Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kematian Tubuh Mengakhiri Segalanya

28 April 2024   06:30 Diperbarui: 28 April 2024   06:44 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://en.wikipedia.org/

Kematian Tubuh

Kematian Tubuh kasar memisahkan roh sang kekasih. Hal yang sangat sering kita lihat di film atau drama adalah bahwa mereka yang berkasih mesra pada saat meninggal berkata bahwa mereka akan bertemu di akhirat. Sama sekali tidak, jangan berharap ketemu dengan kekasih hati setelah kematian tubuh kasar. Karena adanya otak sebagai bagian tubuh kasar memungkinkan seseorang bisa berhubungan dengan orang lain. Saat kita hidup dengan otak, maka kita berada pada gelombang atau frekuensi yang sama. Inilah salah satu fungsi otak sebagai pengatur frekuensi sehingga orang bisa saling berhubungan.

Setiap orang dapat dipastikan memiliki frekuensi berbeda. Ketika seseorang masih hidup, ada otak yang berfungsi untuk mengatur atau menyamakan frekuensi sehingga seseorang bisa berkomunikasi. Demikian pula sepasang kekasih bisa saling berkomunikasi dan mengasihi karena adanya otak yang menyamakan frekuensi. Ini pula yang terjadi ketika seseorang berkomunikasi dengan temannya, tentu sedang membicarakan topik yang sama sehingga bisa saling berbalas.

Manfaat Otak

Adalah suatu berkah yang amat luar biasa kita bisa lahir ke bumi ini. Tanpa kita lahir ke bumi, kita tidak bisa memiliki otak sebagai alat untuk melakukan transformasi intelektual menjadi buddhi. Dalam Hal Ini, buddhi adalah jembatan dari pikiran yang meaghubungkan antara tentang kemuliaan bagi kepentingan bersama dan alam keabadaian atau kekosongan. Jadi intelegensi adalah transformasi dari intelectual atau pola pikir berdasarkan materi menjadi buddhi atau intelegensi. Jadi sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa walaupun ketika hidup seseorang pada ranah buddhi tidak bisa jatuh lagi. Oleh karena itu,upaya untuk menstransformasi dari intelektual menjadi buddhi merupakan pekerjaan purna waktu selama hidup.

Sejatinya kita semua berasal dari kekosongan. Dalam Bhagavad Gita ada pernyataan menarik: Kamu semua adalah ide-Ku, tetapi Aku tidak berada di dalam dirimu. Ya, kita semua merupakan 'ide'Nya. Saya ingat bahwa semua benda di atas bumi ini adalah ide manusia. Namun si manusia atau pikiran manusia tidak ada dalam benda ciptaannya. Persis seperti kalimat tadi.

Otak adalah alat atau tool untuk mentransformasi intelektual ke intelejensia. Oleh karena itu, adalah sangat merugi bila pikiran kita hanya berisi atau digunakan untuk memikirkan bendawi, sesungguhnyalah kita telah menyia-siakan berkah keberadaan di bumi ini.

Tidak ada pertemuan setelah kematian tubuh

Suatu hal yang saya pastikan tidak mungkin bertemu antara sepasang kekasih di alam setelah kehidupan. Karena ketiadaan otak sebagai perangkat keras pengatur frekuensi. Bila pun mereka mengatakan bisa, yang ditemuinya hanyalah ilusi ciptaan sendiri.

Begitu seseorang meninggal, maka ia berada pada frekuensinya sendiri. Sedangkan si kekasih yang mati kemudian juga gerada pada frekuensinya sendiri.

Hal ini juga bsa terjadi pada mereka yang berharap mendapatkan surga karena telah melakukan sesuatu. Maka, surga yang diperolehnya juga ciptaan pikirannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun