Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berkah dalam Kehidupan Paling Berharga

5 Mei 2024   06:30 Diperbarui: 5 Mei 2024   06:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: artikula.id

Bukan harta banyak atau kedudukan tinggi. Bukan pulan mendapatkan istri yang cantik. Sang Budha Sidharta Gautama, seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu memperistrikan seorang wanita canti, konon wanita tercantik di kerajaan tersebut, toh akhirnya ditinggalkan untuk menggapai tujuan utama kelahiran.

Harta, Tahta/kekuasaan, dan wanita semuanya hanyalah bersifat sementara. Mendapatkan harta dunia bukanlah kebahagiaan sejati. Semuanya bersifat sementara, sesaat kita miliki, di lain saat akan berpindah tangan. Mendapatkan semuanya di dunia tidak akan membuat bahagia. Mungkin ada yang berargumentasi, lantas disebut apa ketika kita mendapatkan materi yang kita dambakan?

Hanyalah kepuasan sementara atau bisa juga disebut kelegaan, bukan kebahagiaan. Mau bukti?

Boleh dicoba, kita menginginkan hape terbaru, bahkan untuk nembeli pun kita harus kredit dan mencicil. Berapa lama kita akan merasa puas atau senang? Tidak lama tuan dan puan sekalian. Paling banter 1 minggu, selanjutnya biasa saja......

Saya dulu pernah baca berita tentang seorang remaja di China sampai rela menjual ginjalnya demi bisa embelli iPhone terbaru, yang didapatkan? Penderitaan yang berkepanjangan..... Tidak kah kita belajar dari beberapa kejadian yang sudah berulang kali?

Bandingkan bila kita bisa membantu seseorang yang dalam kesusahan, perasaan bahagia akan lebih panjang dirasakan. Setiap ketemu orang tersebut tersenyum akan membuat kita bahagia.....

Berkah Paling Berharga

Bila bukan 3 'TA', apakah yang paling berharga dalam kehidupan kita?

Bertemu dengan seorang Guru Sejati yang memberikan pemahaman bahwa hidup ini hanyalah penderitaan bila dan hanya bila mengejar harta, tahta, dan wanita. Semuanya hanyalah bersifat sementara. 

Seorang Guru Sejati akan berbagi pengetahuan sejati tentang sesuatu yang bisa membahagiakan, pengetahuan bahwa di luar benda atau materi yang kita buru sepanjang hidup, masih ada Jiwa yang merana dan kehausan untuk balik ke Sumber Agung. Bukankah dalam setiap kepercayaan atau keyakinan telah disebutkan bahwa jiwa yang ada dalam tubuh kita merupakan  pemrcikan dari Sang Maha Sumber?

Masih kah ingkar?

Hanya ketika bisa bertemu dan mengikuti petunjuk seorang Guru Sejati, kita bisa merasakan kebahagiaan sejati. Mengapa?

Berdasarkan pengalaman saya yang sudah cukup berumur, ternyata segala harta benda sebesar apa pun tidak bisa membeli kebahagiaan. Suka - duka sili berganti....

Pertemuan dengan seorang Guru Sejati merupakan kelangkaan yang tidak bisa didapatkan oleh upaya kita. Hanyalah karena suatu berkah daam hidup ini bisa bertemu dan berjalan bersamanya. Mungkin orang tersebut dengan mudah bisa ditemui banyak orang, namun untuk merasakan suatu kontak batin, tidak bisa dirasakan banyak orang.

Oh ya, memang hal ini tidak bisa dirasakan oleh mereka yang masih memandang harta benda dunia adalah segalanya, tetapi saya sudah mengalaminya, bahwa harta, kekuasaan dan wanita hanyalah menghasilkan ketidaktenteraman atau kedamaian. Mengapa mseti mengulang lagi?

Singkat kata, melakoni meditasi adalah kemewahan yang hanya bisa diperoleh oleh mereka yang sadar bahwa harta benda dunia bukanlah suatu berkah istimewa dalam kehidupan ini.

Artikel ini saya tuliskan sebagai upaya untuk berbagi...

Bagaikan seorang pejalan yang membawa senter, mungkin ada orang lain yang merasa butuh dengan cahaya, maka silahkan bergabung sehingga bisa saling melengkapi...... 

https://artikula.id/muhammad/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun