Going London Looking Tokyo, demikianlah keadaan kita ketika berada di tempat ibadah. Tampaknya berdoa, namun hanyalah tubuhnya. Pikirannya melayang ke tempat lain, siapa yang tahu? Inilah keadaan pikiran kita secara umum. Kemunafikan ini tidak beda dengan cerita si Hola di bawah ini.....
Suatu ketika Hola yang tinggal menetap  di negara Fulan. Peraturan yang diwajibkan di negara tersebut adalah setiap hari Selasa mesti libur, semua orang harus pergi ke tempat ibadah berdoa atau sembahyang. Karena mayoritasnya memiliki keyakinan atau kepercayaan sama, pada hari Selasa begitu damai dan sepi. Hampir semuanya pergi ke tempat ibadah.
Namun demikian, ada pengecualian bagi seorang pengusaha bar. Karena ia memiliki hubungan khusus dengan salah seorang pejabat, ia memiliki previlage untuk tetap jualan minuman di barnya. Maklum, si pengusaha memiliki kepercayaan yang beda dengan kepercayaan mayoritas.
Suatu ketika pada hari Selasa, para petugas wajib melakukan pemeriksaan secara ketat untuk memastikan bahwa semua orang berada di tempat ibadah. Saat melakukan SIDAK, ditemukan mobil Hola parkir di bar. Demi untuk menertibkan aturan, si Hola ditangkap oleh para petugas kedisiplinan. Karena cukup kenal baik, maka si Hola hanya diberi peringatan pertama, namun dengan catatan bahwa Selasa berikutnya sudah tidak melanggar peraturan. Hola pun menyanggupi.
Pada hari Selasa berikutnya, para petugas tidak lagi melihat mobil Hola parkir di bar, mereka pun sangat tenang dan senang  dengan kepatuhan Hola dengan peraturan negara.Â
Pada esok harinya, Salah Satu petugas bertemu dengan Hola, mereka menyalami Hola dan mengatakan bahwa si Hola sangat patuh dan disiplin memenuhi peraturan. Si petugas berkata, saya melihat mobilmu parkir di tempat ibadah, tentu kau pun berada di dalam tempat ibadah, 'kan? Namun apa kata Hola?
Hola berkata, saya tetap minum di bar, mobil saya memang diparkir di lokasi parkir tenpat ibadah. Bukankah itu keinginan bapak petugas sekalian?
Hola sangat memahami bahwa sesungguhnya walaupun banyak orang yang hadir di tempat ibadah, namun pikiran mereka kebanyakan tidak berada di tempat yang sama.
Demikianlah tubuh kita bagaikan mobilnya Hola yang berada atau parkir di tempat ibadah, tetapi pikirannya melayang di bar atau mal.
Tepat sekali, tubuh kita adalah kendaraan bagi pikiran/perasaan, atau lebih tepatnya bagi sang Jiwa individu untuk mengalami dan merasakan kehidupan.
Dengan mudah kita membohongi orang lain dengan cara memarkir tubuh di tempat suci, tetapi pikiran melayang ke dunia lain. Sangat sedikit yang tubuh serta pikiran berada di tempat sama. Kemunafikan berjamaah...........
Tidak salah juga, setiap orang memiliki kebebasan sesuai dengan yang diyakininya. Bila dengan cara tersebut, kita nyaman, maka itulah pilihan kita........
Lantas bagaimana indikasinya?
Belajarlah bertanggung jawab atau perilaku kita, jangan suka mengkambinghitamkan orang lain.....
https://id.wikipedia.org/wiki/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H