Salah satu contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari adalah pengangkutan atau transportasi pada tumbuhan. Menurut rumus fisika tentang debit yang dihasilkan, Q = A . v (dengan A : luas penampang, v : kecepatan alir fluida) untuk Q konstan, ketika A besar, maka v kecil atau pelan (A dan v berbanding terbalik). Sel tumbuhan memiliki vakuola-vakuola yang berukuran besar, mengakibatkan ukuran selnya (luas penampang) besar dan lebih besar daripada sel hewan yang memiliki vakuola lebih kecil, atau bahkan tidak memiliki vakuola. Vakuola ini digunakan untuk menyimpan cadangan makanan. Semakin banyak simpanan cadangan makanannya, semakin mengembung vakuolanya sehingga sel pun ikut membesar. Maka, sudah jelas sel tumbuhan lebih lambat dalam mentranspor untuk mencapai debit yang sama dengan sel hewan.Â
Ketiga, menurut pergerakkan yang dilakukan oleh hewan dan tumbuhan. Sejak SD, kita sudah diajarkan bahwa hewan bergerak aktif sedangkan tumbuhan bergerak secara pasif. Karena pergerakkan yang aktif ini, hewan termasuk manusia membutuhkan banyak energi dalam waktu yang singkat untuk melakukan aktivitas gerak yang mampu kita lihat secara mata telanjang. Tumbuhan melakukan gerak namun secara pasif, yang tidak bisa kita lihat secara langsung, dan gerak terbatas (sebatas menanggapi rangsangan dari lingkungan sekitar). Daripada tumbuhan, hewan yang bergerak secara aktif membutuhkan produksi energi yang banyak dalam waktu yang cepat.
Lalu, saya berpendapat bahwa senyawa organik dan anorganik tidak mempengaruhi cepat atau lambatnya proses transportasi pada hewan maupun tumbuhan. Mengapa bisa begitu? Menurut saya, hal yang terpenting adalah sang penyelenggara transportasinya, yaitu membran plasma. Dan membran plasma ini dipengaruhi oleh struktur pada sel. Kedua sel (sel hewan dan sel tumbuhan) membutuhkan dua jenis senyawa tersebut. Cara pengangkutan senyawa organik dan senyawa anorganik beragam. Contohnya, seperti transportasi air bisa dilakukan secara pasif yaitu dengan cara osmosis, difusi sederhana, dan filtrasi. Sedangkan untuk senyawa organik, transportasinya secara pasif dengan difusi terfasilitas untuk molekul-molekul asam amino dan glukosa. Hal ini tidak mempengaruhi kecepatan sel dalam kegiatan transportasi.Â
Selain itu, saya menemukan salah satu bukti transportasi sel pada hewan lebih cepat daripada tumbuhan adalah transportasi sel saraf pada hewan. Kita pernah mempelajari hal ini saat SMP kelas 9 tentang gaya refleks pada bab sistem koordinasi tubuh manusia. Gerak refleks adalah gerak yang terjadi secara tiba-tiba, tidak disadari, terjadi setelah timbul rangsangan secara cepat, dan dikendalikaann oleh sumsum tuang belakang. Seperti yang kita tahu, reaksi yang dihasilkan dari sel-sel saraf ini sangat cepat. Kamu pasti akan langsung menarik tanganmu apabila salah satu ujung jarimu merasakan aliran listrik. Â Dan juga saat kita menginjak kelas 8, kita belajar tentang rangsangan atau gerak pada tumbuhan. Gerak tumbuhan tersebut dibagi menjadi gerak tropisme, nasti, dan taksis. Gerak-gerak yang dilakukan tumbuhan ini berjalan lebih lambat dibandingkan dengan reaksi dari sel saraf yang menghasilkan gaya refleks. Contohnya, seperti tigmonasti (seismonasti).Â
"Tigmonasti adalah gerak nasti yang terjadi akibat rangsangan sentuhan." (Tim Abdi Guru, IPA Terpadu SMP/MTs kelas VIII)
 Seperti daun putri malu, apabila disentuh maka daun putri malu tersebut akan menutup. Namun, saya rasa menutupnya daun putri malu ini terjadi lebih lambat dibandingkan gerakan refleks seperti saat kita mengedipkan mata saat ada benda yang mendekat dengan cepat. Bukti ini menunjukkan transportasi sel hewan lebih cepat dibandingkan sel tumbuhan.Â
Dari semua pendapat saya di atas, saya menarik kesimpulan bahwa transportasi senyawa organik dan senyawa anorganik pada sel tumbuhan berjalan lebih lambat daripada sel hewan. Alasan yang menurut saya paling kuat adalah karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang membuat molekul dan ion yang akan masuk atau keluar harus melewati dua lapisan terlebih dahulu. Sementara untuk sel hewan, hanya perlu melewati membran plasma yang semi permeabel supaya ion dan molekul dapat masuk maupun keluar. Alasan yang kedua, adalah adanya perbedaan ukuran sel yang sangat mempengaruhi kecepatan transportasi senyawa. Semakin besar ukuran sel, semakin kecil atau pelanlah kecepatan yang dihasilkan untuk mengangkutnya. Karena memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel hewan, kecepatan transportasi sel tumbuhan lebih lambat daripada sel hewan. Alasan ketiga, adaalah tentang pergerakkan yang terjadi pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan, kita mampu melihat pergerakkannya (mampu berpindah tempat) sehingga energi yang dibutuhkan semakin banyak mengakibatkan sel semakin memproduksi energi. Alasan keempat, perbedaan jenis senyawa yang ditransportasikan tidak mempengaruhi cepat laju transportasi. Lalu terakhir, sel hewan memang lebih cepat proses transportasinya daripada sel tumbuhan dilihat dari salah satu contoh sel transportasi pada hewan yang bekerja sangat cepat, yaitu saraf.Â
Sekian ulasan saya tentang transportasi pada sel hewan dan sel tumbuhan. Apabila terdapat banyak salah kata dalam penulisan dan penjelasan, saya meminta maaf sebesar-besarnya. Terima kasih telah membaca esai saya, jangan lupa tinggalkan komentar!
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/DifusiÂ
https://kbbi.web.id/transportasiÂ