Saya sangat yakin bahwa para pembaca menjawab bahwa irihati tidak akan membuat kita bahagia. Namun aneh bin ajaib, banyak di antara kita tetap terseret terbawa daam kehidupan sehari-hari.Â
Irihati adalah penyakit manusia yang sulit terbendung, walaupun disadari bahwa dengan mengirikan keadaan orang lain dapat dipastikan membawa penderitaan. Dengan selalu melihat orang lain membuat kita tidak fokus untuk melakukan perjalanan ke dalam diri. Kita menciptakan bencana penderitaan pada diri sendiri.
Kita perlu memahami bahwa setiap orang lahir telah membawa rejeki masing-masing. Ini tidak mengherankan, karena kelahiran kita saat ini sebagai akibat dari sebab yang telah kita ciptakan pada masa lalu. Inilah sebabnya setiap orang memiliki keberuntungannya sendiri. Berdasarkan hal ini, saya semakin sadar bahwa betapa meruginya kita bila masih saja terbawa nafsu atas peruntungan atau rejeki yang diperoleh oleh orang lain.
Sekadar berbagi pengalaman. Dalam kehidupan saya, ternyata banyak hal yang bisa disyukuri, salah satunya mendapatkan pasangan hidup yang tidak banyak tuntutan. Karena saya dengar banyak cerita dari beberapa sumber bahwa pasangan hidupnya minta ini dan itu karena melihat tetangga atau temannya bisa membeli barang mahal. Karena penghasilan yang tidak memadai, dengan terpaksa melakukan tindakan yang tidak terpuji yang bahkan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Selain itu, saya berdua tidak pernah berlebihan belanja di awal bulan. Karena banyak pasangan lainnya di awal bulan menghamburkan uang gajinya. Dan di akhir bulan bingung untuk cari tambahan. Bukankah pasangan yang kita peroleh juga sebagai akibat dari sebab masa lalu?
Kembali pada masalah irihati atau jealousy yang bisa membuat kita menderita tanpa hasil. Karena itu, dengan memahami bahwa rejeki atau perolehan kita di saat ini sebagai akibat ulah kita sendiri di masa lalu, bagaimana mungkin kita irihati atau dengki melihat teman atau tetangga?
Dengan kesadaran bahwa setiap sangat mustahil mendapatkan hal sama, kita bisa senantiasa bersyukur terhadap segala suatu yang kita terima saat ini. Lantas bagaimana kita bisa mendapatkan berkah di masa akan datang?
Ya mari kita membuat sebab yang baik di saat ini. Dan hukumnya sangat jelas : "Perlakukan orang/sesama makhluk lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan" Laku kita yang menentukan, bukan karena doa. Kesalahan doa kita terletak pada permintaan, semestinya ungkapan rasa syukur terhasap segala sesuatu yang telah diterima. Mengapa?
Karena dengan selalu minta ini dan itu sesungguhnya kita telah menghina atau merendahkan segala anugerahNya. Kita lupa bahwa ketika kita bersyukur, maka rejeki yang lain akan datang. Inilah hukum tarik menarik. Bersyukur menarik yang baik juga datang. Bila kita meminta terus sama saja kita afirmasi kemiskinan, maka yang datangpun yang mengakibatkan penderitaan.
Bersyukur bukan hanya menerima uang atau harta benda, kita mesti ingat bahwa uang atau harta lainnya bisa berdampak hilangnya atau teralihkan pikiran kita kepada Tuhan. Sudah banyak contohnya di sekitar kita, semakin banyak uang membuat kita terdistraksi kenyamanan indrawi kita. Kita jadi budak nafsu kita. So, berhati-hatilah meminta demi kesejahteraan dan kejelamatan Jiwa kita sendiri.  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H