Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Betulkah Kita Sadar Kehadiran Tuhan di Sini/Dunia?

12 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 12 Agustus 2024   06:55 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya sama sekali kita tidak percaya. Karena bila kita mempercayai keberadaan Tuhan, Dia tidak di tempat lain. Dia juga ada di sini saat ini. Keberadaan kita bagaikan sinar matahari, tanpa ada matahari dengan sendirinya tidak ada sinarnya juga. Adalah keniscayaan bahwa tanpa keberadaan matahari, sinarnya bisa eksis.

Bila kita meyakini bahwa Tuhan berada di sini dan sekitar kita, maka kita pasti mewujudkan surgaNya di sini dan saat ini. Mungkin atau memang sudah keniscayaan bahwa surgaNya ada di dunia ini. Hanya ulah serta perbuatan kita sendiri yang mengakibatkan penderitaan. 

Penderitaan terjadi karena kita tidak bersyukur. Atau memang tidak mau/menutup mata terhadap segala hal yang team disediakan oleh Dia. Kita tidak belajar dari burung atau bunga.

Mereka senantiasa bersyukur dengan cara atau bahasa bunga. Sang bunga mekar dengan indahnya, Inilah bahasa bunga saat mensyukuri kehadirannya di bumi. Demikian pulan burung berkicau dengan indah sebagai ungkapan syukur. Bagaimana kita menciptakan surga?

Yaitu dengan cara berkesadaran Jiwa, kita tidak perlu menunggu mati untuk maguk surga. Dengan kesadaran Jiwa, kita dapat mengubah  hidup kita menjadi surgawi, dalam pengertian penuh kenikmatan jiwani yang adalah esensi surga. Dengan berkesadaran Jiwa, Anda bisa hidup dalam surga, sekarang dan saat ini.

 Neraka terwujud karena perbuatan kita, ya ketika kita masih berada di ranah pikiran tanpa sadar kita hidup di neraka. Amat mudah memahaminya, adanya keinginan yang tidak terpenuhi membuat kita hidup menderita. Atau banyak konsumsi makanan yang tidak membuat tubuh kita sehat, akhirnya kita menderita penyakit. 

Maka jadilah neraka, semuanya sebagai akibat tidak bersyukur. Ketika kita bisa senantiasa bersyukur, maka terciptalah hormon yang membuat tubuh kita jadi sehat. Penyakit terjadi sebagai akibat kesehatan mental kita terganggu. Rasa irihati, kemarahan serta letupan emosi berdampak buruk terhadap tubuh kita. Segala penyakit terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan mental.

Dengan senantiasa bersyukur, mental kita jadi sehat. Hampir tidak ada alasan untuk tidak bersyukur. Dari hal paling sederhana, masih bisa bernapas dengan baik saja kita bisa bersyukur. Bayangkan bila mesti beli tabung oksigen reparti pada saat covid, tabung oksigen saja mesti rebutan, beli lagi. 

Bukan kah dalam salah satu kitab dituliskan : "Nikmat apalagi yang kau ingkari?" Selalu merasa kekurangan sangat membuka peluang menjadi hidup bagaikan di neraka. Demikian pula keserakahan karena selalu merasa kekurangan.

Jangan terlalu jauh berharap dapat lotre atau uang berlimpah baru bersyukur. Jangan lupa dengan uang berlimpah, kita bisa semakin terjebak dalam kenikmatan ragawi. Eh bukan surga yang kita rasakan, tetapi bisa jadi penderitaan alias neraka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun