Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Trauma Masa Lalu Mesti Dihapus, Hidup Pun Lebih Bahagia

18 Mei 2024   06:30 Diperbarui: 18 Mei 2024   06:31 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah sebagai bukti, betapa berbahayanya trauma masa kecil :

'Ketika saya berkunjung ke rumah seorang teman, ia bercerita bahwa saat ini ia terpaksa mengganti namanya. Karena baginya, nama yang diberikan orangtuanya bermakna sangat memedihkan. Ia bercerita bahwa trauma masa lalu membuat dirinya mengalami penderitaan. Akhirnya ia bercerita tentang peristiwa masa lalunya.

Ibunya bercerita bahwa saat mengandung sedang dalam depresi berat. Keadaan ini tidak berhenti setelah ia lahir. Sang ibu berkisah dengan air mata berurai, ketika bayi sering dibiarkan menangis lama karena tidak diberikan air susu ibu. Saat itu kehidupan keluarga kecil mereka belum bagus sehingga harus bekerja lebih keras demi memenuhi kebutuhan hidup, belum lagi keluarga ini sedang membangun rumah akibatnya si orok sering diabaikan walaupun menangis terus.

Deprsesi ketika dalam kandungan berlanjut pembiaran tangisan berlama-lama ternyata sangat membekas pada diri teman saya. Hal ini yang banyak orang tidak menyadari nya. Segala sesuatu akan terekam dalam memori pikiran serta perasaan kita, walaupun hal tersebut terjadi di saat masih bayi. Tampaknya hal terebut sepele, karena masih bayi, namun kita harus ingat bahwa kendati seorang bayi tidak atau belum memahami, tetapi rekaman tetap terjadi. Inilah hukum alam yang tak terbantahkan. Kemampuan otak yang terdiri dari 90% cairan memiliki kemampuan sangat tinggi untuk menyerap informasi. Terbukti dari hasil penelitian Masaru Emoto yang telah membuktikan bahwa air menyimpan informasi yang kita berikan secara sengaja. Selain itu, yang kita lihat, dengar tanpa kita inginkan juga tersimpan dalam otak kita. 

Trauma yang  , baik disadari atau tidak akan sangat membekas sehingga bisa berdampak buruk terhadap mental kita. Memperhatikan hal ini, janganlah abai terhadap adanya anak mengalami trauma karena perundungan. Mentalnya terganggu, dan dampaknya pasti terhadap adanya gangguan kesehatan fisik. Terbukti bahwa akan berdampak pada ketergangguan mental seperti gampang gelisah dan cemas, maka kesehatan tubuh kita juga sangat rentan terganggu. Tampaknya trauma masa lalu sudah terlupakan, namun sesungguhnya hanya terpendam, hal superti ini bisa terlihat dari perilaku yang  kadang tidak wajar. Untuk ini perlu ditemukan bagaimna Cara Atasi Trauma Terpendam sehingga gangguan mental dan fisik tidak terjadi.

Beruntungnya hal seperti ini bisa diatasi dengan pelatihan Yoga dan Meditasi yang diselenggarakan oleh Anand Ashram yang berlokasi di Sunter. Banyak kesaksian yang sudah dibuat oleh beberapa teman yang setelah mengikuti program Ananda's Neo Self Empowerment (NSE). Silakan baca artikel ini. Sebagai contoh salah satunya adalah trauma sebagai akibat kehilangan saudari/kakak tercinta sehingga sangat mengganggu aktivitas kesehariannya.

Menurut kesaksian yang diberikan, terkadang karena kesibukan kerja, sesaat ingatan tersebut bisa terlupakan sesaat. Tetapi bila sedang dalam keadaan santai, ingatan kehilangan kakaknya tercinta begitu nyata sehingga bisa berdampak buruk terhadap kesehatan kita. Tentu keadaan ini sangat berbahaya terhadap kinerja di kantor.

Tujuan utama dari segala pelatihan Yoga dan Meditasi adalah membersihkan atau cleansing semua sampah memori masa lalu, baik yang diingat atau tidak lagi dapat diingat. Sekali lagi saya ingatkan bahwa segala aktivitas kita direkam oleh seluruh sel tubuh kita yang tersimpan daam memori.

Dengan terbersihkannya pikiran serta perasaan kita dari kotoran atau sampah masa lalu, kita bisa hidup sehat dan bahagia/ceria.

https://www.instagram.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun