Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sang Budha Gautama Tidak Pernah Bicara Tentang Tuhan

21 November 2024   06:30 Diperbarui: 21 November 2024   06:33 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi seorang Budha Sidharta Gautama bukan merupakan hal penting bicara tentang Tuhan. Mungkin karena bagi beliau, Tuhan tidak lagi penang untuk dibicarakan, bukan karena beliau tidak mempercayai Tuhan. Pemahaman beliau, titik berat ajarannya adalah bagaimana menumbuhkembangkan nilai kemanusiaan dalam setiap manusia. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan hal yang amat utama segala khotbahnya.

Bagi pemahaman saya, ini yang tepat. Saya sendiri sampai sekarang bingung bila ditanya tentang Tuhan. Bagi saya, tidaklah mungkin bagi ciptaanNya bisa mengenal Tuhan. Bagaimana mumngkin? Bagaikan cahaya matahari, tidak mungkin ada cahaya matahari bila tidak ada matahari. Demikian pula, tidak ada manusia bila tidak ada Tuhan. Manusia bagaikan Cahaya matahri, sedangkan Tuhan adalah matahari.

Oleh karena itu yang utama adalah pengembangan nilai kemanusiaan dalam diri kita sehingga kita bisa menghargai sesama makhluk hidup. Ya, hanya dengan saling menghargai makhluk di dunia ini, kita bisa salng hidup da menghidupi. Sesama ciptaan harus saling menghargai dan mengarifi alam ini.

Tidak ada satu pun diantara kita bisa kenal Tuhan. Bagaimana mungkin? Ya ibarat bayi dalam kandungan, ia tidak bakan mengenal ibunya selama masih dalam kandungan. Ia baru kenal ibunya setelah terjadi keterpisahan.  Ketika ia keluar dari rahim ibunya, ia kenal ibu. Demikian pula kita, inilah sebabnya tilak ada konsep Tuhan dalam ajaran Budha. Bagaimana hubungan antar manusia serta sesama makhluk Tuhan.

Kita semua hidup saling bergantung antara satu dan lainnya. Kekacauan terjadi ketika kita membicarakan tentang sesuatu yang tidak dipahami. Ketika kita membahas Tuhan, baru terjadi kekacauan. Kita sama-sama tidak tahu tentang Tuhan, tetapi kita bisa membandingkan bahwa Tuhanku beda dengan Tuhanmu. Tuhanku satu, sedangkan Tuhanmu banyak. Sama saja sesama orang buta memperdebatkan tentang bentuk gajah.

Saling anggap bahwa konsep tentang Tuhan telah membuat keterpisahan antara kita. Ah ternyata banyak pertumpahan darah di masa lalu semata hanya beda konsep. Kita tidak sadar bahwa ketika kita anggap bahwa yang kita sembah beda dengan yang disembah oleh kepercayaan lain hanyalah membuktikan bahwa kita belum mengenal Tuhan. Sifat kasih dan sayang terhadap sesama makhluk merupakan keutamaan dalam hidup ini. 

Bencana alam seperti kenaikan suhu bumi sebagai akibat perubahan iklim bukanlah hukuman dari Tuhan, tetapi karena ulah manusia sendiri.  Penyebab utama kenaikan suhu atau temperatur udara/bumi yang utama adalah karbon dioksida. Segala aktivitas manusia yang meningkatkan konsentrasi CO2 telah mempercepat terjadinya bencana alam. dan bencana alam lainnya terjadi karena kita tilak menganggap alam sebagai mitra dalam hidup kita. 

Kita sibuk pergi ke kuil serta tempat ibadah lainnya, tetapi kita lupa bahwa segala perbuatan kita yang merusak alam demi memenuhi keserakahan, kita anggap bukan sebagai ibadah. Jadi sesungguhnya ibadah bukan hanya ritual, tetapi perilaku kita melayani alam merupakan ibadah lebih penting. Tanpa sadar kita melupakan bahwa tanpa kehadiran Tuhan  di balik setiap makhluk, mereka tidak bisa eksis.

Sungguh arif seorang Mpu Tantular yang meninggalkan wasiat kebijakan : BHINEKA TUNGGAL IKA, TAN HANA DHARMA MANGRWA. Tidak ada kebenaran yang mendua.

Bila kita bisa melakoni pesan bijak Sang Mpu Tantular, adalah keniscayaan Nusantara menjadi negara makmmur dan damai. Hidup saling menghargai tanpa bicara sesuatu yang tidak kita saling ketahui bisa menciptakan kedamaian. Inilah peninggal yang sangat bernilai dari leluhur kita.

https://www.booksindonesia.com/produk/sandi-sutasoma-menemukan-kepingan-jiwa-mpu-tantular/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun