Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jauh Lebih Baik Tidak Bersandar AI

16 September 2024   06:30 Diperbarui: 16 September 2024   06:32 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://tekno.kompas.com/

Sebagai manusia sempurna, janganlah bersandar atau percaya pada Artificial Intelligence. Dengan selalu mengandalkan pada AI, otak kita semakin berkerut.  Bagi pemahaman saya bahkan istilah kecerdasan atau intelligence pun kurang tepat. Yang betul atau lebih tepat adalah artificial intellectual. yang dibuat oleh para ahli komputer hanya merangkum serta menjadikan satu kumpulan dari pikiran-pikiran manusia. 

Kepintaran manusia berasal dari belajar segala ilmi pengetahuan, jadi mereka mendapatkan pinjaman pengetahuan dari luar, baik buku maupun belajar dari orang lain. Sedangkan yang saya maksudkan kecerdasan adalah sesuatu yang berasal dari bawaan alamiah. Dengan demikian saat ini yang dikenal orang sebagai AI berasal dari pikiran manusia juga.

Saat ini banyak orang mengerjakan tugas atau menuliskan sesuatu berdasarkan gambar atau membuat artikel kita meminta bantuan AI. Atau pun bertanya tentang sesuatu, memang tampaknya mempermudah atau mempersingkat waktu, tetapi tanpa sadar kita akan rugi dalam ganga panjang. 

Otak sebagai perangkat keras juga seperti organ tubuh kita. Dengan sema kin jarang digunakan sebagai akibat hanya menggunkan bantuan AI, otak kita akan mengkerut. Celakanya lagi, yang kita gunakan untuk berpikir saat ini saja masih pada ranah intelektual atau otak mamalia.

Semakin sering minta bantuan AI, otak mamalia pun semakin mengkerut. Kita bahkan melupakan berkah otak baru yang ada pada manusia, neocortex. Tanpa mengembangkan penggunaan otak baru ini, kita akan semakin rendah atau semakin jauh jadi manusia seutuhnya. Kita semakin menjauh dari kemanusiaan. Padahal nilai-nilai kemanusiaan berada pada banyak sedikitnya kita mengembangkan neocortex.

Hanya dengan semakin banyak kita memanfaatkan penggunaan neocortex, buddhi kita semakin berkembang. Pada penggunaan neocortex berarti kita memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih yang tepat bagi umum. Tepat berarti yang dibutuhkan manusia, bukan yang diinginkan manusia. 

Bisa dibayangkan ketika semakin sering menggunakan AI untuk menyelesaikan masalah kita, tidak beda kita dengan robot. Saat inipun bila kita hanya pintar dengan segala ilmu pengetahuan pinjaman dari buku atau yang kita peroleh dari orang lain, kita sesungguhnya sudah menjauh dari yang dituliskan para leluhur kita : 'Manurbhava', jadilah manusia seutuhnya yang berarti kita menggunakan neocortex dalam bertindak. 

Banyak orang pintar, tetapi semata untuk mencari uang, tetapi tidak bisa menggunakan uang yang diperolehnya secara tepat. Penggunaan uang secara tepat berarti uang tersebut untuk menggapai pengetahuan sejati, karena inilah tujuan utama kelahiran manusia. Yang terjadi adalah kita melupakan tujuan utama kelahiran saat ini. Kita mengabaikan bahwa keberadaan kita di dunia ini disebabkan karena kita menderita sakit tumor yang berupa perbuatan buruk kita di masa lalu, obsesi tentang kenyamanan dunia atau indrawi di masa lalu.

Semakin banyak uang sesungguhnya semakin jauh dari kebahagiaan sejati, padahal tujuan utama kelahiran adalah untuk menggapai kebahagiaan sejati. Untuk semakin menyadari kesejatian diri kita. Kita dianggap sukses bila Punya rumah super mewah, mobil keluaran terakhir paling canggih. Perlombaan seperti ini semakin jauh dari tujuan utama kelahiran.

Ah, marilah kita kembali ke masalah utama agar otak kita tidak semakin mengkerut. Banyak membaca buku yang bukan elektronik membuat kita bisa mengasah rasa atau sentuhan tangan dengan buku, mata bergerak ke atas atau bawah membuat bagian syaraf kita juga terasah. Demi perkembamgan intelegensi atau buddhi sebaiknya kurangi ketergantungan pada AI. Hindari keterlibwatan kita di media sosial yang sebenarnya amat sangat tidak membuat  menjauh dari nilai kemanusiaan. 

https://tekno.kompas.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun