“Apa yang akan kau lakukan jika mengetahui perempuan yang melahirkanmu tidak lama lagi akan dijemput malaikat maut”
Begitulah bunyi sepenggal kalimat pembuka dalam cerpen ini. “Seduhan Air Gula Untuk Emak” bercerita tentang seorang anak SMA bernama Rina dan permasalahan dalam keluarganya.
Cerpen ini telah terbit dalam laman Kompas.id dan ditulis oleh M. Rosyid HW. Dilansir dari Kompas.id, penulis cerpen ini lahir dan tinggal di Sidoarjo.
Ibu Rina sedang sakit keras dan sekarat. Di dada ibunya, tumbuh bintik-bintik hitam yang dinamai dengan “biji kacang” oleh Rina karena bentuknya menyerupai biji kacang.
Sudah berapa kali Rina meminta agar ibunya mau dioperasi, tetapi keinginan tersebut ditentang oleh bapak dan ibunya sendiri. Selain itu, biaya operasi juga tidak murah. Menurut orangtuanya, penyakit “biji kacang” bisa sembuh hanya dengan rutin mengonsumsi obat herbal.
Dengan tubuhnya yang sekarat, ibu Rina selalu meminta kepada anaknya untuk menyeduhkan segelas air gula dan minum air gula membuatnya terlihat bersukaria di hari-hari terakhirnya. Minum air gula seperti sudah menjadi tradisi di keluarga ibu Rina.
Rina adalah anak yang cerdas. Ia ingat kata-kata gurunya bahwa penyakit “biji kacang” tidak akan tumbuh jika tidak didukung oleh gula. selama puluhan tahun, penyakit “biji kacang” tumbuh subur karena disirami larutan gula. Rina yakin bahwa minum air gula hanya akan memperparah penyakit ibunya. Oleh karena itu, Rina menentang ketika ibunya minta diseduhkan air gula. Akan tetapi, penentangan Rina juga ditentang oleh bapaknya. Bapaknya tetap keras kepala dan memaksa Rina untuk menyeduh larutan manis tersebut.
Hari itu, sewaktu sedang menyeduh air gula, Rina menyadari bahwa ibunya sudah terlalu menderita. Rina merutuki nasib karena ia malah membunuh ibunya secara perlahan dengan air manis itu. Rina berpikir bahwa ibunya tidak boleh lebih menderita lagi. Maka Rina menuang serbuk racun tikus dalam seduhan gula.
Cerpen “Seduhan Air Gula Untuk Emak” ini mengisahkan tentang problematika yang dihadapi oleh keluarga kelas bawah. “Mati konyol dalam ketidaktahuan”, mungkin begitulah kalimat yang sesuai untuk menggambarkan masalah dalam keluarga tokoh. Kurangnya ilmu dan pengetahuan pada orangtua Rina hanya berujung pada penderitaan panjang yang dialami oleh ibunya.
Ibu Rina hanya akan mati perlahan dan menderita dengan terus meminum air gula. Maka dari itu, Rina menawarkan solusi. Solusinya adalah dengan mengakhiri hidup ibunya, tanpa sakit dan dengan cepat. Mungkin kita akan mengatakan Rina sebagai pembunuh karena meracuni ibunya dengan racun tikus. Akan tetapi, sebenarnya Rina juga telah meracuni ibunya dengan menyeduhkan air gula; hanya saja dengan cara mati yang lebih pelan. Kita tidak bisa menyalahkan Rina. Yang seharusnya kita salahkan dalam kisah ini adalah ketidaktahuan atau kebodohan.
Cerpen ini mengajarkan kepada kita bahwa ilmu pengetahuan itu penting, terutama untuk menjalani kehidupan yang lebih masuk akal dan menjadi senjata dalam berperang melawan kerumitan hidup.