Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jiwa yang Terjebak Pikirannya Sendiri

8 Mei 2024   06:30 Diperbarui: 8 Mei 2024   07:21 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.tribunnewswiki.com/

Setelah menonton film tahun 2001 The Others yang dibintangi oleh : Nicole Kidman, membuat saya sadar bahwa besar kemungkinan manusia terjebak oleh pikirannya sendiri. Keadaan ini membuat roh seseorang tidak bisa melanjutkan proses perjalanan menuju ketiadaan. Roh tidak abadi karena Roh bukanlah Jiwa Individu. Roh terdiri dari gugusan pikiran serta perasaan ditambah dengan obsesi keinginan yang belum terselesaikan seharusnya mencair atau mengalami pemusnahan ataupun bisa disebutkan terurai kembali ke alam ketiadaan.

Ringkasan yang saya buat dari film The Others diceritakan kisah seorang ibu serta 2 anaknya yeng terjebak dalam anggapan pikiran sendiri. Dalam anggapan pikirannya merasa seakan tubuhnya belum mati. Jadi sesungguhnya ia terjebak oleh pikiran, perasaan/emosi serta obsesinya sendiri. Keadaan seperti ini bisa terjadi terhadap sapa saja. Bila terjadi, maka sebenarnya merupakan hambatan terjadinya proses penguraian kembali ke unsur alam atau ke alam ketiadaan. Sungguh mengerikan bila terjadi pada diri kita, karena yang sesungguhnya terjadi adalah Sang Jiwa Individu terjebak oleh pikirannya sendiri. Semestinya Jiwa Individu menjadi pengendali pikiran.

Saya sering merenungkan bahwa hal sama bisa terjadi pada diri kita semua dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa sadar sesungguhnya, kita semua hidup dalam dunia pikiran masing-masing. Kita menciptakan dunia keluarga. Saat berada di keluarga, kita asyik di dunia sendiri, anak dan istri. Meluas dengan keluarga istri atau suami. Saat berada dengan mereka, kita sibuk dalam dunia keluarga istri atau suami.Dengan perkembangan hape sekarang, kondisi kita semakin parah. Karena kita sema kin tenggelam dengan gadget masing-masing. Tampaknya kita duduk bersama teman di kafe. Namun bila kita masih tetap menggunakan gadget, kita tenggelam di dunia maya kita.

Di kantor kita bekerja di kantor, kita sibuk dalam dunia kerja. Inilah dunia kantor, namun karena kemampuan otak memikirkan secara paralel, kadang terselip pikiran tentang anak atau istri. Inilah dunia paralel ciptaan kita. Singkat kata, dunia paralel sering kita alami.

Kembali pembelajaran dari film The Others, ibu beserta dua anaknya hidup dalam rumah atau dunia yang mereka ciptakan sendiri. Hal sama bisa kita alami ketika kita di dunia dengan kondisi masih berbadan, ketika kita sibuk dengan pikiran sendiri, akhirnya kita disebut orang gila. Tidak beda dengan orang yang kita anggap gila juga hidup dalam dunianya sendiri. Hal yang sama bisa terjadi pada anak yang disebut sebagai autis. Mereka juga hidup dalam dunia angan-angan atau ilusi mereka sendiri. Akibatnya mereka tidak berkembang alias tidak move on.

Bercermin pada keadaan ini, tampaknya tidak ada perbedaan antara alam saat tubuh masih ada dan alam dengan tiadanya tubuh. Keadaan alam setelah tiadanya tubuh merupakan suatu kesinambungan. Mati dan Hidup juga tetap dalam dunia ini, mau kemana lagi? Dengan pedoman yang tertuliskan dalam suatu kitab suci: 'Bila di dunia dalam keadaan buta, di alam setelah ketiadaan tubuh pun tetap dalam keadaan buta.' maka kita mesti sadar selama hidup di alam benda ini agar tidak tetap buta setelah tubuh fisik kita kehabisan energi/prana atau life force.

Bagi pemahaman saya, adalah suatu berkah bisa lahir dan hidup pada saat ini. Hanya ketika masih ada tubuh fisik, kita memiliki kemungkinan untuk berkembang. Dengan cara Ini bisa terwujud terjadinya proses penyatuan ke alam ketiadaan, mau tidak mau; suka tidak suka cara pandangan terhadap keuniversalitasan alam mesti terdapat dalam cara pikir kita. Bila kita memiliki pandangan yang terkotakkan, kita akan terjebak di dunia kita sendiri dalam jangka waktu lama. Bahkan saat setelah kematian tubuh. keadaan kita bisa mandeg terhadap proses penyempurnaan ke alam ketiadaan.

Ketiadaan itulah kesempurnaan.
Sungguh inspiratif Film The Others, film yang didasarkan riset sangat dalam serta luas dari seorang yang sadar akan kehidupan ini.

https://www.tribunnewswiki.com/2019/11/15/film-the-others-2001

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun