Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sangat Menggelikan Bila Masih Bicara Keseimbangan Dunia-Akhirat

20 September 2024   06:30 Diperbarui: 20 September 2024   06:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.isadanislam.org/

Banyak orang masih bicara tentang upaya menyeimbangkan kehidupan dunia-akherat. Tidak beda dengan bicara tentang bagaimana menyeimbangkan antara materi dan energi. Katakan dunia akherat merupakan energi, sedangkan materi terkait kehidupan duniawi. Pertanyaannya : "Betulkah kita bisa membedakan antara materi dan energi?"

Sama sekali sudah ketinggalan jaman bila masih membedakan materi dengan energi. Materi dan energi satu adanya. Misalnya kita menyebutkan perbedaan antara upa air dan air atau es. Bisakah kita membedakannya?

Saat air dipanaskan hingga melebihi titik didihnya, air berubah jadi uap. Kemudian kita ambil contoh kapur barus yang kita biarkan. Setelah beberapa lama kapur barus yang semula padat akan hilang karena bentuknya jadi gas, menyublim. Tubuh kita yang padat akan mengurai juga menjadi atom. Uap air bisa digunakan untuk menggerakkan mesin, inilah energi. Dengan kata lain, energi adalah materi. Dengan demikian, rumus Einstein juga berubah E=M.

Kita berbuat baik demi mendapatkan kapling di akherat, sementara di dunia kita hanya memikirkan kenyamanan duniawi, memang bisa?

Jelas tidak mungkin. Ketika kita hanya fokus mengejar kenyamanan duniawi atau mengumpulkan harta dunia demi memuaskan indra, jelas kita hanya fokus pada materi. Artinya seluruh fokus pikiran kita berada pada ranah intelektual. Padahal dengan hanya berada pada ranah intelektual keadaan kita akan semakin jauh dari intelegensi atau buddhi. Perlu disadari bahwa buddhi merupakan jembatan menuju kepada Sang Maha Agung. Kecuali memang kita tidak memahami tujuan kelahiran di dunia.

Dengan semakin menjauh dari tujuan kelahiran ke bumi. Adalah potentie kita semua untuk kembali kepada Dia, karena memang kita semua berasal dari Dia. Bukankah kita merupakan percikan dari Dia? Masih ingat yang tertuliskan pada salah satu kitab suci : "Kutiupkan roh Ku" Masih ada lagi : "Tuhan lebih dekat dari urat leher"

Ya, tanpa kehadiranNya, kita tidak berdaya. Kita semua hidup di daam Dia. Sepertinya kita hanyalah gelembung pikiran-Nya. Tidak beda dengan pikiran kita. Pikiran kita juga berupa materi. Saya percaya masih banyak orang yang tidak setuju, karena pikiran bisa saja dianggap konsep. Tetapi pernahkah kita merenung lebih daam bahwa pikiran kita juga merupakan vibrasi?

Getaran bisa terjadi atau ada karena adanya materi. Jadi dengan kata lain, sesungguhnya pikiran kita merupakan materi yang sangat halus, bahkan mungkin tidak terdeteksi dengan alat pada saat ini. Sang Buddha pun dalam tulisannya menyatakan bahwa pikiran adalah dhatu atau materi.

Ya, hanya materi yang bisa kita sebutkan namanya. Karena segala sesuatu yang kita sebut dengan nama, suatu ketika akan punah. Sangat berbeda dengan Dia yang abadi. Karena kegagapan kita, maka kita memberikan nama kepada Tuhan, padahal kita sendiri sama sekali tidak mengerti atau memahami tentang Tuhan. Namun lucunya kita sering minta kepada Dia. Mengapa mesti meminta?

Bukankah segala hal yang di dunia ini juga Dia yang telah menyediakan. Suatu hal tidak mungkin Dia tidak menyediakan segala kebutuhan manusia untuk hidup. Karena kita tidak peka, maka kita masih saja minta ini dan itu. Keadaan pikiran seperti ini semakin menjauhkan manusia dari Sumber.

Kembali ke keseimbangan dunia-akherat. Hanya di dalam dunia atau kehidupan ini, kita bisa mengubah pikiran kita. Roh yanglepas atau meninggalkan tubuh setelah kematian akan melanjutkan perjalanan. Roh terdiri dari pikiran serta perasaa. Bila saat di dunia ini, pola pikir kita tidak bisa lepas dari masalah keduniawian, maka kualitas roh akan rendah. Sarat dengan beban materi, ya dengan sendirinya roh akan menderita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun