Mohon tunggu...
Maria IiAgista
Maria IiAgista Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompas.id: Terobosan Surat Kabar Daring Mendalam

22 April 2020   11:50 Diperbarui: 22 April 2020   12:32 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haryo Damardono, Wartawan Kompas

Pada tanggal 15 April 2020, diadakan sebuah kuliah daring mengenai Jurnalisme Multimedia di Kompas.id. Kuliah daring tersebut diadakan menggunakan media Zoom. Narasumber dari acara tersebut adalah Haryo Damardono, Wakil Redaktur Pelaksana Koran Harian Kompas. Haryo Damardono juga merupakan wartawan Kompas yang pernah mendapatkan Penghargaan Adinegoro untuk kategori Laporan di Media Siber Terbaik yang berjudul "Menagih Janji Papua" di tahun 2018.

Topik yang dibawakan dalam kuliah daring tersebut cukup menarik. Haryo menekankan bahwa Kompas.id berbeda dengan Kompas.com. Kompas.id menyajikan informasi yang kontennya hampir sama dengan Harian Kompas. Hanya saja, informasi dalam Kompas.id disajikan secara daring, dan ulasannya lebih dalam. Kedalaman informasi dari Kompas.id terletak pada lebih bebasnya jurnalis dalam menuliskan informasi secara detail dan dalam, karena tidak terbatas pada jumlah baris dan kolom.

Indonesia saat ini memiliki kurang lebih 40.000 media daring. Hampir dari seluruhnya mennggantungkan pendapatan dari iklan. Jika tidak ada iklan yang masuk, maka media daring tersebut bisa mati kapan saja. Jurnalis dari media online juga mengandalkan liputan lapangan untuk mendapatkan informasi yang berbobot dan akurat. Namun, liputan lapangan juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, media kini tidak hanya bergantung dari iklan saja, tapi juga dari pembaca. Pembaca bisa membaca informasi yang lebih lengkap dengan berlangganan media daring, salah satunya Kompas.id.

Pada masa media digital, jurnalis dituntut untuk tidak semata-mata mencari dan menulis berita saja. Jurnalisme media kini sudah berkembang menjadi jurnalisme multimedia. Jurnalis kini  harus bisa mengembangkan liputannya untuk dapat dibentuk tidak hanya menjadi sekedar tulisan, tetapi juga dalam bentuk lain. Jurnalis harus bisa membekali diri dengan skill fotografi, pengambilan video, dan yang paling penting haruslah melek teknologi.

Koran Kompas
Koran Kompas

Begitu juga di Kompas.id, yang dikerjakan oleh wartawan yang sebenarnya tidak memiliki habit digital. Dengann tuntutan dalam jurnalisme multimedia, kini wartawan Kompas.id sudah harus menjadi pencari informasi, menulis, mengambil foto, bahkan terkadang juga harus melakukan live report.

Wartawan Kompas.id dituntut untuk menggunakan sarana multimedia, dan  3M diterapkan oleh Kompas untuk semua karyawannya. 3M adalah Multichannel, Multiplatform, dan Multimedia. Kompas.id harus bisa dibaca dan disebarkan dari segala channel, seperti kertas, komputer, gawai, dan berbagai sarana lain yang mampu dijangkau oleh setiap pembaca.

Bisa dikatakan bahwa Kompas saat ini bukan hanya sebuah surat kabar atau koran, tetapi juga media online yang menerapkan multimedia.  Hal tersebut mendukung juga prinsip Multiplatform karena seperti yang kita tahu, masyarakat informasi mengkonsumsi berbagai informasi dengan cara-cara baru, sehingga Kompas akan mengikuti perkembangan tersebut. Penyebaran informasi yang dilakukan secara Multimedia juga akan terlihat lebih menarik dan mudah dimengerti oleh semua kalangan.

Logo Kompas
Logo Kompas

Kompas.id memberikan kesempatan bagi wartawannya untuk bersosialisasi guna memperluas wawasan. Berbeda dengan media online kebanyakan, Kompas.id hanya memberikan targer 1-2 berita setiap harinya per wartawan. Hal tersebut bertujuan agar berita yang dihasilkan lebih jelas dan dalam.

Kompas.id sudah cukup lama menggunakan multimedia, yaitu di rubrik Tutur Visual. Bisa dibilang bahwa konten yang dibawakan cukup serius dan berat, dan diadakan seminggu tiga kali. Wartawan diharuskann mampu memvisualkan akan dibentuk seperti apa beritanya, dan harus mampu menyiapkan gambar, video, serta data grafis jika ada.

Kompas.id sebenarnya mengikuti SEO, hanya saja belum terlalu terbiasa. SEO sebagai kata kunci sering tidak menggunakan bahasa tulis Kompas.id  yang baku. Misalnya dalam bahasa cetak, virus Korona menggunakan K, sedangan pada SEO yang trending adalah Corona dengan C. Namun perlu disadar kembali, bahwa memang semua butuh penyesuaian, dan Kompas.id akan bersusaha untuk semakin beradaptasi dengan sistem teknologi yang ada dalam memberikan informasi kepada publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun