Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rasa Damai dan Tenang Sebagai Output

8 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 8 Juli 2024   06:56 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.istockphoto.com/

Sebelum kita membahas tentang hasil akhir atau output terlebih dahulu kita mesti mengetahui apakah hidup? Atau terdiri dari apa sajakah hidup?

Hidup yang kita alami saat ini terdiri dari pengalaman + pengalaman; pengalaman = Perbuatan + Perbuatan; Perbuatan = Pikiran + Pikiran.

Dari bila mau mendapatkan Output  hidup damai dan tenang, maka kita mesti mengolah input  kita dengan baik. Di antara input dan output  adalah proses. Setiap orang mempunyai hak agar bisa hidup damai dan tenang. Karena setiap orang memiliki input yang sama.

Sebagaimana saya pahami dari buku Soul Awareness by Anand Krishna,  ada 3 (tiga) input yang dipastikan setiap orang lahir memilikinya: Napas, Waktu, dan Pikiran. Berdasarkan hasil akhir yang kita semua inginkan, pikiran adalah penyebab awal dari pengalaman. Bagaimana caranya agar pikiran bisa terkendali?

Dari modal awal yang manusia miliki, antara napas dan pikiran mempunyai Korelasi yang sangat erat. Antara napas dan pikiran bagaikan pangkal dan ujung suatu tongkat. Bila kita bisa memegang salah satu ujung, maka ujung lainnya kita juga dapatkan. 

Untuk mengendalikan pikiran sangatlah sulit. Kita semuanya tahu bahwa pikiran kita sangatlah liar. Jadi bila ada latihan meditasi yang mengajak agar bisa mengosongkan pikiran, sangat tidak mungkin. Pikiran kita sangatlah liar, dan lagi tidak seorang pun bisa mengosongkan pikiran.Misalnya, kita diminta oleh instruktur untuk tidak memikirkan monyet warna kuning, jangankan tidak memikirkan monyet warna kuning, yang ada semakin kuat kita memikirkan seekor monyet warna kuning.

Adalah sifat pikiran kita, semakin dilarang akan bereaksi jadi semakin kuat. Semakin dilarang justru semakin kita ingin tahu.

Jadi yang bisa kita lakukan adalah memegang atau mengendalikan ujung tongkat lain, napas. Bila ingin bukti, saat kita marah atau cemas, pikiran kita kacau. Pada saat yang sama, napas kita pendek atau terengah-engah. Hanya sampai dada. Bila keadaan seperti ini, tarik napas dalam beberla kali, maka kita menjadi tenang. Inilah bukti korelasi antara napas dan pikiran.

Ada suatu rumusan dari hasil penelitian : 1 (satu) kali tarikan napas; 3 (tiga) kali detak/pulsa jantung, 9 (sembilan) denyut otak. Berdasarkan rumusan ini, tarik napas dalam secara perlahan sampai perut, maka pikiran kita dengan sendirinya juga memelan.

Tentang modal ke dua : Waktu. Untuk mendapatkan output pengalaman hidup damai, kita mesti bisa mengintensifkan pemanfaatan waktu seefisien mungkin. Pilihlah waktu latihan yang tepat. Pagi antara jam 04.00-07.00 waktu setempat; siang jam 12.00, dan sore jam 18.00-20.00. Dari pengematan para resi jaman dahulu, ketiga waktu tersebut merupakan waktu paling tepat untuk latihan meditasi dengan pola memperhatikan atau mengolah napas. Berdasarkan pengalaman saya, memang demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun