Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hobi Membuat Kita Sakit

18 April 2024   06:30 Diperbarui: 18 April 2024   07:01 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hobi merupakan kesukaan terhadap sesuatu. Namun hobi terhadap sesuatu bendawi yang membuat kita begitu terikat merupakan sejenis penyakit. Saya dulu iri terhadap mereka yang memiliki kesukaan mengumpulkan sesuatu, misal orang yang suka mekoleksi mobil mania, bone batman, atau korek api dari berbagai negara. Karena saya sama sekali tidak memiliki kesukaan demikian. Ternyata memang ini hanya pembuktian bahwa bisa saja seseorang tidak memiliki rasa kesukaan terhadap sesuatu. Karena kesukaan terhadap benda adalah bentuk keterikatan. Dari sisi pengertian spiritual, hal seperti ini membuat penderitaan. Mengapa?

Dari beberapa kisah, ternyata sering-sering disebabkan hobi terhadap sesuatu bisa membuat kita merasa kecewa bila tidak memperoleh barang yang sangat kita sukai. Tidak terpenuhinya harapan inilah sumber penderitaan.  

Dengan memahami tujuan kelahiran, saya semakin tidak mudah menderita. Adalah berkah Hyang Maha Kuasa, keinginan atau kesukaan terhadap benda yang tidak abadi membebaskan saya dari penderitaan. Ini terjadi dengan setelah usia semakin menua dan semakin memahami bahwa tujuan kelahiran bukanlah semakin mengikatkan diri pada dunia benda.


Hobi Baik

Adakah hobi baik?

Hobi yang baik adalah bila kesukaan yang membuahkan kebebasan Sang Jiwa. Lakukan perjalanan ke dalam diri. Berkumpullah dengan orang yang satu frekuensi melakoni perjalanan untuk membebaskan keterikatan dunia. So, kita sendiri menjadi penentu mengenai kesukaan yang bermanfaat bagi evolusi jiwa atau merugikan. Inilah ketepatan bertindak. Ini bukti bahwa Buddhi atau intelejensia berkembang. Hobi untuk memburu kebahagiaan yang tidak bergantung terhadap benda.

Mungkin ada yang bertanya: Bagaimana bila kesukaannya berdana atau berbagi?

Untuk menilai tentang hal ini juga dibutuhkan kecerdasan. Jangan sampai pemberian kita digunakan untuk hal yang negatif atau buruk. Jika tidak tepat penggunaan yang diberikan, maka akan menyebabkan musibah bagi lainnya. Misalnya, ada seorang anak di jalan yang minta-minta. Pemberian kita tidak akan membuatnya baik. Sebaliknya akan membuat pola pikiranya nyaman. Dia pikir dengan cara minta-minta akan menyamankan dirinya. Ia akan menjadi malas untuk berusaha. Jadi jadilah cerdas sebelum memberikan sumbangan. Sasarlah yang dibutuhkan bukan diinginkan.

Spiritualkan pekerjaan

Bertindak dan bekerja atas landasan spiritual yang karts ditumbuhkembangkan demi tercapainya tujuan Sang Jiwa. Landasan semua perbuatan atau laku adalah spiritual. Evolusi kesadaran. Transformasi intelektual menjadi intelejensia. Inilah landasan utama dalam bermasyarakat. Kehidupan boleh di dunia, tetapi cara berpikir menuju keilahian.  Inilah yang disebut 'Think Locally, Action Globally' Terarah ke alam Ilahi berarti melandaskan bahwa semua tindakan bagi kepentingan orang banyak. Bukan bagi kenyamanan diri atau ego based.

Namun juga harus hati-hati agar tidak terjebak dengan yang disebut sebagai ego spiritual. Dengan mengatakan bahwa kita hanyalah hamba, sesungguhnya bentuk ego spiritual. Kata 'Aku/kami' adalah bentuk lain dari ego. Ada ilusi keterpisahan antara hamba dan tuan. Benarkah ada keterpisahan?

Untuk menjadi pelaku yang baik, suka tidak suka; mau tidak mau harus mengubah pola pikiran. Transformasi diri terlebih dahulu sehingga memahami laku diri baik di dunia ramai. Sedangkan landasan pikiran bagi kepentingan banyak orang. Transformasikan intelektual menjadi intejensi.

Bertindak secara spiritual berarti berlandaskan kepentingan umum, bukan demi diri sendiri ataupun golongan sendiri.

https://soundcloud.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun