Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penyebab Utama Emosi Tinggi, Sangat Reaktif

11 April 2024   06:30 Diperbarui: 11 April 2024   06:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.detik.com/jateng/

Memperhatikan banyak kejadian pembunuhan disebabkan masalah yang sepele, membuat kita semua gelisah. Emosi kemarahan yang meledak daam sesaat sebagaimana kejadian seorang wanita yang membunuh seorang pelayan toko yang juga seorang wanita di Tangerang, membuat saya berpikir penyebab utamanya.

Emosi sesaat yang langsung bisa meledak atau sifat yang sangat reaktif-lah penyebab utamanya. Tidak lepas dari jenis makanan yang dikonsumsi. Peristiwa maut seperti ini sudah terjadi beberapa kali, sebagaimana ditayangkan layar teve. Gara-gara si suami tidak mau diceraikan yang akhirnya berbuat kekerasan terhadap istrinya juga telah terjadi beberapa kali.

Mungkin bila dianalisa karena kemiskinan juga tidak tepat, karena si wanita penusuk menggunakan mobil, artinya ia mampu. Bila kita merenungkan sejenak, bukan kah sifat reaktif sama dengan hewan saat disakiti? Dengan kata lain, si wanita ataupun kebanyakan dari kita yang sangat reaktif masih menggunakan otak mamalia.

Kualitas asupan yang kita konsumsi sangat berpengaruh terhadap watak kita. Bila yang kita konsumsi bersifat juga memiliki sifat reaktif, maka kualitas sifat kita juga akan sama. Bukan lagi merupakan rahasia bahwa daging kambing berpengaruh terhadap libido atau birahi. Sangat mungkin bila dengan konsumsi daging merah akan memberikan kontribusi besar terhadap watak kita.

Makanan yang cepat saji, dinegara paman Sam, jenis makanan ini disebut junk food, atau makanan berkualitas rendah. Semakin banyak atau sering konsumsi jenis ini, semakin reaktif perilaku kita.

Jenis makanan lain adalah karbo dan protein, semakin banyak kita konsumsi juga bisa membuat emosi cepat tersulut. Mari kita telusuri sifat tumbuhan.

Tumbuhan, saya yakin, sudah ada terlebuh dahulu diciptakan sebelum hewan. Karena hewan sebagian besar hidup dari tumbuhan, baru setelah itu, hewan buas. Bila kita konsumsi protein dari sapi atau kambing, sesungguhnya kita mengasup protein ke dua, setelah tumbuhan dimakan sapi atau kambing. Padahal manfaatnya jauh lebih besar dengan cara konsumsi langsung. Adalah tidak betul bahwa kandungan protein tumbuhan lebih kecil daripada dari hewan.

Jadi, tumbuhan memiliki sifat atau kekuatan tumbuhkembang secara mandiri. Ia tidak butuh makhluk lain untuk tumbuh. Dengan kata lain, si tumbuhan memiliki kekuatan, dan juga ia 'rela' mengorbankan dirinya demi kehidupan makhluk lain, manusia dan hewan herbivora. Sedangkan hewan tidak bisa hidup tanpa ada tumbuhan terlebih dahulu.

Hewan sangat tergantung pada tumbuhan, Perasaan kemandirian dan kesepian serta ketakutan sangat terkait erat dengan ketakutan. Ini terjadi hanya bila kita mengandalkan atau hidup dengan menggunakan otak mamalia dan reptil.   

Sebagai manusia yang memiliki neocortex, semestinya kita mengembangkan perangkat otak baru ini agar mita menjadi manusia seutuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun