Jurnalisme masa kini semua dilakukan dengan menggunakan internet. Dulu jurnalisme hadir untuk memberikan audience informasi dan mencoba untuk mempengaruhinya.Â
Sekarang kehadiran internet memberikan kesempatan kepada semua orang untuk mengakses, mendapatkan informasi, dari berbagai berita yang tersedia melalui website. Jurnalisme tentunya terus bergerak seiring berkembangnya zaman. Sebagai pengguna media, kita tidak lagi menjadi audience yang pasif.Â
Diprediksi bahwa terdapat tiga tren utama dalam dunia jurnalisme masa depan yaitu:
1. Â Real Time Web : Segala informasi pada berita-berita yang sifatnya akan langsung disampaikan kepada masyarakat dimanapun mereka berada. Sekarang mungkin kita bisa melihat bahwa setiap berita yang dimuat di website maupun media konvensional adalah sebuah fenomena atau peristiwa yang telah terjadi.Â
Di masa depan, kita akan merasakan peristiwa yang baru saja terjadi maupun peristiwa yang sedang terjadi. Pemberitaan secara real time ini dapat diakses melalui berbagai macam media. Media tersebut antara lain media sosial seperti Twitter, Live Streaming melalui Youtube, Instagram, bahkan Facebook, dan lainnya.
2. Â Big Data : Kehadiran Big Data di masa depan dapat membantu pekerjaan para jurnalis untuk mengumpulkan informasi dan data-data yang keasliannya dapat dipertanggungjawabkan.Â
Sebenarnya ide dari Big Data ini bermula dari sebuah inisiatif organisasi-organisasi dalam kaitannya mengambil, menyimpan, lalu juga memproses data-data yang nantinya akan dianalisa.Â
3. Â Intelligent Device : Istilah tersebut merujuk pada alat komunikasi yang biasa kita gunakan sehari-hari. Alat komunikasi tersebut tak lain adalah gadget dan smartphone. Alat komunikasi ini dapat memungkinkan kita sebagai penggunanya dalam melakukan komunikasi lisan.Â
Penggunaan alat komunikasi ini juga dapat membantu para jurnalis untuk mengumpulkan data-data. Kita ambil contoh perangkat smartphone ada fitur untuk membuka lockscreen hanya dengan scan wajah saja.Â
Terlepas dari prediksi mengenai masa depan, menurut Widodo (2020, h.55) jurnalisme sekarang memiliki 4 jenis pemberitaan:
1.  Jurnalisme opini : Memuat berita yang berisikan pandangan-pandangan yang subjektif. biasanya dimuat dalam kolom editorial
2. Â Jurnalisme Kolaborasi: Jurnalisme yang melakukan sebuah kerjasama antara jurnalisme profesional dan jurnalisme warga untuk memproduksi berita dengan topik tertentu.
3. Jurnalisme Sindikasi : Bagaimana berita yang diproduksi di sebuah media kemudian dijual dan didistribusikan oleh media distribusi.
4. Jurnalisme Lapdog : Bagaimana jurnalisme itu ada yang memiliki kecenderungan pro dengan pemerintah. Jurnalisme ini bisa disebut juga sebagai lawan dari jurnalisme watch dog.
Jurnalisme masa kini dituntut untuk membuat berita menjadi multiplatform. Hal ini tentunya berpengaruh juga terhadap cara kerja dari para jurnalis. Menurut Muliawanti (2018, h. 93) keterampilan jurnalis harus diasah seperti keterampilan menulis, menguasai multimedia, bisa mengoperasikan video editing, dan lain sebagainya.
Sementara untuk seorang jurnalis masa depan harus memiliki skill bisnis seperti jiwa entrepreneur, pikiran yang terbuka, serta memiliki inovasi-inovasi baru. Tidak hanya itu, jurnalis masa depan juga sudah harus memahami industri bisnis nilai sebuah konten. Jurnalis juga wajib untuk menguasai metrik misalnya dengan menggunakan Google  Analytics. Tak lupa juga untuk belajar mengenai skill-skill baru yang dapat diasah.Â
Jurnalisme masa depan yang tentunya akan terus berhubungan dengan internet, tidak dapat dipungkiri bahwa jurnalis juga bisa memanfaatkan media sosial. Media sosial baik untuk jurnalisme kini maupun jurnalisme masa depan, dapat membantu jurnalis dalam menemukan tren di masyarakat. Jurnalis juga dapat berhubungan dengan audience maupun menemukan narasumber.Â
Pada revolusi industri 4.0 menurut Saragih (2018, h.27) dikatakan bahwa terdapat inovasi-inovasi baru seperti Intenet of Thing (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artificial Intelligence (AI). Bahkan ada juga robot dan mesin pintar. Internet of Things ini memberikan kita kemudahan untuk melakukan proses komunikasi antara mesin, perangkat, sensor dan manusia melalui jaringan internet.Â
Penggunaan VR dalam kaitannya dengan jurnalisme sudah dilakukan oleh New York Times dan Washington Post. Kedua media luar negeri ini memiliki rubrik yang bernama VR Room pada website mereka.Â
Disitu, para pengguna media dapat melihat bagaimana informasi disajikan secara unik. Penggambaran melalui teknologi 3D semakin membuat menarik pembaca untuk mendapatkan informasi.
Sebenarnya melalui rubrik VR tersebut, media New York Times ingin memberikan kesan story telling pada platform mereka kepada para audience. Sehingga kiranya pembaca dapat merasakan pengalaman baru dalam membaca berita melalui media online.Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa bisa jadi  teknologi VR dalam website media New York Times dapat menjadi inspirasi bagi media di Indonesia untuk melakukan hal yang sama. Menari, karena sebelumnya belum pernah ada media Indonesia yang menghadirkan teknologi VR pada website mereka.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H