Tidak satu pun kelahiran manusia ke dunia ini memiliki nasib buruk, hanyalah pikiran manusia yang berkeluh kesah akan nasibnya. Sesungguhnya bukanlah nasibnya yang buruk, semata mereka yang berkeluh kesah yang akan keberuntungannya dalam mendapatkan rejeki atau uang belum memahami tujuan utama kelahiran.
Pertama yang harus disadari adalah bahwa tidaklah mudah untuk lahir menjadi manusia di dunia ini. Saya percha mendengar dari Guru saya bahwa setiap orang selalu dikitari atau dikelilingi oleh roh sebanyak minimal 3. Dari pengertian ini, saya bisa bersyukur karena bisa lahir ke dunia.Â
Bila kita dikelilingi atau dikitari minimal 3 roh atau tubuh halus berarti untuk lahir kembali ke dunia peluangnya 30% atau 1 berbanding 3. Hanya dengan lahir kembali ke dunia, kita bisa melakukan perubahan atau transformasi diri. Mengapa?
Karena tanpa adanya tubuh kasar yang termasuk otak sebagai perangkat keras untuk melakukan transformasi dari intelektual menjadi intelegensia atau buddhi bisa diwujudkan. Intelektual adalah segala sesuatu kepintaran yang berkaitan dengan kebendaan, nafsu, keinginan serta nafsu yang semata berkaitan dengan nafsu. Bila kita saat kematian tiba, ranah pikiran masih pada intelektual berarti kita belum menjadi manusia seutuhnya. Karena kita hanya memikirkan diri sendiri. Padahal yang disebut manusia utuh adalah bila kita menggunakan neocortex atau buddhi sehingga bisa memikirkan kepentingan bersama.Â
Dengan pemahaman ini, yang pertama marilah kita bersyukur kepada Tuhan ataupun alam semesta yang telah memberikan kesempatan untuk lahir. Keberadaan tubuh kita juga merupakan tanggung jawab terhadap segala sesuatu sebab yang pernah kita perbuat. Dahulu ketika kita berada di dunia, tubuh kita yang merasakan kenyamanan, misalnya kita memukul atau menyakiti orang, nah pada kehidupan ini, kita mesti bertanggung jawab atas akibat perbuatan kita. Mengapa?
Ingatlan dalam satu kitab suci yang diturunkan di Timur Tengah menyebutkan : "Setiap anggota tubuhmu mesti bertanggung jawab atas perbuatannya" Menyimak dan menyadari akan ayat ini, berarti kita mesti siap untuk menerima balasan atas perbuatan kita. Da bila dalam kehidupan ini kita mengalami yang tidak meng-enakkan, kita mesti menerima dengan hati terbuka. Tentu saja tidak perlu berkelu kesah. Seba bila kita meyakini yang dituliskan oleh nabi, maka kita mesti dengan hati terbuka menerima akibat perbuatan kita di masa lalu.
Jadi sesungguhnya hidup ini sebagai laku untuk menerima akibat masa lalu serta sedana menciptakan sebab kebaikan agar kita mengalami nasib baik di masa datang. Bisa saja kita tidak percaya akan adanya hukum karma, namun kita tidak bisa lepas dari hukum sebab-akibat. Inilah hukum alam yang tidak bisa dinafikkan tau dihindari. Bukan kah setiap aksi pasti ada reaksi? Bia kita menghindarkan?
Kembali ke masalah astrologi perbintangan. Tidak lepas dari adanya konstelasi, waktu, hari lahir yang mempengaruhi kelahiran kita. Namun intinya bahwa kelahiran kita merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri. Nah, konstelasi, waktu dan hari lahir sangat terkait erat dengan perjalanan hidup kita.
Dengan demikian, apa pun Bintang tau Astrologi pada hari lahir mesti ada yang istimewa sebagai bekal kita kita melakoni kehidupan agar memperoleh uang atau harta untuk menapak kehidupan ini. saya meyakini bahwa  tidak mungkin aalam atau Tuhan tidak memberikan bekal kehidupan. Adalah suatu hal yang mustahil bahwa Tuhan tidak memberikan bekal sehingga kita menderita. Setiap orang memiliki jatah agar bisa melakoni kehidupan. Karena bila kita menderita, dipastikan akan membebani orang lain juga. Mengapa?
Karena Dia juga ada dalam diri kita, ya tidak mungkinlah Dia membuat tubuh kita menderita. Hanya kita mesti mengelola dengan baik sehingga bisa nyaman di dunia. Keyakinan ini mesti kita miliki, berbekal keyakinan ini, kita mengelola hidup ini.Â
Dengan bekal pemahaman akan kebijakanNya, kita mesti membuka diri terhadap segala secara terbuka. Inilah yang disebut bersikap positif. Penerimaan negativitas merupakan keterbukaan, baru kita bisa melakukan hal yang terbaik bagi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H