Pada umumnya, istilah mistik telah banyak disalah pahami. Pemahaman saat ini yang beredar di masyarakat luas, mistik dikaitkan dengan klenik atau perdukunan atau alam gaib. Dalam kamus spiritual, pengertian mistik sama dengan sufi dalam pemahaman yang betul. Jadi jiwa mistik adalah jiwa yang berani keluar dari hipnosis atau teror massal.Â
Mereka yang berjiwa mistik bukanlah yang percaya pada klenik atau kekuatan ghaib. Mereka yang berjiwa mistik memiliki kebijaksanaan dalam bertindak untuk kebaikan masyarakat luas. Kebijaksanaan adalah ekspresi atau tindakan dari pengetahuan yang sejati. Jika pengetahuan tentang kebenaran tidak diimplementasikan, maka ia akan jadi sekedar pengetahuan yang pada akhirnya menjadi arogansi diri. Inilah ego halus yang sering terdapat di sekitar kita masyarakat yang katanya mengenal spiritual.
Hubungan antara mistik dan sufi?
Suku kata sufi berasal dari akar kata 'sophia' yang berarti kebijaksanaan. Kata inilah yang dilekatkan terhadap para sufi karena memiliki perilaku yang bijak. Bijak berarti perilaku yang selaras dengan alam. Bukan perbuatan serta ucapan yang hanya untuk kepentingan diri sendiri. Tindakan yang bijaksana senantiasa mempertimbangkan kepentingan orang banyak bukan kepentingan golongan, kepentingan, dan diri sendiri. Segala sesuatu yang masih berpihak demi kenyamanan diri bukanlah bijak.
So, ke duanya memiliki hal yang sama, tindakan atau perilaku bijak. karena tindakan mereka selaras dengan sifat alam, mereka memiliki keberanian melawan arus kemapanan atau hipnosis massal. Mereka penentang arus, tidak hidup mengalir mengikuti arus. Oleh karena sedikit sekali mereka yang bebas berpikir dan berani menjadi mistik atau sufi. Mereka telah mampu menyerap kata hati nurani. Tindakan yang penuh kebijakan berdasarkan suara hati tempat Dia bersemayam. Keberanian para mistik dilandasi adanya kesadaran bahwa Dia tiada di luar diri. Inilah alasannya juga bahwa para sufi dan mistik tidak menolak atau menafikan kenyamanan duniawi atau indrawi dalam batas yang moderat sehingga tidak menjadi budak kenyamanan.
Kesadaran jiwa mereka yang menjadikan mereka suatu yang unik dan penuh kreativitas. Yang dimaksudkan dengan kreativitas di sini berlandaskan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak. Merekalah pencipta atau kreator sejati. Kita sudah bisa melihat tindakan mereka yang penuh keberanian menanggalkan kenyamanan dunia. Budha Sidharta Gautama misalnya. Ia meninggalkan gelimang harta dunia. Silaunya harta duniawi tidak meruntuhkan niatnya mencari kebenaran demi tujuan utama kelahiran. Ia melawan tradisi kerajaan, inilah jiwa mistik. Keberanian melawan arus massal.
Contoh lain adalah Mirabai. Ia seorang perempuan biasa yang dinikahkan dengan anak raja. Namun ia berani mengatakan bahwa ia telah menikah sebelumnya. Ia menikah dengan Krishna, hanya patung. Dari zaman dahulu sampai sekarang pun pengakuan seperti ini dianggap musyrik atau menduakan Tuhan. Namun keyakinannya yang luar biasa telah mengalahkan pendapat umum, yang mungkin dianggap moral masyarakat. Kecintaannya terhadap Krishna telah memberikan inspirasi sehingga melahirkan puisi yang membangunkan jiwa pengabdian pada Sang Penguasa alam. Silakan membaca kisah lengkapnya pada buku Kearifan Mistisisme by Anand Krishna)
Inilah salah satu puisi cintanya pada Sang Kekasih (Kutipan dari buku Kearifan Mistisisme):
" Jika mandi di pancuran suci mendekatkan diri dengan Tuhan, maka beruntunglah ikan-ikan di sungai;
" Jika kau dapat mencapai Nya dengan memakan buah-buahan saja, maka sungguh beruntunglah monyet di hutan;
" Jika Ia dapat ditemukan oleh mereka yang makan sayuran mentah sepanjang usia, maka beruntunglah kawanan domba;
" Dengan memuja patung yang terbuat dari batu, jika aku menemukan Nya, maka gunung dan bukit akan kupuja;
" Tidak, wahai kawan, hanyalah dengan hati penuh cinta kau dapat bertemu dengan Nya, demikian kata Mira..."
Ungkapan cinta murni dari kerinduan seorang kekasih yang bukan cinta nafsu, cinta Ilahi. Nanyian serta tariannya dipersembahkan pada Sang Maha Cinta. Implikasinya adalah rasa empati yang tinggi terhadap sesama. Ia bisa melihat Sang Kekasih dalam diri sesama sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Dalam buku tersebut dikisahkan ia diusir dari istana karena bagi mereka yang percaya pada Tuhan yang tidak tampak, hal ini dianggap menduakan Tuhan. Tanpa gentar, ia meninggalkan kenyamanan istana yang dianggap penjara bagi kebebasannya memuja Sang Kekasih dan kemudian pergi mengembara berbaur dengan rakyat jelata. Ia berbagi rasa kasih dan cinta. Rasa kasih dan cinta pada Tuhan berimplikasi pada kecintaan untuk turut memelihara alam. Cinta pada Tuhan juga berarti mencintai ciptaan Nya, alam beserta isinya. Inilah kebijaksanaan para mistik. Inilah keberanian para mistik melawan arus ketidaksadaran masyarakat umum.
Ia tidak mengajak orang lain menari dan menyanyi, namun nyayian dan tariannya mengandung unsur mistis, kekuatan Ilahi yang  mengandung unsur keberanian luar biasa sehingga mampu membangkitkan unsur mistisisme dari setiap insan yang sudah siap menerima kebangkitan jiwa mistik dalam dirinya. Jiwa Ilahi adalah jiwa mistik yang ada dalam diri setiap insan. Keterikatan terhadap materi/duniawi telah menutupi jiwa mistik dalam diri kita semua.
www.booksindonesia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H