Sebagai seorang jurnalis cek fakta, Inggried mengungkapkan bahwa pasti menemukan berbagai tantangan dalam proses pencarian fakta di lapangan.Â
Tidak selamanya penelusuran fakta itu dilakukan hanya dengan melalui digital saja.Ada kalanya seorang jurnalis mengalami kesulitan dalam menjangkau narasumber. Jika menemukan kesulitan semacam ini, jurnalis mau tidak mau meminta bantuan dari pihak regional dalam memberikan data-data yang diperlukan.
Sebenarnya seorang fact checker akan lebih mudah menelusuri data-data itu melalui media sosial. Media sosial menjadi sebuah platform yang sangat membantu jurnalis dalam mengorek-orek informasi. Jurnalis yang memegang cek fakta harus menguasai teknik-teknik digital sehingga jurnalis dituntut tidak hanya bisa melakukan wawancara dengan narasumber.
Seorang jurnalis harus bisa verifikasi foto dan verifikasi video apakah video yang disebarluaskan itu benar atau tidak. Jurnalis pun dalam penelusurannya harus menguasai tools juga untuk bisa melakukan verifikasi isi dari tweet orang, menelisik pribadi pengunggah. Bukan dalam artian menelisik sisi personal dari orang tersebut, melainkan lebih kepada melihat seperti apa background dari orang yang menyebarkan informasi yang salah itu.
Inggried mengatakan bahwa sebenarnya kerja dari fact checking ini belum efektif dalam memberantas hoax. Namun, situasi penyebaran hoax yang semakin marak ini akan terus ditemui.Â
Maka kehadiran dari fact checking ini bisa memutus walaupun tidak sepenuhnya, tetapi ini akan menghambat laju penyebaran hoax.Masyarakat diharapkan mampu memutus jaringan hoax di lingkup terkecil mereka seperti lingkup pertemanan dan keluarga. Setidaknya cekfakta.kompas.com ini mampu memberikan upaya untuk mengedukasi masyarakat dalam menyaring informasi. Selalu melakukan check recheck.