Mohon tunggu...
Maria Nurani
Maria Nurani Mohon Tunggu... Freelancer - Sustainability professional dan pengurus beberapa organisasi di bidang sustainability, smart city, sosial dan penanggulangan bencana. Saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di bidang kajian stratejik dan global di Universitas Indonesia, dengan fokus riset mengenai corporate sustainability transformational change

Di luar pekerjaan utama, saya juga adalah seorang pranic healer, praktisi arhatic yoga, penari dan pemanah.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pranic Agriculture: A Giant-step Closer to Mother Earth

31 Januari 2023   19:53 Diperbarui: 31 Januari 2023   19:58 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman kopi yang memperoleh perlakuan pranic healing (atas) dan yang tidak (bawah). Sumber: https://www.facebook.com/agriculturapranicbrasil

Minggu lalu saya mengikuti kursus menarik yang tak biasa: Pranic Agriculture.

Ditebak dari namanya, ini pasti tentang pertanian yang mengaplikasikan prinsip dan teknik Pranic Healing (PH), yaitu metode penyembuhan dengan memanfaatkan energi halus (subtle energy) yang ada di alam (dikenal dengan nama prana, chi, atau qi).

Kursus langka ini baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia (dan di dunia!), dengan instruktur adalah Master Nona Cristina Castro, kepala PH di wilayah Kanada dan Amerika Tengah/Selatan, yang mengetahui betul penerapan pranic agriculture di India, Jerman, Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan Amerika Selatan.

Pranic agriculture terbukti meningkatkan kesehatan tanaman dan hasil panen kopi, kelapa sawit, palawija (jagung, kedelai, bayam, oyong, timun), buah (papaya), bunga (marigold) dll, baik kuantitas maupun kualitasnya. Beberapa riset bahkan telah dibukukan dalam jurnal ilmiah terindeks Scopus, dengan hasil riset antara lain: pada kacang hijau meningkatkan berat segar kecambah 48,5% dan kadar protein 158,60% (Nadig et al., 2021), pada tanaman oyong meningkatkan panjang akar 38% dan kandungan klorofil 26% (Poornima et al., 2020), pada tanaman timun meningkatkan jumlah buah 14% dan panenan 18% (Yathindra et al., 2017), serta pada tanaman tomat meningkatkan diameter batang 12%, jumlah bunga 31,7%, dan hasil panen 31% (Jois et al., 2016).

Ketika mendaftar, saya membayangkan akan belajar bagaimana melakukan PH pada tanah dan tanaman. Ternyata pranic agriculture jauh melebihi imajinasi saya. Energi prana bukan hanya digunakan untuk membersihkan dan memberi energi pada tanah dan tanaman, tetapi juga pada benih; pupuk; serangga dan hewan lain; jamur, bakteri dan parasit; rumah, petani, dan badan air. Begitu juga pada predator dan iklim yang tidak ramah. Pendek kata... semua bagian dari ekosistem pertanian secara utuh menyeluruh di-healing agar dapat bekerja sama dengan baik dan menghasilkan panen yang optimal tanpa menjadikan tanah terdegradasi tetapi sebaliknya, regeneratif.

Tanaman kopi yang memperoleh perlakuan pranic healing (atas) dan yang tidak (bawah). Sumber: https://www.facebook.com/agriculturapranicbrasil
Tanaman kopi yang memperoleh perlakuan pranic healing (atas) dan yang tidak (bawah). Sumber: https://www.facebook.com/agriculturapranicbrasil

Bukan kursus PH namanya kalau tidak mengandung kejutan.

Seperti PH bukan hanya untuk menyembuhkan tubuh fisik manusia tetapi juga emosi dan psikis, percayakah kamu bahwa dengan Pranic Agriculture kita bisa mengetahui dan memperbaiki emosi tanah dan benih? Bahwa kita bisa membujuk tikus baik-baik untuk tidak mengganggu tanaman kita? Daann... bahwa relasi antara fosfor dan nitrogen pun bisa dihealing untuk menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas optimal? Di kursus ini saya baru tau bahwa tanah organik dan tanah tidak produktif itu punya emosi yang... hiks...hiks.. begitu juga sebutir benih GMO.... *peluk*

Peserta Pranic Agriculture di Ecocamp, Bandung. dokpri
Peserta Pranic Agriculture di Ecocamp, Bandung. dokpri

Seperti PH yang memiliki teknik untuk membentengi diri terhadap energi negatif dari luar, pranic agriculture juga menyediakan pelindung bagi tanaman terhadap predator dan cuaca ekstrim, serta meminimalkan dampak lingkungan dari benih GMO.

Dalam Pranic agriculture, pranic healer adalah natural blesser. Ketulusan hati dan kemurnian intensi adalah prasyarat. Doa dan permohonan pada Tuhan Yang Maha Kuasa adalah yang utama dan pertama. Pranic agriculture meningkatkan kualitas hidup, kualitas ekonomi dan kualitas ekologi serta hampir selalu menghasilkan pasokan makanan yang lebih sehat dan lebih berlimpah dengan kuantitas dan kualitas energi yang sangat besar. 

Sejak revolusi industri di abad 18, manusia tidak lagi mengumpulkan makanannya di alam secara langsung. Semakin panjang rantai pasok, semakin jauh 'jarak' manusia dengan alam. Ini yang disebut dengan 'kabut peradaban'. Kabut yang membutakan mata hati terhadap kondisi di alam dan dampak aktivitas kita selama ini terhadapnya.

Saya bisa membayangkan, dengan pranic agriculture kabut itu perlahan menghilang dan hubungan kita dengan alam kembali mesra.

Sudah dibuktikan di negara lain. Mari kita coba di halaman sendiri. Tertarik?

Master Nona Cristina Castro (tengah). dokpri
Master Nona Cristina Castro (tengah). dokpri

Sitasi:

Jois, S. N., Roohie, K., D'Souza, L., Suma, F., Devaki, C. S., Urooj, A., Krell, R., & Prasad, K. N. (2016). Physico-chemical qualities of tomato fruits as influenced by pranic treatment - an ancient technique for enhanced crop development. Indian Journal of Science and Technology, 9(46), 1--6. https://doi.org/10.17485/ijst/2016/v9i46/99733

Nadig, A., Jois, S. N., Nagendra Prasad, K., & Vinu, V. (2021). Impact of Pranic Agriculture on Germination and Protein Content of Green Gram (Vigna radiata). Indian Journal of Agricultural Research, 55(3), 369--373. https://doi.org/10.18805/IJARe.A-5508

Poornima, R., Prasad, K. N., Yathindra, H. A., & Jois, S. N. (2020). Influence of Pranic agriculture on morphological traits, chlorophyll content and genetic polymorphism of ridge gourd (Luffa Acutangula L. Roxb.) Assessed by RAPD marker analysis. Agrivita, 42(3), 521--532. https://doi.org/10.17503/agrivita.v42i3.2715

Yathindra, H. A., Jois, S. N., Prasad, K. N., & Dsouza, L. (2017). Influence of pranic agriculture on germination, flowering and yield of European cucumber. Ecology, Environment and Conservation, 23(3), 1770--1773. https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-85034578287&partnerID=40&md5=ac980f1ce1234bf961de63bca6a66c72

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun