Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Terlalu Melihat ke Luar Diri Bisa Lupakan Tujuan

6 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 6 Juni 2024   06:43 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://pixabay.com/illustrations/cause

Yang saya sangat yakini adalah bahwa pesan dari semua utusan-Nya adalah satu dan sama, memberitahu berita gembira bahwa dalam diri setiap orang juga bersemayam singgasana Dia. Hanya dalam hatilah Dia yang maha besar bisa bersinggasana. Mengapa demikian?

Ada pepatah : "Dalam lautan bisa diukur, dalam hati atau pikiran kita tidak satu pun bisa mengukur"

Hanya di tempat yang tidak terukur, Dia bisa bersinggasana. Bila kita meyakini bahwa dałam diri setiap makhluk Dia bersinggasana, mengapa kita begitu picik untuk melarang atau bahwa sampai memberikan ancaman terhadap ucapan yang bisa menghargai atau meng-apresiasi kepercayaan lain?

Bila kita mampu atau bisa me-apresiasi kepercayaan lain, sesungguhnya kita me-apresiasi keberagaman. Dengan cara ini, kita juga menghormati atau me-apresiasi kehadiran Dia dalam diri setiap orang. 

Segala sesuatu di luar diri tidak perlu diperhatikan. Mengapa?

Karena setiap orang lahir di bumi ada alasannya. Ingatlah hukum alam yang mendasari keberadaan atau keberlangsungan bumi ini; HUKUM SEBAB-AKIBAT. Jadi setiap orang lahir karena alasan tertentu. Sehingga adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui penyebab atau alsan mengapa kita lahir.

Dengan kita selalu memperhatikan hal di luar diri yang sesungguhnya amat sederhana atau remeh, tanpa sadar kita abai untuk menelusuri sebab-sebab kelahiran kita. Kita membuang energi mengikuti kata orang, kita tidak memiliki energi lagi untuk masuk ke dalam diri.

Sumber gambar: https://pixabay.com/illustrations/cause
Sumber gambar: https://pixabay.com/illustrations/cause

Bila ada rekan pembaca memiliki pendapat lain, itu juga suatu kebebasan sendiri. Yang saya tuliskan adalah pendapat pribadi saya. Silakan diuji, baru bila dianggap sesuai, silakan dilakoni. Para Suci pun hanya sekadar menyampaikan berita baik. Sama sekali tidak memaksakan pendapat sendiri.  Hanya kebodohan kita sendiri bila kita memaksakan pendapat kita terhadap orang lain. Suatu perbuatan kekerasan yang dalam kepercayaan mana pun tidak diajarkan.  

//pixabay.com/illustrations/cause

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun