Memang ada yang bisa menyembah Tuhan?
Semakin menua umur semakin saya bingung. Karena semakin direnungkan semakin tambah bingung dengan istilah menyembah Tuhan. Bila kita kaitkan dengan pemahaman umum, menyembah berarti kita menundukkan kepala terhadap Tuhan. Bila ini pemahamannya, berarti ada dua individu. Yang menyembah dan disembah. Dengan demikian kedudukan mereka berdua sejajar. Masuk akal kah?
Tidak beda bila kita menuduh seseorang menyembah patung, kita menganggap seseorang menyembah berhala. Ada patung dan yang melakukannya penyembahan.Â
Namun bila kita sebutkan menyembah adalat bentuk sebagai upaya mencintai Tuhan atau memuja Tuhan, maka mereka yang tuduh melakukannya penyembahan berhala juga ungkapan rasa cinta terhadap sosok yang memiliki kemuliaan sifatnya. Mereka tidak meminta sesuatu. Oh ya, bisakah kita meminta tanpa upaya?
Segala sesuatu tidak dapat terwujud dengan sendirinya. Kita mesti berupaya sendiri. Tidak ada sesuatu dari keinginan kita mendadak ada. Bisa jadi bahwa mereka yang kita anggap penyembah berhala juga mendapatkan inspirasi atau berkaca tentang sifat mulia yang disimbolkan pada patung tersebut. Bila demikian, mereka akan menerapkan sifat yang dianggap mulia dalam kesehariannya.
Bagaimana mungkin menyembah (dengan pemahaman bahwa ada dua individu) Tuhan?
Ketika saya berdiri di luar gereja, masjid, kuil, atau Ka'bah atau bangunan tempat pemujaan lainnya, sangat mudah menundukkan kepala atau bersujud. Namun, ketika kita berada di dalamnya??? Mungkin kah kita menyembah??? Apakah seperti ini yang sering disebutkan oleh orang banyak dengan menyembah Tuhan? Atau sekedar menundukkan kepala pada patung disebut menyembah?
Mungkinkah dengan melihat patung dari suatu sosok bisa membuat kita menjadi penyembah berhala. Mungkin banyak orang setupu, bukankah setiap orang diperbolehkan memberikan penafsiran, selama tidak memaksakan kehendak terhadap orang lai. Pemaksaan kehendak merupakan tindakan kekerasan.
Pemahan saya, ini pemahaman saya lho, sangat mungkin beda dengan orang lain. Bukankah tidak salah? Karena kebenaran memiliki banyak sisi, tergantung tingkat kesadaran saat itu. Ibarat seseorang yang berada di lantai 3 dan lantai dasar. Dia yang berada di lantai 3 bisa melihat yang tidak bisa dilihat yang ada di lantai dasar. Tidak bisa yang di lantai 3 memaksa yang ada di lantai dasar memiliki yang bisa dilihatnya.
Saat kita sibuk menuduh orang lain sebagai penyembah berhala, kita lupa mengurusi diri sendiri. Seluruh perhatian kita berada di luar diri. Mengapa kita begitu sibuk memikirkan orang lain?
Mengapa tidak sibuk memikirkan perjalanan diri? Sehingga tanpa sadar kita lupa bahwa begitu banyak sampah/kotoran daam pikiran kita.