"Penulisan yang bersifat kolaboratif/partisipatif, penulisan hypertext, tulisan improvisasi yang 'real time', penulisan media baru (misalnya kepenulisan multimedia), penggunaan kode dan penulisan yang terprogram, permainan peran secara online, penulisan dalam jurnal/blog, pembentukan komunitas internasional, E-learning, permainan game." - Tim Wright
Dari perbandingan-perbandingan tersebut, digital writing bisa didefinisikan sebagai sebuah komposisi yang dibuat dengan, dan seringkali untuk dibaca atau dilihat di, komputer atau perangkat lain yang tersambung ke Internet. Michael Crawford, salah satu narasumber Chris Joseph (2005), juga menyimpulkan bahwa digital writing dapat dilihat sebagat tempat yang benar-benar baru, dimana seseorang dapat mengalami kebebasan bentuk dan dari batasan-batasan yang ada.
MENGAPA DIGITAL WRITING PENTING?
Digital writing sebagai bentuk baru dari kegiatan menuis kemudian memberikan peluang bagi orang-orang untuk memanfaatkannya dalam pekerjaan dan kegiatan belajar-mengajar. Bagi para guru dan murid, adanya program menulis dan internet dapat memudahkan kegiatan pemberian, pengerjaan, dan mengumpulkan tugas. Fitur kolaboratif yang sudah ada dapat memberikan pengalaman baru ketika melakukan kegiatan belajar. Fitur ini juga menolong para pekerja yang harus mengerjakan suatu proyek bersamaan.Â
Meskipun digital writing dapat membantu banyak pekerjaan mereka yang sering menggunakan tulisan dalam aktifitasnya, anggapan bahwa perubahan bentuk digital dalam menulis dirasa mengurangi kualitas sebuah tulisan. Kemudahan yang ditawarkan dianggap membuat orang menjadi malas untuk memperhatikan detail-detail yang sebelumnya harus dilakukan sebelum adanya digital writing.Â
Orang dianggap terlalu gampang menuliskan sebuah ide karena saat ini mereka dapat mengkoreksinya dengan cepat, bahkan dengan bantuan fitur dalam program perbaikan tersebut dapat dilakukan otomatis. Padahal, transisi menuju digital justru membutuhkan orang-orang untuk mempelajarinya lebih banyak lagi dari meulis. Bertambahnya fitur dalam program menulis memang terlihat seperti membantu pekerjaan seseorang, namun hal-hal tersebut juga membuat kegiatan menulis menjadi semakin kompleks.
SKILL DALAM DIGITAL WRITING
Henry Jenkins dalam bukunya Confronting The Challenges of Participatory Culture (2006) menekankan bahwa sifat partisipatif dari digital writing mengubah fokus literasi dari sebuah ekspresi individu menjadi sesuatu yang melibatkan komunitas. Bentuk baru dari literasi, hampir semuanya melibatkan keterampilan sosial yang dikembangkan melalui kolaborasi dan jaringan. Keterampilan ini dibangun di atas dasar literasi tradisional, keterampilan dalam melakukan penelitian, kemampuan teknis, dan keterampilan analisis kritis.Â
Kaum pelajar dan guru seperti Stuart Selber, Dnielle DeVoss dan Dickie Selfe yang telah menjadi pelopor di bidang penulisan digital, mengidentifikasian bahwa keterampilan fungsional (hal-hal teknis dalam digital writing), kritis (memahami aspek dan makna lain dari digital writing), dan retoris (mempelajari teknologi terbaik untuk mendukung kegiatan menulis mereka) adalah hal-hal yang harus dikembangkan oleh para pendidik dalam digital writing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H