Kebanyakan dari kita belum memahami untuk konsumsi jenis makanan yang layak. Dulu saya berasumsi bahwa makanan yang layak hanya dari sisi kebersihan. Tetapi ternyata ini dari cara pandang yang tepat. Seorang teman bercerita, bagaimana tingkat atau standar kebersihan yang berkaitan dengan makanan di Singapura, tetapi ternyata realitanya banyak orang sakit di negara yang standar kebersihannya sangat amat terjaga.
Di samping itu, Singapura santa terkenal Bagi orang yang akan berobat dari suatu penyakit. Dulu saya belum memahami, bagaimana korelasinya?
Berdasarkan cerita teman tersebut, saya baru memahami tentang canggihnya pengobatan di negara berlambang singa ini. Sangat sederhana sekali.....
Karena banyak orang sakit, jadi banyak pengalaman dari rumah sakit dalam hal menangani pasien dari luar negeri, termasuk dari Indonesia. So, artinya standar kesehatan dari sei kebersihan yang sangat diprioritaskan di negara tetangga ini tidak menjamin bahwa penduduknya sehat. mengapa?
Siapa yang tidak mengenal bahwa negara yang paling bersih ini, penduduknya super sibuk. Dari tingkat kesibukan yang sangat tinggi mendorong penduduknya makan dengan cepat. Nah jenis makanan cepat saji atau lebih dikenal dengan istilah junkfood, inilah penyebab utama seorang jadi sakit. Saking banyaknya penduduk atau masyarakat negara ini, maka banyaklah didirikan rumah sakit. Banyak kasus penyakit telah ditangani, sehingga membuat mereka sangat berpengalaman. Kemudian ini mengundang orang datang untuk berobat......
Dari buku Ancient Wisdom For Modern Leaders by Anand Krishna, saya kutipkan wejangan leluhur :
Hindari makanan yang tidak layak untuk dimakan; hindari segala sesuatu yang mengotori badan. Jauhi mereka yang berseteru terhadapmu.
Ya, makanan yang layak bukan saja dari segi kebersihan saja, tetapi juga layak atau tidak bagi kesehatan tubuh. Banyak sudah bukti bahwa jenis maknan dengan karbo hidrat tinggi mengandung kadar gula yang tinggi. Timbunan kadar gula penyebab diabetes. Inilah juga alasan mengapa kita disarankan untuk melakoni intermitten fasting. Berdasarkan penelitian, karbo hidrat ini dicerna dengan bail selama kuran lebih 16 jam.Â
Demikian juga puasa jenis lainnya. Bulan puasa sangat disarankan untuk berpuasa. Inilah yang dikenal puasa sistim 'dry fasting' Berdasarkan penelitian, pusa ini sangat bermanfaat, bahkan manfaatnya bisa tiga kali daripada Intermittent Fasting, sayangnya terbukti bahwa setelah puasa 30 hari, tingkat hunian rumah sehat meningkat juga. Masalahnya sama. Setelah puasa, saat sore konsumsi makanan yang tampaknya enak, seperti yang manis dan gorengan dan lain jenis makanan yang TIDAK LAYAK bagi tubuh kita hajar tanpa memperhatikan tepat atau tidak bagi tubuh.Â
Dengan kata lain, kembali kita belum menghormati tubuh sebagai karunia Tuhan yang amat sangat harus kita hargai... Â Â
Bukan hanya itu, makarna sehat atau layak bagi tubuh bisa berkibat pada terjadinya peningkatan emosi. Emosi berkaitan erat dengan kesehatan tubuh. Tingkat kesibukan tinggi, sehingga kita lupa bahwa jenis makanan hanya dari sisi semata enak dan perut kenyang. Tanpa memperhatikan dampak buruk makanan yang bisa membebani organ dalam atau pencernakan kita. Inikah yang dinamakan menyayangi tubuh kita? Kita hanya sekadar memanjakan selera lidah saja.Â
Dengan kata lain, kita lupa bahwa yang dimaksukan dengan mengotori badan dari petuah atau nasihat di atas juga kotoran makanan dari segi yang merusak organ dalam kita. Jenis makanan yang sudah diolah melalui berbagai proses sangat membebani kinerja pencernaan, Tanpa sadar kita telah mengotori tubuh sendiri, sekali lagi bukan dari segi kesehatan yang tampak saja.
Bukan hanya itu, pergaulan dengan orang yang sedang hilang kendali karena menjadi hamba pengejar jenis makanan tanpa memperhatikan jenis yang cocok atau tepat bagi organ dalam atau pencernakan mesti diperhatikan juga. Â Â
Sungguh luar biasa warisan leluhur nusantara. Mereka telah memahami korelasi antara jenis makanan yang layak bagi organ dalam tubuh kita      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H