Selama ini banyak dari kita tidak bisa melakoni hidup dengan tenang dan damai. Jawabannya sangat sederhana, 'Karena kita belum memahami, apalagi melakoni ayat-ayat Tuhan.'Â
Ada 3 (tiga) ayat besar yang mesti dilihat di sekitar kita :
- Segala kehidupan, selain manusia, hidup dalam harmoni serta saling mengisi; hukum alam saling mengasihi antara sesama makhluk hidup,
- Hukum konsekuensi atau lebih dikenal dengan hukum Sebab-Akibat,
- Hukum perubahan
Tanpa disadari oleh pohon dan hewan, mereka hidup saling bersinergi. Karena mereka tidak mengenal yang oleh manusia disebut lobha atau keserakahan. Banyak orang menyebut harimau atau singa sebagai hewan buas, tetapi mereka memburu mangsanya ketika dalam keadaan lapar. Setelah kenyang, mereka kemudian menyimpan makanan sisa dalam goa. Bila lapar, baru mereka makan lagi. Ketika mereka memburu serta memangsa hewan lain, kita anggap suatu hal yang kejam, tetapi kita lupa manusia jauh lebih kejam. Manusia bisa menimbun makanan demi keluarga serta dirinya.Â
Tanaman juga hidup demikian, bahkan menurut pendapat saya, tanaman bersedia 'mengorbankan' dirinya demi kehidupan hewan dan manusia. Dengan kata lain, tanpa adanya tanaman atau tumbuhan, hewan serta manusia tidak bisa hidup. Tumbuhan bisa hidup sendiri serta menyediakan dirinya untuk menghidupi manusia dan hewan. Bila kita mau merenungi, tumbuhan ini jauh lebih perkasa dan kuat daripada manusia dan hewan.
Belajarlah dari matahari memberikan energi kehidupan bagi semua makhluk tanpa memandang bentuk serta kepercayaan. Demikian juga hujan menyirami semua jenis makhluk tanpa memandang jenis serta keyakinan. Inilah hukum kasih tanpa syarat. Inilah sifat alam sebagai ungkapan rasa syukur atas segala pemberian serta anugerah Tuhan.Â
Dengan mengimplementasikan hukum kasih, manusia hidup harmonis dengan alam. Kasihilah sesama makhluk tanpa syarat, maka kita hidup ceria. Mengasihi sesama makhluk sebagai ungkapan rasa syukur, ya kita bisa belajar dari burung berkicau dan bunga yang mekar dengan indah. Burung dan bunga tidak butuh pujian, tetapi mereka menebarkan keindahan.
Tidak perlu kita memberikan label bahwa hukum karma merupakan keyakinan dari kepercayaan tertentu, tetapi ubahlah cara pandang bahwa segala sesuatu di alam ini hidup atas dasar hukum SEBAB-AKIBAT. Yang kita tanam, itu juga yang kita tuai. Dengan penerimaan hukum konsekuensi ini, hidup bisa menjadi tenang. Misalnya kita mengalami kerugian atau penderitaan, kita mesti merespon dengan kesadaran bahwa mungkin yang kita alami sebagai akibat ulah atau perbuatan kita.Â
Ingatlan bahwa yang Abadi adalah perubahan. Tidak bisa kita berada di atas terus, suatu ketika kita juga mengalami penderitaan. Bagaikan roda yang berputar. Sekali di atas, lain kali di bawah. Oleh karena itu, kita mestilah siap mengalami perubahan.Â
Dengan menghayati serta melakoni ayat-ayat Tuhan di atas, kita bisa hidup dengan saling mengasihi, tenang serta damai. Inilah kesejatian diri kita, yang mendorong manusia mengalami degradasi adalah ketika kita kehilangan sifat alami yang disebut nilai-nilai kemanusiaan.
https://www.youtube.com/watch?v=8qzyIvrSiQ8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H