Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyembah Tuhan?

23 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 23 Juni 2024   06:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://x.com/Hujandisenja/

Memang ada yang bisa menyembah Tuhan?

Semakin menua umur semakin saya bingung. Karena semakin direnungkan semakin tambah bingung dengan istilah menyembah Tuhan. Bila kita kaitkan dengan pemahaman umum, menyembah berarti kita menundukkan kepala terhadap Tuhan. Bila ini pemahamannya, berarti ada dua individu. Yang menyembah dan disembah. Dengan demikian kedudukan mereka berdua sejajar. Masuk akal kah?

Tidak beda bila kita menuduh seseorang menyembah patung, kita menganggap seseorang menyembah berhala. Ada patung dan yang melakukannya penyembahan. 

Namun bila kita sebutkan menyembah adalat bentuk sebagai upaya mencintai Tuhan atau memuja Tuhan, maka mereka yang tuduh melakukannya penyembahan berhala juga ungkapan rasa cinta terhadap sosok yang memiliki kemuliaan sifatnya. Mereka tidak meminta sesuatu. Oh ya, bisakah kita meminta tanpa upaya?

Segala sesuatu tidak dapat terwujud dengan sendirinya. Kita mesti berupaya sendiri. Tidak ada sesuatu dari keinginan kita mendadak ada. Bisa jadi bahwa mereka yang kita anggap penyembah berhala juga mendapatkan inspirasi atau berkaca tentang sifat mulia yang disimbolkan pada patung tersebut. Bila demikian, mereka akan menerapkan sifat yang dianggap mulia dalam kesehariannya.

Bagaimana mungkin menyembah (dengan pemahaman bahwa ada dua individu) Tuhan?

Ketika saya berdiri di luar gereja, masjid, kuil, atau Ka'bah atau bangunan tempat pemujaan lainnya, sangat mudah menundukkan kepala atau bersujud. Namun, ketika kita berada di dalamnya??? Mungkin kah kita menyembah??? Apakah seperti ini yang sering disebutkan oleh orang banyak dengan menyembah Tuhan? Atau sekedar menundukkan kepala pada patung disebut menyembah?

Mungkinkah dengan melihat patung dari suatu sosok bisa membuat kita menjadi penyembah berhala. Mungkin banyak orang setupu, bukankah setiap orang diperbolehkan memberikan penafsiran, selama tidak memaksakan kehendak terhadap orang lai. Pemaksaan kehendak merupakan tindakan kekerasan.

Pemahan saya, ini pemahaman saya lho, sangat mungkin beda dengan orang lain. Bukankah tidak salah? Karena kebenaran memiliki banyak sisi, tergantung tingkat kesadaran saat itu. Ibarat seseorang yang berada di lantai 3 dan lantai dasar. Dia yang berada di lantai 3 bisa melihat yang tidak bisa dilihat yang ada di lantai dasar. Tidak bisa yang di lantai 3 memaksa yang ada di lantai dasar memiliki yang bisa dilihatnya.

Saat kita sibuk menuduh orang lain sebagai penyembah berhala, kita lupa mengurusi diri sendiri. Seluruh perhatian kita berada di luar diri. Mengapa kita begitu sibuk memikirkan orang lain?

Mengapa tidak sibuk memikirkan perjalanan diri? Sehingga tanpa sadar kita lupa bahwa begitu banyak sampah/kotoran daam pikiran kita.

Kembali tentang istilah MENYEMBAH TUHAN.

Tuhan meliputi semesta. Bumi jauh lebih kecil dari planet Saturnus atau matahari. Di alam jagat raya masih banyak galaksi lain. Masih sangat buanyak tak terhitung planet yang lebih besar dari bumi. Dia Hyang Mahameliputi. Mari kita ingat bahwa Dia yang Maha Agung serta meliputi segalanya hanya bisa bersinggasana dalam hati yang juga tidak bisa diukur keluasannya.

Saat kita berada sekarang, kita di dalam udara. Udara di luar dan dalam tubuh kita. Mungkinkah kita menyembah Tuhan secara fisik. Jelas tidak. Paling kita merasakan udara di sekitar kita.

Tuhan???

Apa itu???

Tidak seorang pun tahu. Jika dia dapat dideteksi, apa dan bagaimana, bila satu pun bisa memberikan definisi tentang Tuhan, maka dia bukan Tuhan.

Lantas apa yang dimaksud dengan menyembah dan mencintai Tuhan???

Suatu ketika, saya diberi oleh ayah saya mainan. Saya mau menyayangi dan merawat mainan tersebut karena rasa cinta pada ayah saya. Bentuk kehormatan yang saya bisa berikan atas perhatianya terhadap saya. Karena bila ayah tidak ada, itulah cara saya rasa kahisnya terhadap saya. Hal ini mengingatkan saya pada ayah.

Bukankah cara ini bisa saya implementasikan juga ketika saya mencintai Tuhan?

Bukankah benda disekeliling kita, tanpa kecuali adalah ciptaan Tuhan. Mungkin ada yang menjawab, apakah hape, buku, mobil dan benda yang dibuat oleh manusia ciptaan juga??? Ya segala sesuatu berada di dalam Dia Hyang Mahameliputi.

Lha, tanpa eksistensi Tuhan yang maha ga jelas dalam diri setiap orang, mungkinkah benda-benda tersebut terwujud???

Tuhan merupakan energi yang eksis dalam setiap benda. Bentuknya??? Maha tidak jelas.

So, cara menyembah atau mencintai Tuhan adalah melalui menghargai, menyayangi, dan merawat semua benda yang diciptakan oleh Tuhan.

Sadar akan hubungan manusia dengan lingkungannya. Bila ini yang bisa dilakukan, Bagaimana mungkin kita menuduh orang lain sebagai penyembah berhala. Bukankah yang membuat berhala juga Dia juga? Karena tidak satupun bisa terbentuak di luar kehendak-Nya. Juga tidak satu pun benda bisa hidup di luar Tuhan???

Jangan biarkan saya bingung sendiri. Mari kita bingung bareng!!!!!!

https://x.com/Hujandisenja/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun