Mohon tunggu...
Maria Wardayanti Perdani
Maria Wardayanti Perdani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar menulis sebagai media pelepasan....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelangi itu Indah

30 Mei 2022   17:00 Diperbarui: 31 Mei 2022   10:48 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan rintik datang menghiasai sepanjang hari ini...

Aku berharap ada pelangi yang setidaknya menghiasi langit nan kelam itu. 

Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-u, ciptaan dengan warna cantik yang merupakan perjanjian Nuh dengan Tuhan.

Aku ingat ketika guru sekolah Minggu menceritakan kisah Nuh. Betapa takjubnya aku dengan kisah itu, sampai ibuku bosan mendengarku mengulang-ulang cerita itu sepanjang Minggu, tak hanya ibuku tentu saja. ayahku, bahkan adik-adikku memilih main di luar bersama-teman-temannya daripada mendengarkanku yang seperti kaset rusak.

...kenangan yang manis...

AAAh, sudahlah kurasa anak zaman ini bahkan tidak tau siapa itu Nuh. 

Kecuali ada bintang K-Pop yang bernama Nuh.

===

Kembali aku terpekur dalam lamunanku...

Tak ada kudengar tawa, riuh rendah kendaraan yang setiap kali lalu-lalang. Seolah telingaku sudah terfilter untuk tak mendengar apapun yang tak kusukai.

Atau memang, tak ada seorangpun yang merasa hari ini pantas dihiasi oleh senda gurau. 

Kupandang ke sekeliling, ternyata sudah sepi, seperti hatiku yang terasa hampa... 

Dalam kesunyian itu, tiba-tiba beberapa kata menyergap diriku..

"Kamu bisa apa?"

"Kamu lebih baik dari saya?"

"Ngaca dong!!"

AAAAARRRGHHH!!!

Memang apa salahku?? 

Bak pendeta aku merasa diriku suci... Itu saja sudah salah...

Banyak...

Banyak sekali kesalahanku... sampai malu aku mau mengakukannya...

===

Tak kusangka, dalam diamku, banyak hal yang terkenang kembali... hal baik, dan lebih sering hal buruk yang pernah terjadi. Menghantui seakan aku masih memiliki hutang yang harus dibayar.

Jiwaku mengajak untuk kembali merefleksikan seluruh perjalanan yang sudah aku tempuh. Hal-hal yang berhasil aku lalui, dosa yang pernah aku lakukan, sampai pada kesalahan fatal yang telah menyatu dalam setiap langkah yang kuambil...

Kembali aku terhanyut dalam semua pemikiran-pemikiran tak berujung yang membuatku seakan semakin tenggelam...

Sudah terlalu jauh aku melangkah...

7 tahun sudah aku melupakan semua hal menyakitkan yang terjadi. 7 tahun sudah aku lalui dengan senyumaan palsu yang harus menghiasi wajahku, dan sudah terbiasa aku lakukan dengan lihai.

Dan kini... semua itu  muncul lagi di permukaan hanya karena sebuah sapaan...

Mungkin memang sudah harus kuakhiri semuanya, mungkin memang harus aku hadapi kenyataan yang ada. 

Tapi apa aku sanggup??

Aaah, entahlah...

Rasanya tak ada kekuatan manusia manapun yang bisa membantuku, melegakanku, mendamaikan hatiku, menenangkan pikiranku...

====

Jika ini adalah jarum..

pasti sudah masuk ke dalam saluran darahku...

jika ini adalah duri, sungguh ini sudah menusuk hatiku yang terdalam...

tak dapat lagi kucabut dan kuoleskan obat...

yang tertinggal hanyalah penyesalan...


Andai ku bisa memilih satu saja warna pelangi untuk mewarnai hidupku...

Kurasa tak akan sekelam ini rasanya...

Akan kupilih warna yang paling cerah...

Setidaknya aku terlihat cemerlang...

tidak kusam seperti ini...


Noda ini tak bisa hilang Tuhan...

melekat, rekat, pekat...

Tapi, setidaknya mata ini masih dapat melihat hitam dan putih...

setidaknya mata ini masih dapat menikmati pelangi-Mu...

setidaknya mata ini masih Kau ijinkan menatap kerahiman-Mu...

====

Pelangi itu indah...

Tapi bukan untukku...



Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun