Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perenungan Makna Sukha dan Dukha

4 April 2024   06:30 Diperbarui: 4 April 2024   06:54 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.anandashram.or.id/

Dalam pemahaman pengertian suka dan duka dimaknai dengan senang karena mendapatkan sesuatu atau mengalami yang menyenangkan perasaan. Duka sebaliknya, sedih atau penderitaan karena kehilangan. 

Aslinya kata suka dan duka berasal dari bahasa Sansekerta;  Sukha dan dukha.  Mari kita bedah satu persatu:

'Su' berarti baik, sedangkan kata 'kha' berarti kehampaan, kekosongan, kasunyatan. Jadi, 'sukha' bermakna "merasakan kekongsongan yang baik" Sedangkan makna dukha terdiri dari 'du'  yang berarti tidak baik , dan 'kha' kehampaan, kekosongan, kasunyatan. Bila kita gabung menjadi : "rasa penderitaan karena perasaan hampa atau kosong (Sumber : Zen Sebagaiamana Dilakoni Bodhidharma by Anand Krishna).

Suka berarti bahagia karena mandiri. Bila hal seperti ini bisa dirasakan atau terjadi berarti kita merasakan suatu kepuasan, walaupun sendiri. Dengan kata lain, kita tidak merasakan kesepian. Kita bisa memejamkan mata, namun tetap merasakan sesuatu yang menyenangkan atau membuat kita bahagia. Suatu keadaan damai dan tenang tanpa bergantung sesuatu. Memang sulit diceritakan, hanya bisa dialami sendiri. Rasa puas yang dirasakan sangat berbeda dengan ketika kita mendapatkan sesuatu. Yang terjadi adalah perasaan bersyukur, ini mungkin doa yang sesungguhnya. Doa yang terjadi dengan sendirinya, tanpa sebab sesuatu. 

Duka berarti menderita karena tidak bisa mandiri. Kita merasa kesepian. Perasaan sepi ini membuat kita mencari kesenangan di luar diri. Kita bergantung terhadap sesuatu yang tidak abadi untuk merasa puas. Ketidakmandirian ini membuat seseorang selalu mencari suatu demi mmenuhi rasa haus. Celakanya, bagaikan minum air laut. Selalu merasa haus, walaupun sudah minum. Perasaan haus ini akan membuat kita semakin menderita. Bagaikan kita mengejar bayangan. 

Mungkin rasa takut kesepian seperti ini, kemudian kita mencari pasangan; istri atau suami. Sungguh mudah mengatakan 'Aku mencintaimu...' Tetapi sungguh, 'kah kita mencintai? Atau hanya sebagai pelampiasan perasaan sepi, karena tidak bisa mandiri. Ini terbukti dari kisah-kisah para selebritas di dunia sekitar kita. Tampaknya megah dan glamour dalam kehidupan mereka, namun sesungguhnya amat rapuh. Cinta yang mengharapkan balasan beda dengan kasih.

Tiga jenis atau sifat yang katanya 'cinta'

Jenis pertama semata birahi atau passionate. Ini masih pada taraf atau tingkatan kepuasan diri sendiri. Bila perkawinan hanya semata pada tingkat ini, tidak berbeda dengan hewan ketika merasa horni. Sekarang ini banyak kita lihat di berita layar kaca, ten tang seseorang melakukan kekerasan terhadap pasangannya.

Cinta adalah jenis ke-dua. Masih mengharapkan balasan. Selama masih ada harapan imbalan, maka belum tentu berakhir sampai tutup usia. Harapkan balasan karena kita memberi, bukanlah kasih, sehingga bila harapan tidak terpenuhi, kita menderita atau duka.

Yang terakhir adalah kasih. Bagaikan kasih seorang ibu, walaupun si anak tidak membalas, seorang ibu akan tetap mengasihi. Sifatnya memberi atau men-kasih. Bila suatu pasangan semakin lama merasa sebagai teman atau sahabat, usia pernikahan mereka akan langgeng. Anehnya, semakin lama wajah mereka semakin mirip. Keduanya mengalami 'sukha' saling memahami dan melayani.              

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun