Mohon tunggu...
Maria Putri Anggun
Maria Putri Anggun Mohon Tunggu... Administrasi - anggota KOMSOS

manis dan hangat, suka mendengarkan cerita dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kumandangkan Semangat 100% Katolik 100% Indonesia kepada Anak-Anak

13 Agustus 2023   00:07 Diperbarui: 13 Agustus 2023   10:43 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kumpul Pendamping Sekolah Minggu di Warung Burjo. Doc: Pribadi
Kumpul Pendamping Sekolah Minggu di Warung Burjo. Doc: Pribadi
“Jika kami berkumpul pasti akan ada sesuatu yang terjadi, ditunggu ya”

Itulah caption story Whatsapp milik salah satu pendamping sekolah minggu yang bernama Ika. Saat itu kami yang berjumlah sekitar delapan orang berkumpul di warung burjo untuk mendiskusikan lomba-lomba 17 Agutus-an yang akan diadakan pada Minggu, 20 Agustus 2023. Kami menyebut diri kami kakak pendamping sekolah minggu wilayah Jangli yang berada didalam naungan Gereja St.Atahanasius Agung Paroki Karang Panas, Semarang. 

Kegiatan rutinitas kami adalah memberikan pendampingan iman Katolik kepada anak-anak yang berusia pra sekolah hingga kelas 6 SD. Kegiatan sekolah minggu mirip halnya dengan kegiatan mengaji yang diadakan oleh umat Islam. Jika dalam mengaji kegiatan yang dilakukan adalah membaca al-quran, pada sekolah minggu pun secara bersama-sama juga membaca alkitab lalu mendengarkan renungan yang disampaikan kakak pendamping. Selain itu ada doa, menyanyi dan kegiatan lainnya dalam rangka pengembangan iman anak-anak Katolik dalam wilayah kami.

Saat bulan Agustus, pendamping sekolah minggu tempat kami memberikan libur pada minggu pertama dan kedua agar adik-adik sekolah minggu dapat mengikuti acara pada kampung masing-masing. Setelah itu pada minggu ketiga atau keempat kami mengadakan lomba 17 Agustus-an di Kapel Jangli untuk turut merayakan Hari Kemerdekaan RI. 

Mengadakan kegiatan bertema Hari Kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu bentuk terapan dari slogan Mgr. Albertus Soegijapranata,SJ, uskup pribumi pertama Indonesia yang menyuarakan bahwa umat Katolik harus 100% Katolik, 100% Indonesia. Tahun 1940 Pator Soegija atau yang biasa disebut orang Jawa adalah Romo Soegija ditahbiskan menjadi uskup. Ia selalu menyuarakan semangat revolusioner tersebut, dan kami pun sebagai umat penerusnya tetap menyuarakan semangat untuk tetap menjadi seratus persen Indonesia kepada adik-adik kami yang masih kecil-kecil salah satunya dengan kegiatan lomba 17 Agustus-an yang kami buat.

Lomba yang kami buat pun hanya sederhana dan tidak serumit ketika kami mengadakan lomba untuk merayakan hari natal dan paskah. Hasil rapat di warung burjo itu menghasilkan tiga jenis lomba yang terdiri dari lomba pindah bendera untuk anak-anak pra sekolah hingga kelas TK besar, lalu ada lomba joget balon berpasangan untuk adik-adik kelas 1-2 SD dan lomba joget bola dalam kardus untuk anak-anak kelas 3-6 SD.

 Pada masing-masing lomba ada 3 juara dan akan kami berikan bingkisan kecil berupa botol minum, alat makan kecil serta alat tulis ditambah dengan jajanan. Harapan dari kami sebagai pendamping sekolah minggu adalah anak-anak dapat paham dan mengerti bahwa meskipun mereka memiliki iman sebagai seorang Katolik, namun mereka tidak melupakan jati diri sebagai warga negara Indonesia.

Anak-anak merupakan sebuah benih, dan sebagai orang dewasa kita harus merawat benih itu agar kelak mereka tumbuh dengan baik dan meneruskan apa yang sudah kita buat pada masa kini untuk tetap baik atau bahkan menjadi lebih baik lagi. Saat Romo Soegija menjadi uskup pribumi pertama di Indonesia, hal ini merupakan sejarah monumental bagi Indonesia, dikarenakan agama Katolik dibawa oleh penjajah dari Belanda dan tentu saja ciri khas maupun unsur Belanda dan Eropa masih melekat pada gereja-gereja Indonesia. 

Bahkan istilah “Landa wurung Jawa Tanggung” yang memiliki arti Belanda belum Jawa pun tanggung pun dulu hadir pada masa awal-awal agama Katolik datang ke Hindia Belanda dengan membonceng kolonialisme Belanda. Istilah itu pun sempat menimbulkan citra negatif kepada masyarakat Jawa yang akhirnya memeluk agama Katolik saat itu. Mempelajari sejarah itulah maka Romo Soegijapranata memberikan instruksi kepada umat Katolik saat itu untuk turut serta dalam gerakan revolusioner saat itu. Bahkan ia pun turut memindahkan kantornya dari Semarang ke Yogyakarta, seiring perpindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta kala itu.. 

Seperti semangat yang telah dikumandangkan oleh Romo Soegija pada tahun-tahun sebelum kemerdekaan , kita yang dulunya adalah benih yang telah dirawat dan disemaikan menjadi orang dewasa saat ini pun memiliki tugas dan peran yang sebenarnya mudah namun juga sulit untuk dilakukan yaitu  mengumandangkan semangat itu kepada benih-benih selanjutnya yaitu anak-anak kita dan generasi mendatang agar tetap menjadi 100% Indonesia dan 100% Katolik.

Maria Putri Anggun Larasati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun