Mohon tunggu...
Maria Anggita
Maria Anggita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Hai! Saya mahasiswa UAJY Program Studi Ilmu Komunikasi yang suka dengan keindahan alam.

Selanjutnya

Tutup

Film

Elemen-elemen Film yang Menarik dalam Film

16 September 2023   17:56 Diperbarui: 17 September 2023   22:05 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan Sejarah dan Peristiwa Penting dalam Industri Film Indonesia

Industri film Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak dimulainya produksi film pada awal abad ke-20. Dengan banyak peristiwa penting dan tonggak sejarah, industri film Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara. Dalam artikel ini, kami akan melihat perkembangan sejarah dan beberapa peristiwa penting yang telah membentuk industri film Indonesia.

Era Awal (1920-1940)

Pada tahun 1926, film pertama Indonesia yang berjudul "Loetoeng Kasaroeng" diproduksi oleh sutradara Belanda, L. Heuveldorp. Film ini merupakan film bisu dan memulai era perfilman di Indonesia. Pada era ini, banyak film Belanda yang diproduksi, tetapi juga ada film-film Indonesia yang dibuat oleh sutradara lokal seperti Albert Balink dengan film "Terang Boelan" (1937).

Era Perkembangan (1950-1980)

Pada tahun 1950-an, Indonesia meraih kemerdekaan dan industri film mengalami perkembangan yang pesat. Film-film seperti "Darah dan Doa" (1950) karya Usmar Ismail dan "Tiga Dara" (1956) karya Usmar Ismail dan Rd Ariffien, menjadi sukses komersial dan mendapat pengakuan internasional. Pada tahun 1960-an, munculnya film-film seperti "Gie" (1969) karya Arifin C. Noer dan "Naga Bonar" (1987) karya M. Tahir, membawa perubahan dalam tema dan gaya sinematik dalam industri film Indonesia.

Era Baru (1990-sekarang)

Pada tahun 1990-an, industri film Indonesia mengalami kemerosotan yang cukup signifikan akibat masalah ekonomi dan maraknya film-film asing. Namun, pada awal abad ke-21, industri film Indonesia mengalami kebangkitan dengan munculnya film-film seperti "Ada Apa dengan Cinta?" (2002) karya Riri Riza dan "Laskar Pelangi" (2008) karya Riri Riza. Film-film ini sukses besar secara komersial dan mendapat pujian baik di dalam maupun luar negeri.

Perkembangan Industri Film

Selain peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah industri film Indonesia, ada juga perkembangan lain yang layak dicatat. Misalnya, munculnya festival film nasional seperti Festival Film Indonesia dan Festival Film Bandung yang memberikan pengakuan dan penghargaan bagi film-film Indonesia terbaik setiap tahunnya. Selain itu, perkembangan teknologi digital juga telah membuka peluang baru dalam produksi dan distribusi film di Indonesia.

Industri film Indonesia telah mengalami perjalanan yang menarik sepanjang sejarahnya. Dengan peristiwa-peristiwa penting dan perkembangan terkini, industri film Indonesia terus berevolusi dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perfilman nasional dan internasional.

Film "Bumi Manusia" adalah adaptasi dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer. Berikut adalah penjelasan dasar-dasar elemen sinematik dan unsur narasi yang ada dalam film "Bumi Manusia":

Poster Film Bumi Manusia. Sumber ilustrasi: cinemags.org
Poster Film Bumi Manusia. Sumber ilustrasi: cinemags.org
  1. Unsur Sinematik:

    1. Mise-en-scene:

      • Mise-en-scne mencakup segala hal yang ada dalam bingkai gambar, termasuk pencahayaan, set, kostum, properti, dan tata rias.

      • Dalam "Bumi Manusia", mise-en-scene digunakan untuk menciptakan suasana kolonial Hindia Belanda dengan detail yang akurat, termasuk set yang menggambarkan lokasi dan era yang tepat, serta kostum dan tata rias yang sesuai dengan periode waktu tersebut.

    2. Sinematografi:

      • Sinematografi mencakup teknik pengambilan gambar, komposisi visual, pencahayaan, dan penggunaan lensa.

      • Dalam film ini, sinematografi digunakan untuk menceritakan kisah dengan visual yang kuat. Penggunaan cahaya dan bayangan yang dramatis, pengambilan gambar yang indah, serta komposisi yang memperkuat suasana dan emosi.

    3. Editing:

      • Editing melibatkan pemilihan dan penyusunan adegan untuk membentuk alur cerita yang koheren.

      • Dalam "Bumi Manusia", editing digunakan untuk memotong adegan secara tepat, mengatur tempo, dan menghubungkan adegan-adegan penting dalam alur cerita.

    4. Suara:

      • Suara meliputi dialog, musik latar, dan efek suara.

      • Penggunaan suara dalam film ini membantu menciptakan suasana dan memperkuat emosi. Misalnya, musik latar yang dramatis, dialog yang kuat, dan efek suara yang mendukung tindakan atau kejadian tertentu.

  1. Unsur Narasi:

    1. Plot:

      • Plot adalah serangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita.

      • "Bumi Manusia" mengikuti perjalanan Minke, seorang pria pribumi yang berjuang melawan penindasan kolonial dan menjalin hubungan dengan Annelies, seorang wanita Belanda. Plot ini menggambarkan konflik rasial, perjuangan politik, dan kompleksitas hubungan antar karakter.

    2. Struktur Narasi:

      • Struktur narasi mencakup tata cara penuturan cerita, seperti pengenalan, konflik, klimaks, dan penyelesaian.

      • Dalam film ini, struktur narasi disusun secara linear, mengikuti perkembangan hubungan antara Minke dan Annelies, serta perjuangan Minke dalam menghadapi kekuasaan kolonial.

Melalui penggunaan unsur sinematik seperti mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara yang dipadukan dengan baik, serta unsur narasi seperti plot dan struktur, film "Bumi Manusia" berhasil menghadirkan cerita yang mendalam dan kuat secara visual dan naratif.

Daftar Pustaka

Biran, Misbach Yusa. Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa. Jakarta: Komunitas Bamboo, 2009. 

Biran, Misbach Yusa. Sejarah Film 1950-1955: Wawancara dengan Pembuat Film Indonesia. Jakarta: Komunitas Bamboo, 2013.

Adiwijaya, Lilya. Film Indonesia di Layar Perak 2000-2009. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009.

Biran, Misbach Yusa. 10 Tahun Film Bioskop Indonesia: 2000-2009. Jakarta: Komunitas Bamboo, 2009.

Setiawan, Iman. Festival Film Indonesia: Sebuah Kenangan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2011.

Prasetya, Arief. Industri Film Indonesia di Era Digital. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2017.

Astuti, R.A. Vita. Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press, 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun