Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Stres? Makanya Dunia Ada

6 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 6 Juli 2024   06:53 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://ekonomi.bisnis.com/

Jangan serius-serius amat, Tuhan pun bercanda. Tanpa canda Tuhan, dunia tidak tercipta. Bisa jadi Dia juga senang bercanda, bahkan mungkin stres. Tidak percaya? 

Bukan kah kita semua di daam Dia? Bagaimana mungkin saya tahu, hanya asumsi. Saya juga ga tahu, namun banyak orang serius, yang lucu ada yang bisa membela Tuhan, ketika ada yang mengatakan bahwa dunia serta alam raya terjadi saat Tuhan stres. Bagaimana tidak?

Bayangkan bisa kita tidak punya seorang pun yang  bisa diajak ozon atau ditonton, kesepian kan? Demikian pula Tuhan. Bila ada yang tidak suka tentang cerita ini, mungkin saja orang tersebut pernah bertemu Tuhan. Asyik... berarti orang tersebut sejajar dengan Tuhan, sama saja ketika saya bisa membela seorang teman, karena saya merasa lebih kuat, maka saya bisa membela.

Bukan kah karena adanya stres, maka tercipta atau orang mampu membuat rumah. Banyak cerita bahwa orang zaman dulu hidup di goa. Kemudian stres ingin lebih byaman, mereka membuat rumah, dari yang sangat sederhana sampai bagus sebagaimana kita tempati saat ini.

Namun, jangan abaikan stres. Bila kita tidak segera gunakan energi yang tercipta, kita bisa tenggelam daam stres yang kebabalasan. Kita bisa dibunuhnya. Bila kita memahami hal ini, menarik sekali untuk merunutnya. Saat kita stres karena sesuatu, timbul energi. Tanpa adanya keinginan, kemudian realitanya tidak membuat kita nyaman, kita memiliki energi untuk berkarya.

Bil tidak ada friksi antara keinginan dan keadaan yang membuat kita tidak nyaman, tilak ada gesekan sehingga tidak ada energi atau api.  Tanpa adanya energi dalam bentuk stres, tiada sesuatu tercipta.


Lha iyalah. Bukankah Tuhan lebih dekat dari urat leher??? Jika demikian, tidak ada keterpisahan Tuhan dan manusia. So ????? Tuhan yang sedang ingin menikmati pertunjukan panggung sandiwara dengan berbagai peran dari  manusia sebagai ciptaan Nya kemudian menciptakan dunia dan pernak perniknya. Manusia yang juga arena bermain bagi Tuhan membuat ini dan itu karena stres.

Yang sebenarnya kita sadari adalah bahwa para suci dan para nabi juga stres. Tetapi stres mereka beda dengan kita pada umumnya. Jika kita orang awam, stres karena masalah dunia. Lain halnya para suci dan nabi. Mereka stres karena gelisah atau galau melihat manusia seperti kita koq tetap jalan di tempat dengan mempertahankan ketidakpedulian tentang jati diri kita.

Tuhan stres, maka terciptalah dunia...

Tanpa Tuhan stres, dunia tidak tercipta...

Bukankah banyak persoalan diciptakan oleh manusia dalam rangka mengupayakan dunia tetap eksis??? Adanya orang serakah ingin mobil baru. Ingin hape baru. Ingin sofa baru. Ingin rumah baru dan lain sebagainya menjadikan dunia tetap eksis. Semuanya ingin kenyamanan bagi tubuhnya, adanya indra perasa pada kulit memndorong manusia ingin kenyamanan lebih dari yang sudah ada.

Bayangkan jika manusia semua sadar akan jati dirinya, dunia aman dan damai. Semua orang bertapa dan duduk diam berdzikir dan meditasi. Akibatnya??? Dunia mati. Lha Tuhan bagaimana??? Sepi tokonya...

Semua lucu dan aneh...

Lho koq?????!!!!!

Tergantung kita masing-masing......

Jika mau tenteram dan bahagia, ya mari kita melakukan perjalanan ke dalam diri... #InnerJourney....

Yang lainnya???

Ya, silakan urus idiri masing-masing. Toh mereka juga sedang menjalankan peran sebagai Tuhan yang ingin mengalami sebagai perusak bumi atau yang masih ingin cari kesenangan duniawi, ingatlah bahwa kita semua berada daam kolam energi milik-Nya

Ahhh..... dunia indah pada saat nya, tergantung dari cara pandang setiap insan.

https://ekonomi.bisnis.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun