Kurir dan pengedar narkoba memang merupakan bagian dari sistem pengedaran narkoba yang sedemikian masifnya. Tapi apakah negara kita sudah berkaca sejenak, apakah kontrol negara untuk melindungi masyarakatnya sudah maksimal? Apakah negara sudah cukup memberi pendidikan yang layak tentang bahaya narkotika? Juga bagi pemakai narkotika itu sendiri, apakah cukup menyalahkan orang lain tanpa berusaha memikirkan orang tua dan sanak keluarga yang hancur karena anggota keluarganya terkena narkotika. Pemakai narkotika tak luput dari kesalahan. Kontrol keluarga, perhatian keluarga pada anak-anak mereka juga menjadi hal-hal yang harus terus dievaluasi.Â
Penjatuhan hukuman mati di negara ini belum konsisten. Efek jera tidak akan berhasil jika yang dihukum adalah pengedar level bawah. Aktor utama kejahatan masih bertebaran. Penegakan hukum yang carut marut, belum jelas proses administrasinya, apalagi jika Pemerintah menerapkan hanya untuk pencitraan dalam menunjukkan kedaulatan negara. Kita menjadi saksi eksekusi yang dampak positifnya masih rendah.
Saya sendiri disini berdiri sebagai rakyat biasa, yang cinta pada kemanusiaan dan menjunjung tinggi hidup manusia itu sendiri. Apalah kita ini manusia berani menghukum. Kemanusiaan harus dijunjung tinggi. Keadilan di dunia memang relatif tetapi keadilan Tuhan akan selalu hadir pada waktunya. Biarlah negara hidup di dunia yang penuh kedamaian bukan dasar balas dendam apalagi sampai mati yang dilegalkan oleh aturan si pemegang kekuasaan. Bukan ikut-ikutan apalagi mendukung pendapat negara lain terhadap Indonesia, namun kemanusiaan adalah harga mutlak dan bangsa kita bukan bangsa barbar melainkan bangsa yang beradab, yang kelak ingin mencapai tujuan dan cita-citanya yang mulia.
Maria Anindita Nareswari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H