Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mungkinkah File Pikiran Dihapus Selamanya?

18 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 18 Agustus 2024   06:31 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran merupakan kumpulan memori segala peristiwa atau kejadian. Banyak orang masih membedakan alam di bawah sadar dan sadar atau permukaan. Segala kejadian, perbuatan, dan ucapan serta pikiran tidak bisa hilang di alam semesta. Bagi pikiran seseorang, alam pikirannya yang tidak ada batasnya menyimpan file pribadi dari pikiran, ucapan serta perbuatannya sendiri. 

Yang membedakan pikiran sadar dan alam bawah sadar terletak pada peristiwa atau perbuatan yang diinginkan dan tidak. Bila suatu kejadian atau peristiwa kita sengaja atau dilakukan atas kemauan sendiri, maka akan dianggap disimpan atas kemauan sendiri. Sedangkan segala hal yang tidak dilakukan dengan sadar tersimpan di ranah memori di alam bawah sadar. Pendek kata, sadar atau pun tidak, tidak ada yang hilang.

Saya percha melihat tayangan di sayar kaca tentang seorang ahli hipnotis yang saat itu cukup terkenal. Seseorang yang di bawah pengaruh hipnotis diminta menghitung jumlah tiang listrik yang dilewatinya, dan ternyata ia bisa menghitung dengan tepat. 

Berdasarkan keadaan atau situasi ini, telah terbukti bahwa ketika seseorang dihipnotis, ia bisa mengingat atau menarik memori yang disimpan tanpa sadar. Karena tidak ada seorang pun berpikir akan menghitung jumlah tiang listrik.Bagi saya ini merupakan bukti bahwa segala sesuatu terserap oleh tubuh kita. 

Peristiwa lainnya adalah kisah seorang teman. Ia seorang yang baik dalam ucapan serta perbuatan. Namun karena pergaulan di SMA, tanpa disadarinya ia senang berkumpul dengan teman yang sifatnya kurang baik, teman tersebut saat marah segala hewan berkaki 4 diumpatkan. 

Setelah berteman cukup lama, ternyata tanpa sadar teman saya ini saat dalam keadaan emosi juga melakukan umpatan yang sama. Ah, ternyata tubuh kita merekam hal-hal yang sesungguhnya bukan sifat dasar kita. Oleh karena itu, kita harus waspada dalam hal bergaul memilih teman.

Jadi pergaulan ini sangat berpotensi memenuhi memori kita. Yang jadi masalah kita adalah mungkinkan kita menghapus memori yang kurang baik sebagai akibat bergaul yang sama sekali tidak menunjang di masa tua atau masa kita sadar bahwa temperamen kita ternyata cukup tinggi. Indikasinya adalah sifat reaktif kita. Bila kita sangat reaktif menanggapi sesuatu berarti banyak sampah dalam diri/memori kita.

Dari seorang teman yang memang bidangnya mengenai informatika, ia bercerita bahwa jasa menghapus memori dalam komputer ada 3 (tiga). Yang paling murah adalah sejadar membuang ke tong sampah. File yang bagi orang awam seperti saya, sudah di buang, tetapi bagi seorang ahli, file dalam tong sampah bisa ditarik lagi dengan mudah. Menurut teman ini, yang paling mahal adalah jasa bang sampah file selamanya atau permanen. Butuh keahlian khusus, jasa ini paling mahal.

Tampaknya memori pada pikiran kita pun demikian. Sesuatu hal yang tampaknya sudah terlupakan, suatu ketika bila ada peristiwa, memori bisa tertarik tanpa sadar. Misalnya trauma kehilangan sesuatu. Bisa saja seseorang menangis dengan tiba-tiba. Kepedihan ini terpicu suatu peristiwa sejenis. 

Cara yang ke dua melalui latihan meditasi secara rutin. Emosi merupakan energi yang selalu berubah, energy in motion. Nah, energi ini bisa dihilangkan, namun juga masih bisa ditarik tanpa sengaja. Jadi harus hati-hati juga.

Cara ke tiga adalah pertemuan dengan seorang Guru Sejati. Ini cara jitu untuk menghapus secara permanen. Biayanya sangat mahal, karena kita mesti melakukan transformasi total, dari intelektual menjadi intelegensi atau buddhi. Dibutuhkan penyerahan diri secara total, atau ego yang berkaitan dengan intelektual mesti dipancung, sehingga yang tertinggal hanyalah integensi. Dengan kata lain segala pikiran, ucapan serta perbuatan demi sesuatu yang tidak lagi terkait dengan diri sendiri. Mahal sekali bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun