Mohon tunggu...
Maria Nurani
Maria Nurani Mohon Tunggu... Freelancer - Sustainability professional dan pengurus beberapa organisasi di bidang sustainability, smart city, sosial dan penanggulangan bencana. Saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di bidang kajian stratejik dan global di Universitas Indonesia, dengan fokus riset mengenai corporate sustainability transformational change

Di luar pekerjaan utama, saya juga adalah seorang pranic healer, praktisi arhatic yoga, penari dan pemanah.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Menari (Jawa) itu Laku Batin?

23 Januari 2023   16:22 Diperbarui: 24 Januari 2023   10:07 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oya, ada faktor lain dalam tarian Jawa yang belum aku temui di tarian lain. Ngithing dalam tarian Jawa adalah shuni mudra dalam yoga. Posisi jari seperti ini berfungsi untuk meningkatkan kesabaran. Jengkeng dalam tarian jawa adalah Hanuman pose. Hanuman adalah lambang pengabdian pada guru. Pose ini berfungsi untuk menghilangkan kesombongan dan resistensi batin sehingga lebih bisa menerima berkah sang guru (dan Sang Guru). Apalagi dilengkapi dg posisi tangan menyembah di dekat hidung yang berarti menghormati.

Lalu apa bedanya dg latian yoga, misalnya, yang juga mengenal pose-pose itu?

Bedanya terletak di gendingnya. Beberapa tahun lalu ketika baru tahu bahwa menyanyikan lagu Indonesia Raya bisa meningkatkan keberuntungan, aku jadi hobi mengukur dampak berbagai lagu pada pelantun atau pendengarnya. Anehnya, tdk seperti lagu modern dan tradisional lain, gending atau gamelan Jawa ini memperbesar semua cakra. Contoh aja, semua teman grup RP gelombang 1 setelah manggung kemarin tuh auranya meningkat minimal jadi 2x lipat lho. Ini ibarat ember 1L diganti ember 2L. Jadi waktu "diisi" muatnya lebih banyak. Dampaknya pada kesehatan fisik, psikis, relasi, finansial dan spiritual juga mestinya ikut jadi 2x lipat.

Tapi aura yang sudah besar ini bisa kempes lagi kalo kita kembali membiarkan energi negatif menguasai tubuh fisik, emosi, dan pikiran kita.

Karena itu Pak Sulis mengingatkan "Ilmu iku kelakone kanti laku. Konsep ini akan ditemukan oleh masing-masing penari sendiri dalam menjalani hidupnya. Terus mencari, apakah akan ditemukan atau tidak, tergantung para penari itu sendiri, hasilnya akan berbeda"

Bogor, 12 Des 2022

(Artikel ini sudah tayang di FB saya pada tgl 13 Des 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun