Mohon tunggu...
Maria Sekar Ayu
Maria Sekar Ayu Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswi Komunikasi

Mahasiswi komunikasi yang hobinya foto, makan, jalan-jalan sendirian dan nontonin video kucing di twitter.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Digital Writing, Tidak Sekadar Pindah Format

30 Agustus 2020   12:58 Diperbarui: 31 Agustus 2020   14:05 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Glenn Carstens-Peters (Unsplash)

 

Berkembangnya teknologi mendorong perubahan terhadap bagaimana kita menulis. Perubahan dari penulisan tradisional menuju digital writing membuat orang-orang harus terbiasa dan belajar bagaimana menulis dalam format digital. Tapi pentingkah untuk mempelajari digital writing?

PERKEMBANGAN MENULIS

Sadar atau tidak, kita selalu menulis setiap hari. Entah sesederhana menulis pesan kepada teman, menulis surat elektronik ke kolega, atau sekadar menulis caption untuk unggahan foto di Instagram. Sejak memulai sekolah kita sudah diajarkan untuk membaca dan menulis. Berkembangnya waktu, kita juga mulai belajar untuk melakukan kegiatan itu dengan dan dalam bantuan gadget kita. 

Bagi generasi yang sudah mengenal internet dan mobile gadget sejak usia sekolah, menulis menggunakan handphone sepertinya lebih sering kita lakukan ketimbang menulis di kertas. Murid-murid di sekolah pun sudah mulai diajarkan untuk menggunakan aplikasi menulis di komputer dan mengerjakan tugas menggunakan komputer. Untuk yang perkembangannya lebih maju, seluruh kegiatan-kegiatan ini bahkan sudah dilakukan secara daring, mulai dari membuat tugas hingga mengumpulkan, semua dilakukan daring. 

Perubahan ini tentu didorong dengan adanya perkembangan teknologi informasi serutama komputer yang berjaringan yang membuat cara kita menulis juga berubah. Perubahan kegiatan menulis dari yang konvensional ke digital tidak hanya semata-mata memindahkan tulisan dari cetak ke internet. Perubahan ini juga merubah bagaimana cara kita menuangkan ide atau narasi yang ingin kita sampaikan. Fitur-fitur yang disediakan memungkinkan kita untuk menggabungkan berbagai jenis medium dalam tulisan kita, seperti menambahkan gambar, audio, bahkan membuat tulisan yang interaktif.

APA ITU PENULISAN DIGITAL/DIGITAL WRITING

Dalam buku Because Digital Writing Matters, digital writing digambarkan tidak hanya sesimpel mengintegrasikan alat digital ke dalam proses menulis dan cara berpikir kita ketika menulis, namun sebagai perubahan yang drastis dalam esensi proses menulis dan bekomunikasi itu sendiri--untuk membuat, menyusun, dan menyebarkan sesuatu.

Gambaran digital writing yang tidak sederhana tersebut kemudian menimbulkan banyak anggapan tentang definisi sebenarnya dari digital writing. Beberapa definisi yang dikumpulkan oleh Chris Joseph dalam blognya State of The Art (2005) memiliki kesimpulan bahwa digital writing sulit didefinisikan karena teknologi yang selalu berubah. 

Salah satu definisi sederhana dikatakan oleh Catherine Byron, 

"Penulisan kreatif yang menggunakan alat/perangkat lunak digital sebagai bagian integral dari konsepsi dan penyampaiannya". - Catherine Byron

Sementara itu Tim Wright memberikan definisi yang lebih detail mengenai digital writing, 

"Penulisan yang bersifat kolaboratif/partisipatif, penulisan hypertext, tulisan improvisasi yang 'real time', penulisan media baru (misalnya kepenulisan multimedia), penggunaan kode dan penulisan yang terprogram, permainan peran secara online, penulisan dalam jurnal/blog, pembentukan komunitas internasional, E-learning, permainan game." - Tim Wright

Dari perbandingan-perbandingan tersebut, digital writing bisa didefinisikan sebagai sebuah komposisi yang dibuat dengan, dan seringkali untuk dibaca atau dilihat di, komputer atau perangkat lain yang tersambung ke Internet. Michael Crawford, salah satu narasumber Chris Joseph (2005), juga menyimpulkan bahwa digital writing dapat dilihat sebagat tempat yang benar-benar baru, dimana seseorang dapat mengalami kebebasan bentuk dan dari batasan-batasan yang ada.

MENGAPA DIGITAL WRITING PENTING?

Digital writing sebagai bentuk baru dari kegiatan menuis kemudian memberikan peluang bagi orang-orang untuk memanfaatkannya dalam pekerjaan dan kegiatan belajar-mengajar. Bagi para guru dan murid, adanya program menulis dan internet dapat memudahkan kegiatan pemberian, pengerjaan, dan mengumpulkan tugas. Fitur kolaboratif yang sudah ada dapat memberikan pengalaman baru ketika melakukan kegiatan belajar. Fitur ini juga menolong para pekerja yang harus mengerjakan suatu proyek bersamaan. 

Meskipun digital writing dapat membantu banyak pekerjaan mereka yang sering menggunakan tulisan dalam aktifitasnya, anggapan bahwa perubahan bentuk digital dalam menulis dirasa mengurangi kualitas sebuah tulisan. Kemudahan yang ditawarkan dianggap membuat orang menjadi malas untuk memperhatikan detail-detail yang sebelumnya harus dilakukan sebelum adanya digital writing. 

Orang dianggap terlalu gampang menuliskan sebuah ide karena saat ini mereka dapat mengkoreksinya dengan cepat, bahkan dengan bantuan fitur dalam program perbaikan tersebut dapat dilakukan otomatis. Padahal, transisi menuju digital justru membutuhkan orang-orang untuk mempelajarinya lebih banyak lagi dari meulis. Bertambahnya fitur dalam program menulis memang terlihat seperti membantu pekerjaan seseorang, namun hal-hal tersebut juga membuat kegiatan menulis menjadi semakin kompleks.

SKILL DALAM DIGITAL WRITING

Henry Jenkins dalam bukunya Confronting The Challenges of Participatory Culture (2006) menekankan bahwa sifat partisipatif dari digital writing mengubah fokus literasi dari sebuah ekspresi individu menjadi sesuatu yang melibatkan komunitas. Bentuk baru dari literasi, hampir semuanya melibatkan keterampilan sosial yang dikembangkan melalui kolaborasi dan jaringan. Keterampilan ini dibangun di atas dasar literasi tradisional, keterampilan dalam melakukan penelitian, kemampuan teknis, dan keterampilan analisis kritis. 

Kaum pelajar dan guru seperti Stuart Selber, Dnielle DeVoss dan Dickie Selfe yang telah menjadi pelopor di bidang penulisan digital, mengidentifikasian bahwa keterampilan fungsional (hal-hal teknis dalam digital writing), kritis (memahami aspek dan makna lain dari digital writing), dan retoris (mempelajari teknologi terbaik untuk mendukung kegiatan menulis mereka) adalah hal-hal yang harus dikembangkan oleh para pendidik dalam digital writing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun