Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akashic Record: Rekaman Semesta

30 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 30 Maret 2024   06:51 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.idntimes.com/

Manfaat Neocortex


Tiada sesuatupun kejadian di dunia ini tidak terekam oleh alam. Bukan hanya perbuatan fisik, Bahkan mulai berpikir pun sudah mulai direkam, ucapan dalam tradisi Nusantara disebut sebagai akshara, sesuatu yang tidak pernah punah. Mengapa demikian?

Bukan,'kah saat kita berpikir pun sudah membentuk frekuensi? Inilah sebabnya kita bisa berkomunikasi dengan seseorang pada topik atau tema tertentu; saat itu kita pada gelombang frekuensi yang senada. Setiap kejadian unik adanya sehingga semua kejadian terekam pada frekuensi yang berbeda. Pikiran adalah getaran sehingga juga tersimpan. Misalnya, seorang resi zaman dahulu memiliki pengetahuan, yang tersimpan sebagai rekaman pada mind, gugusan pikiran serta perasaannya tersimpan. 

Bisa terbayangkan bahwa di sekitar kita sampai alam semesta yang tidak ada batasnya dipenuhi oleh gelombang getaran pikiran. Mungkin ini alasannya disebut sebagai dark matter. Materi yang sampai saat ini tidak diketahui sehingga diasumsi sebagai sesuatu yang gelap atau asing. Adanya materi ini sudah diketahui oleh Sang Buddha Sidarta, karena ia menyebutkan bahwa mind atau gugusan pikiran dan perasaan disebut sebagai dhatu atau materi. Mengapa Sang Sidharta Budha bisa?

Ini juga mungkin, beliau seorang avatar yang berarti seseorang yang sedang turun. Dia seorang suci yang sudah memahami bahwa ketika sampai di puncak ketinggian kesadaran, ternyata tiada lagi sesuatu, KEKOSONGAN atau KASUNYATAN. Kesadaran ini yang membuat beliau akhirnya diam. Karena memang kata-kata tidak bisa menjelaskan. Kalau Guru saya mengatakan :'Bagaimana menjelaskan rasa gula kepada seorang bisu?' Sangat sulit. Yang paling mudah, langsung saja berikan gula agar ia bisa merasakannya sendiri. Tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Di sinilah peran neocortex sebagai jembatan penghantar ke alam KASUNYATAN. Ya, hanya dengan neocortex seorang suci bisa berkomunikasi dengan orang awam seperti saya.

Manfaat Neocortex untuk akses rekaman semesta. Semakin merenungi makna film The Sixth Sense yang dibintangi oleh Bruce Willys, saya semakin meyakini bahwa hanya saat hidup seseorang mampu mengakses informasi di alam semesta karena masih memiliki perangkat keras; neocortex sebagai alat pengatur frekuensi/getaran. Mungkin ini dikenal dengan Akashic Record tempat penyimpanan segala peristili hidup manusia, mungkin sekarang yang dikenal sebagai cloud, tempat penyimpanan rekaman. Segala rekaman kejadian di dunia tersimpan di sini. Dan sesungguhnya, hanya ketika kita masih hidup bisa mengakses rekaman masa lalu.

Korelasi dengan film The Sixth Sense. Pada film ini, hantu pun hanya bisa melihat yang diinginkan. Atau dengan kata lain, memori terakhir yang ada pada seseorang menjadi password. Misalnya, seseorang meninggal. Dalam pikirannya tersimpan memori nama A. Walaupun orang tersebut sudah meninggal, si A masih bisa mengakses pengetahuan yang dimiliki oleh si orang yang sudah meninggal. Hal ini terjadi karena saat masih hidup antara yang meninggal dan si A pernah berhubungan.

Pengetahuan yang tersimpan pada mind tersebut masih bisa diakses. Dan hebatnya, hanya ketika seseorang masih memiliki otak sebagai perangkat keras bisa mengaksesnya. Ini yang mungkin dikenal orang bisa membaca pikiran, saat orang yang bisa membaca berada pada gelombang yang sama sehingga bisa mengetahuinya. Otak manusia memiliki kemampuan membaca sebagaimana yang dimiliki oleh card reader. Syaraf otak digunakan untuk membaca informasi yang ada pada alam akashic. Tentunya ada syarat tertentu. Frekuensi atau getaran harus sama. Dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang masih hidup.

Perkembangan pengetahuan setelah mati

Ketika seseorang meninggal, maka pengetahuan yang dimiliki tidak bertambah. Karena tidak adanya perangkat keras/otak sehingga tidak lagi bisa mengatur frekuensi. Yang tertinggal hanyalah ingatan atau memori yang juga berada di alam cloud. Mungkin kearah kedalaman bisa dilakukan oleh mind tersebut saat meninggal, namun tidak meluas. Sangat berbeda dengan ketika manusia memiliki perangkat keras atau otak. Karena hanya dengan menggunakan hardware yang disebut otak, seseorang bisa memperluas pengetahuannya. Jangan percaya saya, ini hanyalah ungkapan renungan saya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun