Mohon tunggu...
Maria Santati
Maria Santati Mohon Tunggu... -

Japanese teacher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendidik = Menanam: Membutuhkan Stamina Tinggi. Tahankah Kita?

13 Oktober 2012   03:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Inilah sebetulnya Pendidikan itu: Pemanusiaan manusia muda: homonisasi & humanisasi. Artinya manusia muda dipimpin dengan cara yang sedemikian rupa sehingga ia bisa berdiri, bergerak, bersikap, bertindak sebagai manusia. Tapi belum cukup manusia hanya tidak merangkak dengan "kaki empat" dan "menggonggong". Manusia tidak hanya menjadi homo (manusia): dia juga harus menjadi homo yang human, artinya berkebudayaan lebih tinggi - Driyarkara.

Seekor kerbau tak perlu melakukan apapun untuk menjadi kerbau, ia otomatis "mengkerbau" Tidak demikian halnya manusia. Ia harus memanusiakan dirinya agar hidup selayaknya kodrat sebagai manusia (proses hominisasi). Tak cukup sampai di situ, manusia harus sampai pada tahap yang lebih tinggi:  human yang membedakannya dari seekor kerbau (humanisasi), F. Wawan Setyadi, SJ: Menjadi Manusia Bebas: Refleksi tentang Pendidikan Bebas di SMA de Britto, Kanisius 2009.

Semuanya bukan sulap, bahkan yang sekelas Harry Potter sekalipun. Menjadi human membutuhkan proses yang panjang. Sejak usia dini, manusia dibentuk, didampingi, diajari mengembangkan sisi intelektualitasnya, jasmani, emosi, spiritualnya agar berkembang optimal.

Kemudahan-kemudahan yang diberikan berbagai macam produk teknologi, nyatanya sering malah menjebak manusia menjadi budaknya. Lihat saja, anak TK sekarang, bangun pagi sudah disajikan blackberry - meski sekadar game - dan bukan sarapan pagi yang sehat (kata mama modern, toh di sekolah ada kantin).

Kita harus berani menerima kenyataan ini: manusia semakin digerogoti, dikuasai, dan dibusukkan oleh hasil-hasil teknologi. Sesuatu yang pada mulanya dimasudkan sebagai sarana untuk membantu manusia mencapai tujuan (yang pasti lebih besar dan mulia daripada sarana), kini malah sebaliknya. Seorang anak kelas 1 SD dengan nada keheranan bereaksi ketika saya tidak menggunakan ponsel seperti merk yang dimiliki mamanya.

Mendidik bukan hal yang terjadi dalam sekejab. Persis seperti menanam. Sebuah benih dimasukkan dalam lubang tanah yang gelap dan dingin. Melalui proses perawatan yang memakan waktu, ia mengeluarkan tunasnya yang lembut, masih rapuh, hingga menjadi sebuah tanaman, bahkan pohon yang kokoh. jika kita duduk di bawah pohon besar, sempatkan sejenak berkilas balik dengannya bagaimana ia bisa menjadi seperti sekarang ini.

Bagaimana bila pohon itu seorang manusia muda?

Saya merasa yakin dengan berbagai tantangan situasi sekarang, sangat tidak mudah bagi orang tua dan para pendidik membantu mereka menjadi seorang manusia utuh. Karena kesulitan-kesulitan itulah, kita seringkali memilih cara mudah, jalan pendek, yang tak memakan banyak energi. Memberikan alat komunikasi, sepeda motor, bahkan mobil pada anak-anak usia sekolah, kita mengira itu adalah hal mendasar. Nyatanya, justru alat-alat itulah yang menghambat mereka berkembang optimal. Penggunaan sarana tanpa disertai pemahaman akan kegunaan yang cukup sesuai usia mereka, hanya akan menjerumuskan anak pada seperangkat sikap negatif, yang ujungnya akan berakhir pada karakter kemalasan, menggampangkan, serta gaya hidup yang egois. Kiranya bukan itu semangat Mendidik.

Maka, tahankah kita, orang dewasa ini, terhadap kesulitan-kesulitan itu? Atau jangan-jangan, kitalah yang lembek? Mudah menyerah? Menggampangkan? Maafkan, bila hal ini dibiarkan,  masa depan anak-anak kita pun sudah dapat diramalkan. Dan bangsa ini tak pantas lagi dimasukkan dalam komunitas manusia, karena gagal mencapai humanitasnya (berkebudayaan lebih tinggi).

Semoga itu tak akan terjadi.

Ria Santati,

Solo, 13 Oktober 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun