Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Friksi dan Konflik Membuat Dunia Eksis

25 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 25 Juni 2024   06:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Friksi atau konflik memang diminati oleh manusia yang ingin tetap memelihara arogansi diri. Bukankah ini yang membuat dunia tetap eksis? Keberadaan arogansi dan merasa aling benar merupakan hiasan dunia agar tegtap eksis, perhatikan saja emosi setiap orang yang selalu menunjuk orang lain salah dan anggap dirinya paling benar dan berkuasa. 

Tanpa sadar bahwa ketika ia masih saja menganggap paling benar sesungguhnya posisinya berada paling buruk. Namun bukankah banyak orang yang senang keadaan dirinya seperti ini?  Perhatikan saja sosmed, pada saat ise seperrti ini yang ditebar, banyak pendukungnya. Inilah energi  tarik menarik. Saat banyak pendukung berarti keadaan yang mendukung juga tidak baik-baik saja. 

Tanpa disadar bahwa mereka sedang menuju menuju jurang kematian. Kematian bagi Sang Jiwa. Kuasa keinginan untuk berkuasa telah begitu merasuk tanpa kendali ke dalam pikiran serta perasaannya. Tapi itu juga pilihan. Ia masih saja menganggap bahwa Tuhan bisa dia atur agar menjadi pesuruhnya yang mendukung tindakan yang bertentangan dengan hukum alam; keselarasan denganan semesta.


Itu semua gejolak kehidupan. Sama sekali lupa bahwa kita semua berada di dalam Tuhan yang meliputi segalanya. Dan bila kita meyakini bahwa kita semua makhluk berada di daam Dia, semestinya sadar bahwa surga juga berada di sini, bukan di alam lain. Alam setelah kematian tubuh yang kita anggap beda. Benarkah beda alam?

Bagaimana mungkin?

Bila Dia Hyang Maha Hidup dan Meliputi alam semesta, berarti juga ada di bumi ini, kan? Inilah pemahaman saya, bisa juga ada yang memilki cara pandang lain. Yang membedakan bahwa ada alam di luar Tuhan. Bila cara pandang ini, maka dunia tetap tidak akan ada kedamaian. 

Saat tubuh mati, roh pergi meninggalkan tubuh. Roh merupakan pikiran serta perasaan. Hanya itu. Sang Jiwa individu percikan Hyang Maha Agung terjebak di alam pikiran dan perasaan/roh. Tanpa ada energi Sang Jiwa Individu, si roh tidak akan eksis. Lucu juga permainan Hyang Maha Agung. Padahal sesungguhnya, tidak ada keterpisahan. Semata hanya pikiran yang membuat pembatas/hijab.

Dengan pemahaman ini, maka kita memahami bahwa alam semesta ini berlapis-lapis frekuensinya. Dan semuanya adalah materi. Yang bukan materi adalah yang abadi. Materi akan berakhir, karena ada awal dan akhir waktu pembentukannya.. Sementara yang abadi adal yang tidak pernah lahir dan mati. 

Dan materi dipengaruhi oleh kedudukan bumi yangsenantiasa  berubah. Perubahan ini menunjukkan konstelasi kedudukan yang berbeda. Dan ini mempengaruhi perubahan medan magnit dan energi sekitarnya. Peruntungan dan kerugian seseorang sangat dipengaruhi oleh medan energi sekitarnya. Inilah hukum law of attraction. Hukum ini adalah salah satu dari banyak hukum di semesta.

Masih ada lagi hukum karma. Hukum sebab-akibat. Suatu hukum alam yang juga tidak terbantahkan. Masih ada lagi hukum berlandaskan kasih. Suatu hukum ilahiah yang senantiasa berbagi. Hukum ini mengajak manusia untuk berbagi dengan sesama. Untuk melakoni hukum ini, seseorang mesti memiliki yang selaras dengan alam semesta. Sifat kasih terhadap semua makhluk tanpa memandang perbedaan yang ada di permukaan, tetapi melihat kesatuan di baliknya.

Bila kita mau membuka diri, keceriaan adalah sesuatu suasana hati yang sudah ada dalam diri setiap insan. Yang diperlukan hanya menyadari akan adanya keceriaan itu. Dan modalnya tidak mahal. Hanya duduk diam dan mengamati jalannya pikiran. Sadarilah bahwa pikiran ini eksis atas dasar perbedaan. Hidup atas bajan bakar konflik atau priksi. Ingatlah, priksi atau gesekanlah yang membuat ada api. Tanpa ada friksi tidak ada api. Cara pandang yang tidak lebih dalam lagi memaknai bahwa kita semua disatukan oleh energi kehidupan; Hyang Maha Hidup. Inilah perjalanan ke dalam diri.

Perjalanan ke dalam diri akan menghasilkan keceriaan dan kesadaran bahwa segala sesuatu yang di luar diri bersifat tidak abadi dan senantiasa berubah. Sementara suasana hati tidak bisa berubah. Hati yang sudah memahami bahwa hukum kekekalan adalah perubahan itu sendiri. Ia akan melihat segala sesuatu perubahan sebagi keindahan.

Namun demikian, tanpa adanya perubahan, tiada keindahan di dunia. Warna pelangi tidak menjadi indah bila hanya berwarna hitam putih. Bertetangga dengan yang berlainan keyakinan terasa indah jika kita bisa mengapresiasi terhadap keyakinan atau kepercayaan tetangga. Satu kepercayaan yang mayoritas mengajarkan rahmat bagi sekalian alam. Semestinya juga mampu memberikan apresiasi pada kepercayaan lain.

Sifat manusia yang tidak merasa puas bisa membawa manfaat sekaligus mudharat. Inilah warna kehidupan. Dua sisi mata uang yang menjadi sempurna jika eksisi bersamaan. Tiada rasa bahagia tanpa merasakan rasa kepedihan. Tiada sehat tanpa merasakan rasa sakit........

Dunia tetap berputar. Hanya manusia yang membatasi tahun baru dan tahun lama. Tahun baru tanpa makna jika kita tidak bisa me-apreisasi tahun lama. Penyakit manusia masih tetap sama. Keserakahan dan tidak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan....

https://lampung.tribunnews.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun