Mohon tunggu...
Maria Ayu
Maria Ayu Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Everything is art Email : ayudivayulita@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Ngenest", Potret Nasib Tionghoa Berbalut Gelak Tawa

14 September 2020   20:47 Diperbarui: 18 September 2020   21:36 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Wedding Film (dok.pribadi)

Dalam film Ngenest, adanya tahap adapatasi yang terlihat dari beberapa adegan digambarkan saat menjalin status berpacaran baik keluarga ataupun tiap individu. Hal ini juga ditunjukan dari bukti Papa Meira akhirnya luluh sehingga membolehkan anaknya menikah dengan etnis Tionghoa.

Kemudian, pernikahan adat Tionghoa tercemin dalam satu adegan dimana acara resepsi  dari pihak laki-laki diadakan.  Resepsi diadakan dengan konsep standing party. Sebenarnya untuk konsep standing party sendiri merupakan ala kekinian.

Namun, yang terlihat dengan jelas disetiap adegan resepsi adalah setting latar yang dibuat baik segi dekorasi, pemilihan warna di dominasi merah sehingga ketika menontonnya, kita dapat mempunyai pandangan wow! ini kelihatan suasana pernikahan ala etnis Tionghoa sekali.

Diiringi dengan pembawa acara, pemain organis tunggal berasal dari teman papa Ernest yang merupakan etnis Tionghoa juga. Selain itu, saat acara resepsi berlangsung, diiringi dengan lantunan  lagu-lagu Mandarin. Makin menambah suasana keorientalan yang kental sekali.

Kemudian, dari segi berpakaian memakai gaun yang indah dan jas identik dengan konsep kekinian atau modern. Lalu, ada adegan dimana kumpul keluarga saat perayaan hari raya Imlek.

Bisa terlihat jelas bahwa aktivitas apa saja yang dijalankan oleh para keturunan etnis Tionghoa saat merayakan Imlek. Seperti berkumpul, makan bersama, bagi-bagi angpao dari orang yang sudah menikah, dan lain sebagainya dengan baju identik memakai warna merah-merah yang melambangkan keberuntungan.

Film Ngenest sebenarnya bisa dibilang sebagai bentuk dari satire sosial dan refleksi masyarakat. Sungguh ironi memang, mungkin masih kita sering temukan  bahkan kita rasakan pengkotak-kotakan di kehidupan sehari-hari seperti itu yang berujung pada pembullyan rasisme.

Film Ngenest disajikan dengan harapan  diri kita untuk berkaca, supaya bisa membantu menghilangkan labelling yang ada di masyarakat luas yang mungkin sudah mendarah daging dan labeling tersebut sulit untuk dihilangkan.

Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan bertindak? Bagi yang sampai tahun 2020 belum menonton film Ngenest, wajib  nonton film ini  agar pemikiran menjadi lebih terbuka, apalagi tentang labelling dan pengetahuan tentang Tionghoa.

Salam Budaya, Salam Keberagaman!

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun