"Masih semangat jemaah pengajian saya?" Tanya Erwin memanggil para pesertanya dengan sebutan jemaah untuk memecah suasana agar tidak terlalu serius.
Alun-Alun Utara dikelilingi 62 pohon beringin dan dua pohon beringin di tengah yang dimaknai sebagai pusaka. Dua pohon beringin tersebut memiliki nama, Kyai Dewandaru untuk pohon yang berada di barat; dan Kyai Janadaru untuk pohon yang berada di timur.Â
Bibit Kyai Dewandaru berasal dari Kerajaan Majapahit, sedangkan bibit Kyai Janadaru berasal dari Kerajaan Pajajaran. Pemilihan bibit ini memiliki makna sebagai poros kekuatan Jawa yang mampu menyatukan kedua kerajaan tersebut.
Kisah dibalik Bangunan Pekapalan
Sekitar tiga puluh menit kami mendengarkan kisah sejarah Alun-Alun Utara, pukul 09:36 WIB kami melanjutkan tur ke arah timur dan berhenti di depan Koramil. Erwin mulai menjelaskan cerita dibalik bangunan-bangunan yang berada di sekitar Alun-Alun Utara,
"Temen-temen kalau lihat bangunan-bangunan di sekeliling Kraton itu bangunannya berbentuk Joglo."
Bangunan-bangunan tersebut dinamakan bangunan pekapalan dengan total jumlahnya ada sembilan belas bangunan. Fungsi bangunan-bangunan tersebut didirikan adalah untuk tempat transit dan berganti pakaian bagi para tamu Kraton.Â
Hal tersebut disebabkan karena pada masa dahulu orang-orang bepergian menggunakan kuda sebagai alat transportasi dan menempuh perjalanan selama berhari-hari sehingga pakaian yang dikenakan berbeda antara saat perjalanan dan saat bertemu raja.
Pukul 09:43 WIB kami lanjut berjalan sedikit ke arah timur dan berhenti di depan Jogja Gallery. Di sini, masih melanjutkan kisah bangunan-bangunan di sekitar Alun-Alun Utara. Tahun 1939 terdapat sekolah seni rupa pada era Sri Sultan HB IX.
Cerita Kandang Macan
"Masih semangat?" Sahut Erwin mencoba reaching out para peserta dan terlihat kami masih bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 09:59 WIB langkah kaki kami berlanjut sekitar tiga ratus meter ke arah selatan. Pemberhentian selanjutnya disebut Kandang Macan.