan film Ngenest tersebut?  Ngenest memang viral, apalagi disutradari dan dimainkan sekaligus dengan komedian terkenal Ernest Prakarsa  sehingga membuat semakin  kamu pengen nonton film itu. 

Terlebih, deretan aktor-aktornya juga tidak asing untuk dikenal seperti Morgan Oey, Lala Karmela, dan lain-lain. Bahkan  masih terngiang-ngiang geregetnya setelah menonton film tersebut karena terlalu lucu. Atau film Ngenest sebagai salah satu film favorite yang kita rindukan?

Asal kamu tahu, film Ngenest berangkat dari keresahan pengalaman yang dialami sang sutradara sendiri.  Ngenest sangat dekat menggambarkan realitas kehidupan ditengah dua kebudayaan yang saling berbeda di Indonesia.

Seharusnya, kebudayaan yang beragam tidak akan berujung pada pengkotak-kotakan. Isu yang diangkat dalam film Ngenest bisa dibalut dengan sedemikian rupa sehingga terasa ringan unuk ditonton oleh berbagai kalangan masyarakat.

Maka, kali ini kita akan mengupas  isu yang diangkat dari film Ngenest tersebut. Penasaran pastikan? Yuk, simak dengan seksama!

Terlihat sangat jelas, film Ngenest mengangkat kisah percintaan dari dua latar belakang yang berbeda yaitu etnis Tionghoa dan penduduk pribumi. Ernest sudah menjalani dengan menderita hari-harinya, ia sering dibully semasa sekolahnya karena berasal dari keturunan Tionghoa.

Hingga pada akhirnya, ia terobsesi untuk mendapatkan pujaan hatinya dan menikah dengan seorang pribumi. Tujuannya agar anaknya kelak tidak akan dibully seperti dirinya. Lalu, ia bertemu dengan Meira seorang gadis keturunan Sunda yang manis nan mungil itu , hubungannya bertahan hingga mereka menikah.

Keduanya melalui masa sulit saat berpacaran, Ernest bekerja keras untuk meyakinkan Papanya Meira.  Mengapa? Alasannya papa Meira pernah ditipu oleh orang Tionghoa sehingga bisnisnya bangkrut. Munculah stigma negatif yang menggeneralisir etnis Tionghoa.

Padahal, tidak semua orang seperti itu. Kita tentunya juga tidak boleh dong memukul rata semua orang. Ini menjadi poin penting untuk refleksi diri kita. Pasti diantara kita pernah berada dalam kondisi tersebut. Benar apa bukan?

Lalu, setelah menikah Ernest mengalami kebimbangan untuk mempunyai anak. Ia takut dan lari karena menurutnya menikah dengan seorang pribumi pada akhirnya tidak akan bisa memastikan wajah anaknya seperti berdarah oriental dengan kekhasan mata sipit, kulit putih.

Anak yang lahir dari keturunan Tionghoa dan wanita pribumi tidak sekadar menyatukan dua insan yang berbeda bangsa saja, namun menggabungkan  kedua ragam sosial budaya tersebut yang sering dikenal sebagai peranakan Indonesia-Cina jika perempuan yang keturunan etnis Tionghoa (Widyasmara,dkk,2017). Sedangkan, jika laki-laki yang keturunan etnis Tionghoa maka  anak yang lahir akan tetap disebut sebagai keturunan Tionghoa yang mengikuti garis keturunan Ayahnya.

Perlu menjadi suatu kebanggan bahwa Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang tersebar di ribuan pulau yang ada tidak menutup kemungkinan maraknya fenomena pernikahan campur antar etnis yang berbeda. Salah satunya adalah etnis Tionghoa menikah dengan etnis Jawa.

 Pernikahan yang berbeda latar belakang budaya perlunya adaptasi antar pasangan  maupun sekeluarganya yang mendalam untuk tercapainya keselarasan hubungan dalam rumah tangga (Dewi,2017:36).

Dalam film Ngenest, adanya tahap adapatasi yang terlihat dari beberapa adegan digambarkan saat menjalin status berpacaran baik keluarga ataupun tiap individu. Hal ini juga ditunjukan dari bukti Papa Meira akhirnya luluh sehingga membolehkan anaknya menikah dengan etnis Tionghoa.

Kemudian, pernikahan adat Tionghoa tercemin dalam satu adegan dimana acara resepsi  dari pihak laki-laki diadakan.  Resepsi diadakan dengan konsep standing party. Sebenarnya untuk konsep standing party sendiri merupakan ala kekinian.

Namun, yang terlihat dengan jelas disetiap adegan resepsi adalah setting latar yang dibuat baik segi dekorasi, pemilihan warna di dominasi merah sehingga ketika menontonnya, kita dapat mempunyai pandangan wow! ini kelihatan suasana pernikahan ala etnis Tionghoa sekali.

Diiringi dengan pembawa acara, pemain organis tunggal berasal dari teman papa Ernest yang merupakan etnis Tionghoa juga. Selain itu, saat acara resepsi berlangsung, diiringi dengan lantunan  lagu-lagu Mandarin. Makin menambah suasana keorientalan yang kental sekali.

Kemudian, dari segi berpakaian memakai gaun yang indah dan jas identik dengan konsep kekinian atau modern. Lalu, ada adegan dimana kumpul keluarga saat perayaan hari raya Imlek.

Bisa terlihat jelas bahwa aktivitas apa saja yang dijalankan oleh para keturunan etnis Tionghoa saat merayakan Imlek. Seperti berkumpul, makan bersama, bagi-bagi angpao dari orang yang sudah menikah, dan lain sebagainya dengan baju identik memakai warna merah-merah yang melambangkan keberuntungan.

Film Ngenest sebenarnya bisa dibilang sebagai bentuk dari satire sosial dan refleksi masyarakat. Sungguh ironi memang, mungkin masih kita sering temukan  bahkan kita rasakan pengkotak-kotakan di kehidupan sehari-hari seperti itu yang berujung pada pembullyan rasisme.

Film Ngenest disajikan dengan harapan  diri kita untuk berkaca, supaya bisa membantu menghilangkan labelling yang ada di masyarakat luas yang mungkin sudah mendarah daging dan labeling tersebut sulit untuk dihilangkan.

Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan bertindak? Bagi yang sampai tahun 2020 belum menonton film Ngenest, wajib  nonton film ini  agar pemikiran menjadi lebih terbuka, apalagi tentang labelling dan pengetahuan tentang Tionghoa.

Salam Budaya, Salam Keberagaman!

Daftar Pustaka

Coztano, W. V. (2014). World Cinemas Through Global Genres. UK: Wiley Blackwell.

Dewi, R. K. (2017). Adaptasi Budaya dalam Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa. Jurnal Ilmu Komunikasi, 36.

Widyasmara, dkk. (2017). Representasi Etnis Tionghoa dalam Film Ngenest. E-Jurnal Medium.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun