Assalamualaikum Wr.Wb, salam sehat dan bahagia buat bapak/ibu hebat semua se-Indonesia.
Maria Nida Bidja, salah seorang guru penggerak dan Narasumber berbagi praktik baik angkatan 2 di SMKN 1 Luwuk serta mengampuh mata pelajaran Bahasa Inggris. Bergabung dan menjadi bagian dari Program Guru Pengerak Angkatan 6, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, merupakan langkah tepat yang telah penulis ambil untuk meningkatkan kapasitas serta kemampuan dalam mengembangkan potensi diri sebagai seorang pendidik. Menurut hemat penulis, didalam mengambil bagian dari sebuah transformasi perubahan tentunya tidak semudah seperti menelan agar-agar atau membalikkan telapak tangan.
SMKN 1 Luwuk termasuk sekolah menengah kejuruan favorite yang berlokasi dijantung  dikota Luwuk dengan jumlah Tenaga Pendidik sebanyak 79 orang dan Tenaga Kependidikan sebanyak 23 orang. Selain itu, sekolah kami juga memiliki  jumlah siswa 1.245 Orang dengan jumlah 36 rombongan  belajar (Dapodik:2023). Dengan begitu banyaknya jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tentunya penulis selalu menjumpai perbedaan persepsi dan pandangan terhadap hal-hal yang bersifat baru. Terutama, hal-hal yang berkaitan dengan Pengimplementasian Kurikulum Merdeka pada awal tahun pelajaran 2023/2024 kedepan.Â
Penulis merasa cukup pesimis melihat kondisi disekolah, pasca kebakaran di tanggal 14 Mei 2021. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai, fasilitas pembelajaran yang sangat jauh dari kata layak, proses pembelajaran yang masih jauh dari kata maksimal serta utamanya tingkat pemahaman dan penerimaan Kurikulum Merdeka oleh sebagain besar guru-guru disekolah saya yang masih sangat minim, hal ini tentunya membuat penulis sebagai seorang pelaku narasumber berbagi praktik baik semakin menjadi pesimis dalam memperkenakan dan mengimplementasikan pemahaman saya mengenai Kurikulum Merdeka.
Berkaitan dengan beberapa permasalahan yang penulis jumpai dilapangan, penulis sangat menyakini bahwasanya disetiap adanya perubahan pasti akan selalu saja terjadi sebuah penolakan. Penolakan itu sering terjadi baik secara interen maupun eksteren, terlebih khusus penolakan terhadap program yang telah diluncurkan oleh pemerintah, yaitu Merdeka Belajar. Penulis sangat memahami betul alasan dibalik kekhawatiran yang muncul bagi sebagian rekan-rekan guru disekolah.Â
Penulis tentunya tidak bisa tinggal diam  tanpa melakuan upaya untuk memperkenalkan dan membagikan sedikit pengetahuan yang penulis miliki dalam kapasitas sebagai seorang narasumber berbagi praktik baik. Olehnya itu, melalui pemberian dan pembagian angket, sharing dan wawancara secara tidak terstruktur yang penulis lakukan secara random kepada 79 rekan guru disekolah, dapat penulis simpulkan bahwa mereka yang belum menerima tentang adanya penerapan Kurikulum Merdeka dikarenakan sebagaian mereka menganggap bahwa perubahan kurikulum akan selalu memberikan dampak yang tidak baik, salah satau alasan terkuat mereka adalah kurikulum akan selalu saja berganti jika kebijakan dari pemerintahpun berganti, dan ini hanya membuang-buang waktu saja untuk belajar hal-hal yang baru.
 Selain itu, pemahaman yang belum optimal pada penerapan kurikulum sebelumnya, membuat mereka sangat kebingungan dalam  mempelajari kembali tentang Kurikulum Merdeka.Â
Tidakhanya berhenti sampai disitu, sebagain dari rekan-rekan guru saya berasumsi bahwa mereka yang masa pengabdiannya tidak mencapai 5 tahun lagi, terkesan seolah-olah tidak mau merepotkan diri untuk mempelajari hal-hal baru yang akan diaanggap menyulitkan mereka dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan mereka kepada para peserta didik. Sehingganya dari beberapa alasan yang penulis kemukakan diatas, penulis selanjutnya berusaha untuk memetakan permasalah tersebut dan berusaha mencari jalan keluar atas permasalahan yang ada. Bersama kedua guru penggerak yang ada disekolah yaitu  Ibu Masrati, M.Tune, M.Pd dan Bapak Sukarno Abby, S.T.MM, selanjutnya penulis  membuat rumusan terkait beberapa cara serta usaha kecil yang bisa kami lakukan untuk kemajuan sekolah.
Sebagai bentuk awal dari bagian praktik baik yang kami lakukan tersebut adalah;
- Kami berdiskusi dengan Bidang Kurikulum disekolah, yang menurut kami adalah wadah yang  paling berkompetent dan tepat sasaran. Sebab, bagian Kurikulum adalah  roda penggerak paling utama dilingkungan sekolah.
- Setelah mendapatkan dukungan dari bagian kurikulum, selanjutnya kami berinisiatif untuk menjumpai kepala sekolah dan memberikan ide-ide yang positif terkait permasalahan Kurikulum Merdeka dan pengimplementasiannya disekolah.
- Selanjutnya, dari hasil sharing ide bersama Kepala Sekolah dan Bidang Kurikulum selanjutnya kami merumuskan untuk membicarkan ide kami ditingkatan Wakil Kepala Sekolah  dan Tim Penjamin Mutu Sekolah.
- Tidak hany aberhenti upaya kami ditingkatan Wakil Kepala Sekolah dan Tim Penjamin Mutu Sekolah, kami membentuk rapat untuk melaksanakan sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka dengan didahului oleh rekan guru di Bidang Kurikulum dan rekan-rekan guru yang memiliki persamaan persepsi atau sejalan dalam penerimaan Kurikulum Merdeka.
- Dan sebagai bentuk akhir dari rencana kami, kami telah melaksanakan Sosialiasi kepada seluruh rekan guru yang ada disekolah kami secara serentak.
Langkah  awal yang kami lakukan tentunya tidak langsung terterima dengan baik oleh sebagian besar rekan guru kami, terutama guru yang memiliki karakter  sangat tertutup dengan adanya perubahan. Ini kemudian yang membuat kami harus berfikir keras menemukan kembali cara atau solusi dalam memperkenalkan Kurikulum Merdeka agar bisa diterima oleh semua rekan guru yang ada. Sebab, secara pribadi penulis meyakini, bagaimana mungkin peserta didik mampu menerima proses pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak kepada mereka, sekiranya guru sebagai mediator atau fasilitator tidak mampu memahami dengan baik esensi yang ada pada Kurikulum Merdeka, khususnya pendidikan yang memerdekakan anak. Seyogianya Gurulah yang akan menjadi contoh agar bisa digugu dan ditiru.
Seiring berjalannya waktu, kami (guru-guru yang telah menerima Kurikulum Merdeka) mulai membentuk Komunitas Belajar disekolah yang diberinama Komuntas Belajar SMKN 1 LUWUK. Hal ini dimaksudkan sebagai wadah yang cukup efisien dalam berbagi kegiatan praktik baik kami tentunya yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka. Pelan tapi pasti, dengan niat yang kuat, komitemen serta usaha nyata akhirnya langkah kami mendapatkan perhatian dan dukungan dari  rekan-rekan guru kami yang semula menolak adanya perubahan.Â
Kolaborasi yang baik serta dukungan Kepala Sekolah secara penuh memberikan kami kesempatan untuk berbagi, tidak hanya diseputaran lingkungan sekolah, namun juga penulis  diundang dalam beberapa kegiatan pengimplementasan Kurikulum Merdeka diberbagai jenjang baik secara Luring maupun daring. Kesempatan untuk berkarya dan meningkatkan potensi diri tentunya kami manfaatkan semaksimal mungkin. Penulis sangat yakin dan percaya bahwasanya "Hal kecil bagi kita, bisa jadi luar biasa untuk orang lain". Sehingganya, sampai saat ini penulis masih tetap optimis dan yakin bahwa hal yang baik akan memberikan manfaat yang baik pula. Mari bapak dan ibu guru hebat semua, tetap optimis dan yakin bahwa perubahan yang kita lakukan sekecil apapun itu, akan selalu saja menjadi amal pahala yang baik untuk kita semua.
Akhir kata, penulis menyadari tiada perubahan yang menghasilkan kebaikan yang dpat terjadi dalam sekejap. Semua membuthkan proses dan usaha yang Nyata. Ide kecil dari kita akan sangat jauh berarti jika dilakukan dengan niat yang kuat ketimbang ide besar namun tanpa realisasi. Mari tetap berusaha untuk tetap berbagi, sebab guru yang hebat adalah guru yang tidak merasa "besar" jika ia mampu berbagi dan tidak merasa " kecil" jika ia baru bisa "menerima". Tetap berusaha untuk menjadi penggerak ditengah keterbatsan yang ada....
Wassalamualaikum Wr.Wb!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI